Setelah sempat dihebohkan dengan video seorang anak buah kapal (ABK) dilempar ke laut oleh sebuah kapal nelayan Cina, kini peristiwa tersebut terjadi kembali setelah beredar informasi yang menyebut adanya seorang WNI yang tewas di kapal berbendera China, Lu Qian Yuan Yu 118.
Informasi mengejutkan itu juga menguak borok lainnya yang terjadi di atas kapal Cina yang selama ini banyak menampung ABK asal Indonesia. Saking tak kuat menahan ritme kerja yang dirasa sangat tak manusiawi, dua orang ABK bahkan nekat melarikan diri dengan cara melompat ke laut. Selengkapnya, simak ulasan Boombastis berikut ini.
Perbudakan ABK asal Indonesia yang berujung pada kematian
Menurut informasi yang diperoleh Pengelola Fisher Centre Bitung, Laode Hardiani, dalam rilisnya yang dikutip dari CNN Indonesia (09/07/2020) mengatakan, ABK yang dinyatakan meninggal bernama Yadi. Di mana saat itu kapal tempatnya bekerja tengah mencari cumi-cumi di perairan Argentina.
Terungkapnya perbudakan tak manusiawi terhadap para ABK Indonesia saat bekerja
Jenazah ABK yang berasal dari Lampung tersebut diduga tewas setelah dianiaya berupa pemukulan dan tendangan dari kapten kapal. Setelah penganiayaan tersebut, Yadi yang sakit dan kemudian kritis akhirnya meninggal dunia lantaran tak diurus maupun diberi makan. Rekan-rekannya juga bernasib sama meski tak sampai meregang nyawa.
Kapal ikan Cina yang akhirnya berhasil ditangkap aparat kepolisian Indonesia
Laporan soal penganiayaan ABK Indonesia kemudian ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum Indonesia. Tim Gabungan TNI-Polri dari Lantamal IV Tanjung Pinang serta Polda Kepri, pun berhasil mengamankan Kapal Lu Huang Yuan Yu 118 yang berbendera Cina. Di sanalah, jasad Yadi terkuak setelah ditemukan di dalam freezer.
Banyak ditemukan luka lebam pada jenazah saat ditemukan
Jasad ABK yang ditemukan di dalam frezer berada dalam kondisi utuh. Lengkap dengan pakaian dan ditutup oleh selimut. Hanya saja, hasil penyidikan yang sementara yang dilakukan mengungkap bahwa ABK tersebut meninggal dunia akibat penganiayaan. Hal ini terlihat dari adanya luka lebam yang cukup banyak pada tubuh.
Para ABK yang diduga merupakan korban perbudakan manusia
Hal serupa juga pernah dialami oleh Reynalfi rekannya, Andri Juniansyah, yang memutuskan melarikan diri dengan cara terjun ke laut karena tak tak tahan dengan perlakuan kasar awak kapal Cina tempatnya bekerja. Dalam sehari, mereka dan ABK Indonesia lainnya dipaksa bekerja selama 20 jam dengan jatah makan yang dibatasi.
BACA JUGA: Diperlakukan Bak Budak, Begini Kisah Menyayat Hati ABK Asal Indonesia yang Bekerja di Kapal Asing
Kejadian di atas sejatinya bukanlah sebuah hal yang baru. Sebelumnya, hal serupa pernah terjadi pada awak ABK kapal Long Xing yang dipekerjakan secara tak manusiawi. Juga ada kasus Benjina di era Susi Pudjiastuti yang terkuak pada November 2015, di mana ada ratusan nelayan dari berbagai negara seperti Thailand, Myanmar, Kamboja, dan Indonesia yang menjadi korban perbudakan.