Pada Desember 2014 lalu, ada sebuah tragedi yang cukup memprihatinkan. Jadi, ada sekelompok gangster bernama Sakera Madura yang didalangi oleh warga pulau Garam, membuat kekacauan di Malaysia. Saat itu, kondisi cukup mencekam dan Kepala Polisi Negara Malaysia, Tan Sri Khalid Abu Bakar mengungkapkan bakal menindak tegas warga asing yang membentuk atau pun terlibat dalam geng preman atau kelompok ilegal lainnya di Malaysia.
Pihaknya kala itu langsung mencari tahu keberadaan dari kelompok Sakera Madura yang diperkirakan berada di kawasan Mantin, Pajam, dan Nilai di Negeri Sembilan serta Kajang, Serdang, dan Petaling Jaya. Pertanyaan yang mungkin terbersit di pikiran banyak orang adalah, siapa Sakera Madura dan kenapa mereka membuat kekacauan di sana?
Kebanyakan, rakyat Malaysia menganggap bahwa warga Madura adalah masyarakat yang suka merompak (Rampok), Pecah Kaca (pencuri), serta pembunuh. Dan yang lebih miris lagi ada anggapan kalau masyarakat Madura yang ada di sana suka memakan manusia (Kanibal). Padahal belum ada bukti konkret terkait hal tersebut. Nah, anggapan tersebut akhirnya membuat kelompok Sakera Madura berdiri sebagai barisan komunitas sakit hati atas strata sosialnya yang dianggap rendah oleh masyarakat Malaysia.
Jika diamati, Sakera sebenarnya adalah nama dari seorang tokoh terkenal dengan logat Madura, meskipun Sakera sendiri sebenarnya berasal dari Pasuruan, Jawa Timur. Tidak ada kesan jahat dari sejarah Sakera sebenarnya. Bahkan dia dianggap sebagai salah satu pahlawan yang mempertahankan Indonesia dari penjajah Belanda.
Namun karakter keras dan pembangkang memang melekat pada tokoh tersebut. Sehingga kerap disambungkan pada masyarakat Madura yang kebanyakan memiliki watak keras. Maka tak salah jika masyarakat Malaysia menganggap orang Madura adalah gerombolan pembuat onar.
Tahun 2014 lalu adalah puncak dari maraknya teror Sakera Madura di Negeri Jiran. Menurut Tan Sri Khalid Abu Bakar kala itu, Pemantauan lebih agresif akan dilakukan terhadap kumpulan preman didalangi warga asing ini. Polisi Diraja Malaysia (PDRM) senantiasa memberikan penekanan terhadap tugas memberantas kumpulan gelap yang beroperasi di Malaysia.
Sebenarnya, gangster ini sudah lama berada di Malaysia. Dan memang kerap melakukan berbagai aksi kejahatan, termasuk membunuh demi memenuhi keinginan mereka yang berpegang pada prinsip “Budi harus dikenang, dendam harus dibalas”.
Sumber polisi mengatakan kelompok beranggotakan anak-anak muda itu mempunyai organisasi sendiri dengan lambang, etika dan ritual khas. Setiap anggota geng disyaratkan memiliki dua sabit sebagai tanda kesetiaan, dan mereka harus membantu satu sama lain tanpa gagal. Hasil pengusutan mendapati beberapa anggota Sakera Madura ini juga menyertai kelompok Ketombe 86/96 yang bergelimang dengan arak, narkoba dan seks bebas.
Prinsip kumpulan “Ketombe 86/96” ini adalah “Satu hati sampai mati”. Mereka cenderung bergembira, khayal dan mabuk dan mengagung-agungkan lambang salib meskipun tidak semua di kalangan mereka beragama Kristiani.
Beberapa karakter khusus dari mereka antara lain adalah mengenakan rantai dengan 1 huruf, memakai baju dengan lambang tulisan “Sakera Madura” berwarna merah, gemar memakai celak, serta berambut panjang. Mereka juga diketahui memperlakukan parang sabit secara khusus dengan cara dipuja-puja.
Apakah teror Sakera Madura masih ada sampai sekarang? Belum bisa dipastikan. Pasalnya sangat minim informasi tentang mereka. Namun ada beberapa kejadian di Malaysia yang diduga ada kaitannya dengan Sakera Madura. Pada 22 Maret 2015 lalu, tiga orang tewas dalam aksi carok massal antara Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Sampang, Bangkalan, Madura, di pinggiran kota Kuala Lumpur, Malaysia.
Belum benar-benar terungkap sebenarnya siapa Sakera Madura yang bikin geger Malaysia ini. Tapi, menurut kabar, gangster ini sudah ada sejak lama, dan dari namanya saja sebenarnya sudah merepresentasikan mereka siapa. Agak patut disayangkan sih kalau benar mereka yang bikin ulah sampai membuat orang-orang Malaysia ketakutan. Tapi, di satu sisi cukup bisa dimaklumi seumpama benar jika Sakera Madura berdiri atas perlakuan diskriminatif terhadap mereka.