Bisa dibilang bahwa hubungan antara Indonesia dan Malaysia itu naik turun. Ada sebagian orang yang menilai kedua negara ini cukup harmonis, ada juga yang berpikiran bahwa mereka sebenarnya memiliki konflik yang tak terlihat. Apalagi setelah kejadian ‘pengambilan’ pulau Indonesia oleh Malaysia dan juga pengakuan beberapa budaya kita oleh mereka yang membuat warga geram.
Namun tanpa disadari dibalik semua konflik yang ada, warga Indonesia diam-diam juga mengagumi negeri jiran itu. Hal tersebut bahkan sudah dapat dilihat dari keseharian orang-orang kita. Tidak percaya? Di bawah ini ada lima bukti yang menjelaskan bagaimana sukanya masyarakat tanah air dengan negara tersebut.
Lagu-lagunya pernah ada di playlist wajib kita
Siapa di antara kalian yang tidak pernah menyukai lagu-lagu malaysia? Baik itu musik Siti Nurhaliza, Iyeth Bustami, apalagi lagu-lagu penyanyi pop atau rock seperti SLAM ataupun SPOON. Untuk generasi 90an, pasti sudah tidak asing lagi dengan lagu berjudul Gerimis Mengundang atau Rindu Serindu Rindunya yang hampir setiap hari diputar di radio maupun televisi kita dulu.
Lagu-lagu musisi Malaysia bisa dibilang tak lekang termakan zaman bagi masyarakat Indonesia sampai saat ini. Lirik yang dalam serta musik yang sederhana untuk dimainkan membuat banyak orang Indonesia terbuai, mulai dari yang muda sampai yang tua. Lagu musisi negeri jiran itu tentunya tak kalah dengan karya band kenamaan Indonesia yang hingga detik ini pun masih berhasil membuat kita terhanyut dan tersayat-sayat. Hayo, iya atau iya nih?
Filmnya jadi tontonan sehari-hari
Selain lagu-lagunya yang terbukti banyak menemani kegalauan masyarakat Indonesia, tayangan program Malaysia juga menjadi favorit orang-orang kita. Tidak percaya? Coba bayangkan saja dalam satu hari berapa kali serial kartun upin ipin ditampilkan di televisi? Meskipun ceritanya sering diulang-ulang, anak-anak serasa tak pernah bosan menikmati tayangan si kembar itu.
Menurut data dari beberapa website penghitung rating tayangan televisi Indonesia, Upin Ipin menjadi salah satu kartun yang selalu menduduki posisi tinggi dibanding serial Indonesia lainnya. Apalagi penonton kartun ini ternyata bukan hanya anak-anak, hal ini semakin memperlihatkan bahwa penonton kita lebih tertarik dengan kartun berlatar belakan Malaysia itu. Belum lagi di beberapa daerah di Indonesia malah beredar dengan bebas film-film Malaysia yang menjadi favorit dibanding film sekelas Ada Apa dengan Cinta.
Bahasanya jadi favorit
Perpanjangan dari seringnya mendengarkan musik Malaysia dan menonton filmnya, masyarakat kita secara tidak langsung jadi sangat menyerap bahasanya. Efek ini mungkin sangat terlihat di kalangan anak-anak penggemar serial Upin Ipin ya. Mayoritas anak yang setiap harinya menjadi penonton setia kartun-kartun Malaysia pasti sedikit-sedikit memahami bahasanya.
Belum lagi jika mereka menirukannya saat berbicara dengan sesama teman, dari tahap imitasi ini lama kelamaan akan membuat mereka semakin fasih menggunakannya. Mungkin hal ini mereka anggap lucu ya bila dapat berbicara ala-ala upin dan kawan-kawan, meskipun takutnya nanti mereka lebih cinta dengan Bahasa Malaysia. Betul betul betul?
Negaranya jadi tujuan wisata populer
Sebagai salah satu negara yang lokasinya dekat dengan Indonesia, Malaysia menjadi destinasi wisata bagi banyak masyarakat Indonesia. Banyak dari kita yang memilih Malaysia karena lokasinya yang dekat, budayanya yang tak jauh berbeda, serta biayanya yang terbilang murah. Apalagi untuk mereka yang baru pertama kali ingin mencoba pengalaman ke luar negeri, pastilah banyak yang mendatangi Kuala Lumpur.
Pokoknya bagi masyarakat, mengunjungi Malaysia menjadi favorit dilihat dari segala sisinya. Coba kalian survey saja ada berapa orang Indonesia yang pernah menginjakkan kakinya di sana, pasti akan ada banyak yang mengaku. Belum lagi bila pulang membawa kebanggaan sudah pernah melihat Twin Tower, serasa lupa deh pernah punya konflik.
Barang-barangnya jadi komoditi utama
Sudah bukan rahasia lagi bahwa di beberapa daerah Indonesia yang berbatasan langsung dengan Malaysia sudah beredar barang-barang non Indonesia yang dipergunakan sehari-hari. Mulai dari bahan dapur seperti kecap dan sarden, sampai alat rumah tangga dan krim perawatan wajah. Selain hal itu dikarenakan masyarakat merasa lebih mudah dan murah mendapatkannya, mereka juga beranggapan barang impor lebih baik secara kualitas.
Untuk bahan dapur memang ada merek tertentu yang memiliki cita rasa lezat, tapi selebihnya sama saja dengan produksi dalam negeri. Coba saja akses pengiriman produk dalam negeri bisa lebih mudah menjangkau daerah-daerah pinggir ini mungkin orang Indonesia di sana akan bisa lebih bangga dengan produk sendiri.
Setelah membaca ini mungkin sebagian dari kalian secara tidak langsung akan menyadari bahwa selama ini memang kita sudah mengagumi negara tetangga itu. Kesenangan yang ternyata ditimbulkan hanya dari musiknya, tayangan televisi, bahasa, budayanya, sampai kemudahan mendapatkan barangnya. Dan yang pasti bagaimana pun kondisinya, kita harus tetap bangga dengan negara kita sendiri. Karena kalau bukan kita yang mengembangkan Indonesia, masak kita rela negara lain sedikit demi sedikit merebutnya?