Semua murid yang duduk di kelas akhir setiap jenjang sekolah wajib mengikuti Ujian Nasional untuk selanjutnya dapat meneruskan pendidikannya ke tahap yang lebih tinggi. Kewajiban itu juga sejalan dengan hak yang mereka miliki untuk menjalani ujian seperti apa pun kondisinya. Entah ujian harus dilakukan di sekolah dengan keadaan bangunan rusak maupun dalam kondisi sang murid yang tidak prima.
Seperti kisah-kisah di bawah ini yang mana murid-murid dari berbagai daerah di Indonesia terpaksa mengikuti ujian nasional dalam keadaan kurang stabil. Mulai dari sakit sampai masih berstatus sebagai tahanan.
Menjalani ujian dengan kondisi kaki membusuk
Fisik yang sehat, itulah yang mungkin menjadi doa setiap anak yang akan melaksanakan ujian agar bisa dengan maksimal menjawab soal-soalnya. Namun hal lain ternyata harus dialami oleh Juvita. Gadis asal kota Probolinggo, Jawa Timur ini terpaksa harus menjalani ujian nasional dengan kondisi kaki membusuk di rumahnya. Kejadian yang terjadi saat penyelenggaraan UN jenjang sekolah dasar beberapa waktu lalu itu sontak membuat banyak netizen merasa iba.
Juvita menjalani ujian di rumahnya dengan didampingi oleh keluarga serta sang guru. Juvita yang duduk di kelas 6 SDN Pesisir ini mengaku bahwa meskipun kondisi kakinya terlihat parah, dia harus menyelesaikan ujian kali ini karena tak ingin kembali tinggal kelas. Gadis yang bercita-cita menjadi dokter ini menderita sebuah penyakit yang membuat kaki kirinya membusuk serta bernanah mulai dari bagian lutut sampai kaki. Meski demikian dia tetap tidak menyerah bahkan memaksa untuk menulis sendiri jawaban di lembar ujiannya.
Melanjutkan ujian meski pandangan kabur, pusing, serta badan gemetar karena leukimia
Kisah lain datang dari seorang siswa SMA PGRI Demak yang juga tetap semangat menjalankan ujian akhirnya meski dengan kondisi fisik kurang memungkinkan. Ahmad Alfian adalah salah satu siswa SMA yang menjalankan ujian nasional meskipun telah divonis menderita penyakit leukimia. Anak dari seorang tukang becak ini diperbolahkan mengerjakan soalnya dari ruangan UKS.
Hal tersebut dikarenakan sempat beberapa kali saat mengerjakan soal, Ahmad harus merebahkan tubuhnya bila pandangannya mulai kabur serta sakit kepala. Kondisinya yang lemah saat itu juga membuatnya terlihat gemetaran ketika mengerjakan soal-soalnya. Meski demikian, sosok Ahmad tetap berusaha untuk menyelesaikan keseluruhan soalnya. Saat itu Ahmad memang tidak main-main dalam mengerjakan soal karena dia masih ingin mengejar cita-cita membanggakan orang tua dengan menjadi TNI. Dan kegigihan Ahmad sontak membuat pihak sekolah merasa iba dan mendoakan agar sang murid bisa kembali beraktivitas dengan enerjik layaknya dulu.
Melanjutkan ujian dari dalam sel penjara
Bila Juvita melaksanakan ujian di rumahnya dan Ahmad menjalaninya di UKS, hal yang berbeda dialami Nursalim. Siswa Madrasah Aliyah Negeri Model Sekayu ini terpaksa harus menjalani unian di dalam penjara karena telah menjadi tersangka atas kasus pencurian dan kekerasan. Menurut petugas, meskipun saat ini Nursalim berstatus sebagai tahanan tapi pihak penjara masih akan memberikan haknya sebagai seorang pelajar untuk mengikuti ujian.
Nursalim memang mengakui bahwa dia telah melakukan kekerasan pada seorang siswa SMP untuk mendapatkan motor korban, namun kemudian pemuda berusia 16 tahun itu merasa menyesal dan berjanji untuk tak melakukannya lagi. Pemuda itu mengaku siap saja menjalani ujian dipenjara karena memang itu resiko atas perbuatannya. Meskipun sebenarnya Nursalim mengaku tidak bisa melakukan persiapan apapun untuk menghadapi ujian karena di penjara tidak ada buku untuk belajar. Walau demikian Nursalim masih semangat melanjutkan ujiannya tersebut.
Tahanan yang berhasil mengikuti UN berkat orang tua
Beberapa waktu lalu, di Meulaboh Aceh Barat, ada seorang ibu dari siswa kela XII SMK Negeri 3 yang berjuang mati-matian agar sang anak dapat mengikuti ujian nasional. Ibu yang diketahui bernama Ratna Sari itu tampak tak pernah lelah berjuang mencari ijin agak anaknya yang berstatus tahanan bisa menunaikan kewajibannya di sekolah. Anak dari ibu berusia 40 tahun tersebut kala itu harus mendekam di dalam jeruji besi atas perbuatannya dan sang kawan yang nekat mencuri inventaris sekolah.
Sang ibu bercerita bahwa dia sudah berkali-kali menangis histeris di sekolah agar anaknya bisa ikut ujian namun nampaknya masih belum bisa juga. Bahkan sang kepala sekolah kabarnya juga sempat dengan emosinya mengatakan kepada pihak dinas pendidikan bahwa anak itu telah diberhentikan secara tidak hormat. Namun berbekal informasi terkait kebijakan pemerintah pusat yang menyatakan bahwa siswa hamil dan narapidana diperbolehkan mengikuti UN, maka pada akhirnya perjuangannya membuahkan hasil. Setelah sebelumnya dia menyerahkan diri untuk dapat menggantikan sang anak di penjara agar bisa ikut ujian, akhirnya betapa senangnya Ratna bisa melihat sang anak melangkah menuju kelas dan berdoa bersama kawan-kawannya agar bisa mengikuti ujian.
Ujian Nasional memang sekarang sudah dianggap sebagai gerbang para pelajar agar dapat meneruskan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. UN juga bisa disebut sebagai tiket mereka untuk nantinya bisa mengejar cita-cita yang selama ini diidamkan. Kalau orang-orang di atas saja masih tetap optimis dalam mengikuti ujian dengan maksimal meskipun kondisinya sedang tidak stabil, pasti kita semua juga mampu.