Dampak berbahaya yang ditimbulkan dari wabah Covid-19 rupanya-rupanya disikapi secara serius oleh beberapa kelompok masyarakat. Demi menekan penularan dan penyebaran virus tersebut, beberapa desa dikabarkan melarang akses keluar masuk bagi warga setempat maupun pendatang untuk sementara waktu dengan membuat portal.
Hanya saja, portal yang digunakan tergolong unik dan tak biasa. Jika biasanya menggunakan palang dari besi maupun bambu, masyarakat justru menggunakan benda-benda yang tak lazim dipakai seperti keranda jenazah misalnya. Di lain tempat, portal bahkan digantikan dengan meriam bambu macam menghalau penjajah.
Gunakan meriam bambu sebagai penutup akses jalan
Guna mencegah warga dari luar desa memasuki wilayahnya, warga Ringinagung Magetan menggunakan portal unik yang tak lazim dipakai untuk menutup jalan. Alih-alih menggunakan besi atau kayu sebagai penutup jalan, mereka justru menempatkan sebuah meriam bambu atau bumbung di akses keluar masuk desa.
Alhasil, warga dari luar desa mereka tak bisa masuk lantaran meriam bambu tersebut siap dinyalakan untuk menghalau mereka yang datang. Terlihat dalam video, beberapa dari mereka yang tiba dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun empat, terpaksa putar balik karena jalan ditutup dengan deretan meriam bambu tersebut
Keranda jenazah plus pocong untuk mencegah pendatang masuk ke desa
Jika di Magetan menggunakan meriam bambu sebagai portal, warga di Jalan Melon Dusun Tondomulyo, Kediri justru menggunakan keranda mayat lengkap beserta pocongnya diletakkan di tengah jalan masuk ke dusun. Portal unik ini pun sempat viral dan menarik perhatian.
Uniknya, ide portal dengan menggunakan keranda jenazah dan pocong tersebut muncul saat hari pertama Idul Fitri usai melangsungkan ziarah ke pemakaman. Hal tersebut dilakukan sebagai imbauan sekaligus pesan, betapa pentingnya mematuhi protokol Covid-19. Jika mengabaikan, tentu nasibnya akan berakhir di keranda jenazah tersebut.
Dua desa saling portal jalan menggunakan bambu dan bata
Dua desa di Sumberpucung, Kabupaten Malang, yakni Desa Sambigede dan Desa Senggreng sempat sedikit gaduh lantaran saling memportal akses jalan masuk ke wilayah masing-masing. Uniknya, hal tersebut dilakukan dengan berhadap-hadapan satu sama lain layaknya orang-orang yang akan berperang.
Tujuan kedua desa sama, yakni mencegah penyebaran Covid-19. Jika yang satu menggunakan bambu dan poster berisi peringatan, desa di depan mereka justru membangun portal dengan batako layaknya benteng. Namun, hal tersebut tak berlangsung lama lantaran telah dibongkar karena adanya kesalahpahaman.
Portal masuk gang digantungi dengan aneka sembako
Warga di Jalan Bendul Merisi Selatan Kecamatan Wonocolo, Kota Surabaya termasuk masyarakat yang peduli Covid-19 dengan cara kreatif. Portal yang biasa digunakan untuk menutup jalan, digantungi puluhan sembako bagi mereka yang membutuhkan. Tak lupa, ada kertas bertuliskan ‘Gratis, Ambil Secukupnya’ untuk puluhan sembako tersebut.
Puluhan sembako tersebut merupakan inisiatif dari ibu-ibu warga RT 2 Jalan Bendul Merisi Selatan III. Mereka secara bergotong-royong berbelanja kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, bumbu dapur, sayur mayur, mie instan dan lainnya. Bahan makanan tersebut kemudian dibagi-bagi dalam satu buah plastik dan digantungkan di portal.
BACA JUGA: 5 Fakta Lockdown Lokal oleh Wali Kota Tegal, Apakah Bisa jadi Contoh untuk Daerah Lain?
Aksi para warga di atas merupakan sebuah bentuk antisipasi guna menekan penularan Covid-19 yang lebih luas. Hanya saja, cara yang digunakan ternyata sangat unik dan tidak biasa. Hal inilah yang kemudian menarik perhatian dari masyarakat lainnya di Indonesia. Gimana menurutmu Sahabat Boombastis?