Operasi intelijen asing di Indonesia, memang sangatlah rapi sehingga tidak tercium oleh masyarakat umum. Jangankan oleh orang awam, pejabatnya saja tidak sadar jika negara mereka telah disusupi secara halus oleh agen spionase luar negeri. Seperti Adam Malik yang saat itu sempat menjadi Wakil Presiden Indonesia.
Kedoknya terbongkar setelah sejumlah dokumen operasi rahasia CIA dibeberkan beberapa tahun kemudian. Ia ditengarai telah direkrut secara khusus oleh Badan Rahasia AS tersebut untuk menjadi informan Indonesia bagi pemerintahan Gedung putih. Tak ada satupun yang menyadarinya hingga sang intelijen berhasil memegang jabatan tinggi kedua di negara ini.
Siapa Adam Malik?
Sosok kelahiran Pematang Siantar, Sumatra Utara, 22 Juli 1917 ini, merupakan sosok pejuang, pemikir sekaligus politisi handal di zaman revolusi hingga era kemerdekaan. Adam Malik jugalah yang menggagas pendirian kantor berita ANTARA bersama teman-temannya pada tahun 1937.
Di akhir tahun 50-an, ia ditunjuk sebagai duta besar luar biasa untuk Uni Soviet dan Polandia. Di era Orba, Adam Malik sempat menjabat sebagai Menteri Luar Negeri bagi pemerintahan Soeharto. Hingga pada 1978, ia terpilih menjadi Wakil Presiden ke-3. Menggantikan Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Isu telah direkrut menjadi agen CIA Amerika Serikat
Dalam bukunya yang berjudul Legacy Of Ashes The History Of CIA, seorang wartawan The New York Times bernama Tim Weiner mengungkapkan sebuah pernyataan mengejutkan. Dilansir dari news.detik.com, ia mengungkapkan bahwa Adam Malik direkrut menjadi agen CIA yang termaktub pada halaman 330.
Buku yang telah diterjemahkan menjadi Membongkar Kegagalan CIA itu, turut memuat serangkaian peristiwa besar di Indonesia yang didalangi oleh intelijen rahasia Amerika Serikat pada masanya. Adam Malik sendiri direkrut oleh Clyde McAvoy, seorang perwira senior CIA. Keduanya pernah bertemu secara rahasia di Jakarta pada 1964 silam.
Pro kontra tentang tuduhan agen CIA pada Adam Malik
Dilansir dari kompas.com, Sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Marwan Adam meragukan isi buku tersebut. Ia menilai, ada banyak kelemahan pada teks yang ada. Salah satu contohnya ada pada halaman 330, di mana tertulis bahwa Presiden Soekarno melakukan kudeta terhadap pemerintahannya sendiri. “Ini sangat tidak masuk akal, logikanya tidak jalan. Mana mungkin Soekarno mengudeta kekuasaannya sendri,” tegas Asvi.
Ia juga meragukan informasi yang diambil dari Clyde McAvoy. Mantan perwira CIA yang pernah bertugas di Jakarta itu, diwawancarai pada 2005. Sementara peristiwa perekrutannya terjadi 41 tahun silam. “Bisa jadi wawancara itu benar adanya. Namun apakah hasil wawancara itu apa adanya atau sudah ditambah-tambahi, karena sudah pasti Clyde McAvoy sudah tidak ingat lagi, karena sudah terlalu lama,” kata Asvi Marwan Adam.
Antara peran sebagai “Agen” dan “Asset” operasi CIA di Indonesia
Kontroversi yang terbelah apakah Adam Malik merupakan agen CIA, bisa dilihat dari dua sisi definisi kata yang berbeda. Bagi mereka yang meyakini buku karangan Tim Weiner, Adam Malik adalah benar-benar agen CIA. Kata “Agen” berarti sang spionase di didik, di awasi dan terjun langsung di bawah komando pusat.
Sementara yang kontra dengan hal tersebut, menyebut bahwa Adam Malik hanyalah asset CIA semata. Di mana “Asset” hanyalah sebuah pion atau alat intelijen Amerika untuk memata-matai pemerintah Indonesia. Bedanya, asset tidak dilatih secara spesifik namun memiliki akses luas ke dalam jaringan pemerintahan yang ditargetkan.
Operasi “Tas Hitam” yang mencatut nama Adam Malik
Dilansir dari news.detik.com, Adam Malik, seorang Sultan Jawa Tengah dan Soeharto yang kala itu menjadi perwira tinggi Angkatan Darat, disiapkan oleh CIA untuk membuat sebuah pemerintahan bayangan. Tim Weiner menulis, “Malik memanfaatkan hubungan dengan CIA untuk mengadakan serangkaian pertemuan rahasia dengan Duta Besar Amerika yang baru di Indonesia, Marshall Green”.
Hasilnya, pihak CIA mendukung militer Indonesia untuk mengenyahkan gerakan komunis lewat operasi Kap-Gestapu. Intelijen AS itu bahkan bersedia mengucurkan dana sebesar $ 10 ribu atau sekitar Rp 50 juta untuk Adam Malik. Lewat CIA, dirinya menjadi tokoh sentral untuk menyingkirkan pengaruh komunisme di Indonesia.
Dunia intelijen memang sangat menarik untuk dikuak. Terlebih, jika kegiatan spionase tersebut dilakukan orang-orang Indonesia. Namun, kejadian itu juga bisa menjadi sebuah peringatan. Bahwa agen rahasia asing, bisa setiap saat mengintai dan mengincar rahasia negara yang justru dapat membahayakan masyarakat di dalamnya.