Protes menjadi salah satu cara paling efektif untuk menuntut perbaikan dan perubahan. Tidak akan Suharto turun jika mahasiswa tak berbondong-bondong memprotes sang mantan presiden. Tak juga dunia berubah lebih tenang seperti sekarang jika dulunya tidak ada protes-protes yang dilakukan. Namun protes sejatinya hanyalah sebuah upaya. Kadang bisa berhasil tapi juga sangat mungkin gagal.
Seperti deretan kisah berikut ini. Massa berbondong-bondong untuk melakukan protes namun berakhir hampa. Padahal sesuatu yang ingin diperjuangkan juga sangat bermakna. Bagaimana kronologinya? Simak ulasannya berikut.
1. Protes Menentang Legalitas Kaum Gay di Washington
Bulan Juni lalu menjadi salah satu momen paling bersejarah untuk Amerika, khususnya bagi para aktivis dan pendukung gerakan hubungan sesama jenis. Akhirnya setelah sekian lama, pemerintah melegalkan hukum yang memperbolehkan kaum sesama jenis untuk menjalin hubungan bahkan menikah. Para pendukung wacana ini pun bersorak dan mulai mengganti profile picture sosmed mereka dengan background warna-warni.
Meskipun mayoritas mendukung wacana ini, namun masih banyak pula yang tidak setuju. Tak lama setelah parade dan gegap gempita itu, ribuan orang melakukan aksi damai untuk memprotes kebijakan tersebut. Ada yang sambil berorasi, ada pula yang memasang tulisan-tulisan provokatif seperti ‘A Child Deserve a Father and a Mother’ dan sebagainya.
Meskipun aksi ini melibatkan banyak orang, namun pemerintah Amerika tidak bergeming dan tetap melegalkan peraturan baru ini. Di negara-negara lain juga melakukan protes yang sama walaupun lagi-lagi hal tersebut tidak berpengaruh banyak.
2. Protes Anti Nuklir di Jepang
Masih belum hilang di dalam ingatan tentang tragedi Tsunami 2011 kemarin di Jepang yang sudah menewaskan banyak orang dan juga rusaknya banyak bangunan. Termasuk salah satunya adalah pusat nuklir di Fukushima. Seperti yang kamu tahu, rusaknya fasilitas ini membawa ancaman radioaktif dan juga kontaminasi yang dampaknya lebih luas lagi.
Takut akan bencana yang lebih besar terjadi, kemudian sekitar 70 ribuan orang berkumpul di Tokyo untuk melakukan protes kepada pemerintah. Dengan agenda utamanya adalah menutup fasilitas nuklir di Fukushima. Pemerintah Jepang pun berkelit dengan mengatakan jika fasilitas ini akan mampu menyediakan cadangan listrik hingga jangka waktu yang lama dan segala hal yang berbau positif lain. Hingga akhirnya, protes ini pun hanya berakhir buih di bibir ketika pemerintah Jepang belakangan sudah mulai membuka lagi fasilitas nuklir Fukushima.
3. Para Petani Memprotes Kebijakan Uni Eropa Soal Harga Susu
Pada tahun 2009 lalu, tanpa sebab yang jelas Uni Eropa yang berwenang mengatur perekonomian warga benua biru, menurunkan harga barang-barang produksi peternakan dan pertanian. Termasuk di antaranya adalah susu yang juga malah dibatasi kuotanya. Hal ini pun memicu para petani Eropa untuk melakukan protes besar-besaran.
Di Brussels, Belgia, serombongan petani bersenjata lengkap, mulai dari traktor, alat pertanian dan bahkan sapi, berbondong-bondong meneriakkan orasi mereka. Bahkan, aksi ini juga sempat diwarnai dengan aksi lempar telur ayam ke arah petugas sampai semprot susu langsung dari sapinya. Belakangan, aksi ini sempat akan dipertimbangangkan sebagai evaluasi. Namun akhirnya tetap tidak banyak yang berubah.
4. Protes di Washington untuk Wacana Baru Ejaan Kata
Mempelajari bahasa Inggris memang gampang-gampang susah. Namun, setidaknya bahasa ini cukup lumayan bisa dipelajari dengan cepat. Butkinya English menjadi menjadi bahasa yang paling populer nomor dua di dunia setelah Mandarin. Namun, ternyata masih ada yang menganggap bahasa ini cukup susah, terutama dalam soal ejaan. Protes pun akhirnya dilakukan dan pelakunya adalah orang-orang Amerika sendiri yang notabene sejak bocah sudah bisa berbahasa Inggris.
Protes ini berlangsung di depan Hotel Hyatt, Washington, dan cukup banyak orang yang mengikutinya. Dalam protes ini mereka menginginkan agar kata-kata yang sulit ejaan dan pengucapannya diganti. Misalnya ‘fruit’ bisa diganti dengan ‘froot’ atau ‘slow’ yang bisa diganti dengan ‘slo’ biar lebih mudah.
Sudah jelas kalau pemerintah tidak mengabulkan tuntutan orang-orang ini. Mungkin bisa dibayangkan jika mereka merevisi ejaannya, berapa banyak literatur yang harus diganti.
5. Protes di Tiananmen Square, China
Pada bulan April tahun 1989, pernah terjadi protes besar-besaran di China menuntut diberlakukannya demokrasi menyeluruh baik di sistem perekonomian sampai pemerintahan. Aksi protes ini diikuti oleh ribuan orang termasuk para aktivis dan pelajar. Aksi ini sendiri dilatarbelakangi oleh kematian Hu Yaobang, seorang tokoh liberal yang dicabut paksa lantaran dari jajaran pemerintahan lantaran ide-idenya yang bertentangan.
Aksi ini pun mendapatkan respon serius dari pemerintah. Untuk meredam gelombang protes tersebut, sebanyak 300 ribu personil bersenjata lengkap diturunkan. Tidak lupa mereka membawa tank-tank yang memenuhi jalan-jalan di sekitar Tiananmen Square. Akhirnya pergolakan pun tak bisa dihindari. Menurut pihak lokal setempat, sekitar 300an orang mati dalam tragedi ini. Namun kata Amnesty International, sebanyak 1000 orang meregang nyawa.
Meskipun berkorban sedemikian banyak, namun pemerintahan China masih seperti yang dulu. Demokrasi tetap menjadi sesuatu yang dilaknat di negeri tirai bambu tersebut.
6. Aksi Protes Warga Palestina Terhadap Israel
Konflik dua negara ini memang seperti tidak akan berakhir. Meskipun saat ini pemberitaannya kurang gencar, namun gelombang protes masih terus dilakukan. Agenda protes masih tetap berhubungan dengan hal-hal yang berkaitan dengan daerah teritorial kedua negara. Seperti yang kamu tahu, sedikit demi sedikit Israel mencaplok wilayah Palestina dan secara terang-terang melakukan ekspansi wilayah.
Berbagai protes pun dilakukan walaupun sering kali berakhir menjadi insiden brutal. Konflik ini pun juga menyorot upaya PBB dan sederet negara besar lain untuk turut campur dalam penanganan kasus pelik tersebut. Namun, tidak ada realisasi yang begitu kelihatan. Gelombang protes ini pun akhirnya hanya berakhir hampa. Israel juga masih tetap berupaya melakukan perluasan wilayah sembari terus melakukan kekerasan terhadap warga-warga sipil Palestina yang tanahnya diambil itu.
Protes adalah hal yang wajar dilakukan apalagi jika berurusan dengan hal-hal penting seperti prinsip, hak dan sebagainya. Namun aksi protes juga harus dilakukan dengan cara yang santun dan wajar. Tidak perlu sampai anarkis agar suara hati bisa tersampaikan dengan baik.