Tidak dapat dipungkiri atau bahkan disembunyikan bahwa di setiap negara selalu ada kelompok-kelompok yang menyimpang dari hukum, aturan, sampai dengan norma yang ada di masyarakat. Ya, mereka ini yang disebut preman, gangster, dan semacamnya.
Di Tanah Air sendiri dari tahun ke tahun selalu bermunculan kelompok-kelompok yang membuat masyarakat resah seperti ini. Ada yang hanya beranggotakan beberapa puluh saja, sampai dengan yang memiliki member hingga jumlahnya ratusan. Dan berbicara soal kelompok macam ini, di Indonesia ada yang disebut dengan geng Kapak Merah. Mereka ini adalah gerombolan kriminal yang bikin ibukota selalu tidak aman dan penuh was-was.
Sejarah pendirian geng Kapak Merah
Secara umum, tidak ada yang mengetahui pasti siapa pendiri dari geng yang namanya mencuat dan menjadi perhatian masyarakat serta kepolisian di tahun 2000-an silam tersebut. Namun secara pasti, keberadaan geng kriminal yang identik dengan senjata mereka berupa kapak yang sengaja dicat berwarna merah ini sangat meresahkan masyarakat.
Menurut kabar, basis utama sekaligus markas dari gerombolan kriminal satu ini adalah di Perempatan Coca-Cola, Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Walaupun awalnya hanya berjumlah sedikit, namun kenekatannya melakukan pemerasan sampai dengan pengerusakan kendaran menjadi perhatian khusus dari pihak kepolisian.
Hampir semua ruas jalan dan persimpangan yang sibuk selalu menjadi ‘arena bermain’ dari geng satu ini, terlebih di kawasan Sawah Besar, Jalan Cideng Barat, Gambir, Simpang Susun Grogol dan Beberapa ruas di Blok M.
Perekrutan anggota geng Kapak Merah
Memasuki tahun 2001, sepak terjang geng Kapak Merah semakin tidak terbendung. Bahkan daerah dari kelompok satu ini semakin meluas dan memiliki banyak anggota. Bahkan ada kabar wilayahnya meluas sampai dengan di Surabaya.
Dalam perekrutan anggota, geng Kapak Merah ini tidak berdasarkan siapa dan dari mana orang yang mau bergabung. Dikarenakan itu, anggota dari Kapak Merah ini berisikan banyak orang dari berbagai suku dan ras. Rata-rata para anggotanya adalah pengangguran dan orang-orang jalanan yang sudah kerap kali melakukan tindak kriminal.
Namun ada juga yang awalnya adalah orang biasa dan ikut-ikutan teman (direkomendasikan kepada ketua geng) dan akhirnya menjadi anggota. Tidak hanya itu saja, bagi mereka yang ‘sukses meniti karir’ di Kapak Merah, tidak jarang ketika pulang ke kampung halaman akan mengajak rekan atau saudaranya untuk ikut serta bergabung dengan iming-iming penghasilan tentunya.
Ketika seseorang ingin menjadi anggota dari Kapak Merah, maka wajib mengikuti seleksi terlebih dahulu dan setelah diterima, masih harus mengikuti pelatihan di tempat-tempat khusus. Ketika sudah dianggap mahir, mereka akan didampingi oleh anggota senior untuk melakukan aksi di jalanan.
Modus operandi geng Kapak Merah
Rata-rata, daerah operasi dari geng Kapak Merah ini adalah di sepanjang jalan-jalan yang ramai. Para anggota ini selalu mengincar kendaraan yang sedang terjebak macet dan kemudian memaksa korbannya untuk menyerahkan benda-benda berharga lainnya, termasuk ponsel yang dimiliki sang korban, tanpa peduli dengan kondisi di sekitar sedang ramai atau sepi.
Pada umumnya, para anggota akan memantau terlebih dulu calon korbannya dengan mengetahui siapa pengemudinya dan apa yang mereka bawa. Kaum Hawa adalah sasaran empuk bagi geng satu ini dengan target umum adalah perangkat mobile atau juga isi dompet.
Ketika korban sudah ditentukan, maka saat mobil berada dalam antrian menunggu lampu hijau menyala, para anggota geng akan langsung beraksi. Namun pada umumnya, anggota Kapak Merah cukup lihai dan cepat dalam beraksi dengan memangsa kendaraan yang tertutupi kendaraan lain di sebelahnya. Dengan kata lain, mereka tidak mau melakukan aksi jika terlalu terang-terangan karena mudah diketahui polisi atau pejalan kaki lainnya.
Rata-rata sebelum melakukan aksi, selalu dilakukan rapat sebelumnya untuk menentukan tempat operasi. Mobil-mobil mewah adalah sasaran utama dan pertama kali yang mereka lakukan adalah mencungkil kaca spion dengan harapan sang pengemudi keluar dari dalam mobil.
Punya musuh di mana-mana
Selain tentunya pihak kepolisian, Geng Kapak Merah ternyata juga memiliki banyak musuh dari geng lainnya. Bahkan kabarnya, ketika ada anggota geng yang tertangkap pihak berwajib dan dijebloskan ke penjara, tidak sedikit orang-orang di dalam sel akan melakukan penganiayaan terhadap yang bersangkutan.
Sudah menjadi semacam risiko bagi sebuah gangster untuk memiliki musuh. Hal ini lazim karena dalam dunia kriminal pun yang namanya saingan itu tetap ada. Bahkan cara main mereka sangat kasar. Tak lagi sindir-sindiran, tapi saling pukul bahkan bunuh-bunuhan.
Sekarang ini, sepak terjang Geng Kapak Merah sudah sangat jarang lagi terdengar. Ada yang mengatakan bahwa kelompok kriminal satu itu sudah bubar atau dibubarkan, ada pula yang melaporkan bahwa masih ada tapi jumlah anggotanya sudah semakin menyusut.