Kemajuan sains di dunia modern dewasa ini, tak lepas dari kiprah para llmuwan muslim pada zaman dahulu. Sebut saja algoritma hasil temuan Abu Ja’far Muhammad Ibnu Musa Al-Khwarizmi, Abū al-‘Iz Ibn Ismā’īl ibn al-Razāz al-Jazarī yang berhasil merupakan penemu pertama konsep robotika modern, dan masih banyak lainnya. Rata-rata, prinsip dasarnya masih digunakan hingga saat ini.
Tak hanya di bidang teknologi, para ilmuwan muslim ini juga banyak berkiprah di ranah saintis yakni astronomi dan ilmu perbintangan. Salah satunya yang sangat termashyur adalah Abū ʿAbd Allāh Muḥammad ibn Jābir ibn Sinān al-Raqqī al-Ḥarrānī aṣ-Ṣābiʾ al-Battānī atau Al- Battani. Berkat temuannya, saat ini kita bisa mengetahui bahwa dalam setahun ada 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik (ada juga yang menyebut 365,24 hari). Seperti apa kiprah sang jenius?
Anak ilmuwan astronomi yang berjasa menyempurnakan Teori Ptolomeus
Al-Battani lahir sekitar tahun 858, di Harran, Turki dan merupakan anak dari ilmuwan astronomi, Jabir Ibn San’an Al-Battani. Sebagai anak dari seorang yang jenius, Al-Battani kecil telah akrab dengan ilmu pengetahuan. Sama seperti sang ayah, ia tertarik mempelajari benda-benda langit dan menekuni bidang astronomi.
Masa muda Al-Battani banyak dihabiskan di Raqqah dengan mempelajari teks-teks kuno, khususnya karya Ptolomeus. Dilansir dari tirto.id, salah satu sumbangsihnya pada dunia astronomi adalah, keberhasilannya memperbaiki tatanan tata surya, lunar, dan mengembangkan teori Ptolomeus dalam buku The Almagest menjadi lebih akurat.
Tekun belajar dan tak ragu melakuan penelitian pribadi
Beruntung, Al-Battani hidup di mana era ilmu pengetahuan tengah berkembang pesat di bawah pemerintahan Khalifah Al-Makmun. Dengan ini, dirinya bebas membaca manuskrip dan karya-karya ilmiah dan melakukan beragam penelitian dan percobaan mandiri. Tak melulu condong pada karya ilmiah Ptolomeus, Al-Battani bahkan sukses menyempurnakan teori yang ada.
Salah satu konstribusi terbesar Al-Battani pada ilmu astronomi adalah pengenalan penggunaan trigonometri. Di mana hal ini kemudian memberikan pengetahuan baru mengenai penghitungan matematika yang lebih kompleks bagi para astronom lainnya. Hebatnya, trigonometri masih relevan dan tetap digunakan hingga sekarang.
Hasilkan berbagai karya yang monumental
Selama menekuni dunia astronomi, Al-Battani sukses menghasilkan karya-karya ilmiah yang kelak mempengaruhi kemajuan iptek peradaban lainnya, seperti menyempurnakan teori Alexander Ptolomeus, mengenalkan, menguji, sekaligus memperbaiki trigonometri, dan Kitab al-Zij yang berisi tentang perhitungan tahun.
Sama seperti temuan cendekiawan muslim lainnya, karya-karya Al-Battani juga kelak mempengaruhi peradaban Kristen Eropa, di mana karyanya seperti Kitab al-Zij di atas diterjemahkan ke dalam bahasa latin pada abad ke-12. Berkat ilmu astronomi karya Al-Battani pula, karyanya tersebut menjadi pedoman pada zaman Renaisance Eropa.
Karya Al-Battani yang digunakan dan mencerahkan dunia iptek Eropa
Kitab al-Zij karya Al-Battani sangat populer di kalangan ilmuwan Barat. Dilansir dari tirto.id, ringkasan pemikirannya yang terangkum dalam kitab tersebut masih digunakan sebagai pedoman ilmu astronomi pada saat itu (zaman Renaisance). Bahkan, memberikan banyak pengaruh terhadap astronom dan astrolog Barat. (Joseph A. Angelo, JR, Encyclopedia of Space and Astronomy, 2006). Tak hanya itu, Kitab al-Zij juga disalin oleh Robertus Retinensis ke dalam bahasa latin. pada abad ke-12.
Raja Alfonso dari Spanyol juga menyalin karya monumental Al-Battani ke dalam bahasa latin. Kitab al Zij, yang lebih dikenal sebagai De Scientia Stellarum atau De Motu Stellarum, diteliti oleh sarjana orientalis Italia bernama C. A. Nallino yang mengedit dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Latin. Hingga Al-Battani wafat pada 929 di Kasr al Djiss, Iraq, namanya tetap dikenang sebagai astronom terbaik dan terkenal dari peradaban Islam pada abad pertengahan.
BACA JUGA: 5 Penemuan Ilmuwan Muslim yang Dipakai Umat Manusia Hingga Kiamat Tiba
kebudayaan Islam lewat para ilmuwan dan pemikir muslim yang ada, telah memberikan sumbangsih berupa ilmu pengetahuan untuk peradaban manusia yang tak ternilai harganya. Salah satunya seperti sosok Al- Battani di atas, temuannya berpengaruh pada kemajuan iptek di era modern seperti saat ini. Khususnya dalam bidang matematika, astronomi dan bidang saintis lainnya.