Pelajar di Indonesia pastinya sangat akrab dengan namanya PR, peringkat kelas dan Ujian. Ya, ketiga hal tersebut merupakan bagian dari kurikulum yang ada di Indonesia. Menariknya, tiga hal itu tidak pernah ada di Finlandia. Dan lihat apa jadinya, negara ini menjadi negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia. Coba bandingkan dengan Indonesia.
Jadi kenapa tidak mencontoh Finlandia saja? Kita terapkan semua kurikulum di Finlandia pada negara kita. Mungkin semua anak di Indonesia akan memiliki nilai di atas rata-rata. Pastinya tidak akan semudah membalikkan telapak tangan, bakal ada plus dan minus dari perubahan sistem yang mendadak itu. Dan inilah beberapa hal yang akan terjadi jika kita langsung menerapkan pola pendidikan nomor satu di dunia itu pada Indonesia.
Semua penduduk lulusan sarjana
Kurang lebih seperti itulah yang terjadi, pasalnya semua biaya sekolah tanggung oleh pemerintah. Selain itu, sudah tidak ada lagi namanya sekolah berlabel swasta, karena semua sekolah akan dikelola oleh negeri. Mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, semua anak tidak terkecuali dapat merasakan rasanya masuk di perguruan tinggi. Jadi tidak ada lagi para pengamen kecil atau anak-anak jalanan.
Hal ini juga mengurangi eksploitasi anak yang marak terjadi di Indonesia. Semua anak yang lulus akan memperoleh gelar sarjana, tapi tergantung sih pasalnya juga ada sekolah khusus kejuruan bagi mereka yang tidak berminat masuk ke perguruan tinggi.
Tidak adanya peringkat, membuat efek yang berbeda
Dihapusnya sistem peringkat bisa membuat para siswa tambah rajin atau malah sebaliknya. Masalahnya, sistem peringkat ini telah lama digunakan oleh Indonesia sejak zaman dulu, takutnya jika dihilangkan maka akan terjadi shock pada para siswa. Untuk mendapatkan peringkat tertinggi, siswa menjadi terpacu dan terus belajar ada bersaing dalam 10 besar. Tapi bila diubah begitu saja, anak yang pintar menjadi malas dalam belajar karena kehilangan motivasi diri.
Tapi hal tersebut bisa saja diantisipasi jika digunakan perubahan yang bertahap. Bagi anak yang sering mendapat peringkat rendah atau sering tidak naik kelas, ini merupakan hal bagus. Pasalnya mereka bisa tenang karena tidak lagi mendapat marah dari orang tua serta rasa malu akibat nilai buruk. Selain itu, hal tersebut membuat para siswa jadi lebih kreatif. Pasalnya tidak ada nilai khusus yang harus mereka capai sehingga mereka dapat berkembang dengan cepat. Itulah hal baik dan buruk yang bisa saja terjadi.
Karena tanpa ujian, banyak yang bolos tapi standar kualitas meningkat
Meskipun ada ujian yang bertujuan untuk memotivasi anak agar belajar saja masih banyak yang berani bolos, bagaimana kalau tidak ada ujian. Pastinya akan lebih banyak yang berani melakukannya. Siswa akan merasa sangat bebas karena tidak ada lagi keterikatan mereka harus lulus dalam nilai tertentu. Mungkin kita akan melihat banyak warnet akan penuh di jam-jam sekolah dan banyak siswa akan mengambil jatah liburnya. Tapi di sisi lain, kualitas pelajarnya akan meningkat pesat. Karena setiap guru memberikan perlakuan berbeda pada masing-masing murid. Alhasil murid akan dapat mengembangkan bakat yang ia miliki.
Tidak ada lagi namanya salah jurusan yang ada di Indonesia dan jelas kualitas SDM-nya akan sangat tinggi. Pelajar lulusan Indonesia akan menjadi percontohan bagi negara-negara sekitar seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Dan mungkin akan banyak orang luar negeri yang menyekolahkan anaknya di Indonesia.
Kesejahteraan guru meningkat dan menjadi profesi favorit
Pastinya untuk menerapkan seperti kurikulum di Finlandia, kualitas guru juga harus ditingkatkan. Minimal pendidikan minimal untuk menjadi seorang guru adalah S2. Dengan begitu, semua lulusan di Indonesia akan memiliki kualitas yang terjamin. Bukan hanya itu, bayaran seorang guru tidak akan lagi seperti sekarang.
Profesi guru akan sepadan dengan pekerja-pekerja bergengsi seperti dokter dan tentara. Dan pastinya bayarannya bukan sembarangan seperti sekarang. Bukan suatu yang mustahil jika para siswa kelak banyak memiliki cita-cita menjadi seorang pengajar.
Meskipun ingin meniru sistem pendidikan nomor satu di dunia, tapi butuh proses yang lama dalam implementasiannya. Masalahnya sistem di Indonesia pendidikannya sudah mengakar, bukan berarti tidak bisa diubah, hanya butuh waktu agar berjalan lancar. Apapun caranya, kita cuma ingin yang terbaik bagi para pelajar Indonesia.