Pada hari Senin tanggal 14 Februari lalu, dunia tiba-tiba dikejutkan atas kematian Kim Jong-nam. Kematian pria tersebut menggemparkan awak media di seluruh dunia lantaran ia merupakan kakak tiri dari seorang diktator asal Korea Utara, Kim Jong-Un.
Ia dibunuh di bandara Internasional Kuala Lumpur pada hari Senin pagi. Saat itu ia berencana untuk terbang ke Macau via penerbangan pukul 10.00 waktu setempat. Pelaku dan metode pembunuhannya belum diketahui pasti, ujar aparat kepolisian Malaysia bernama Fadzil Ahmat.
Namun, beberapa saksi mata yang kebetulan melihat menuturkan bahwa ia ditusuk oleh seorang wanita dengan semacam jarum beracun dan dibekap oleh kain yang telah dilumuri cairan berbahaya. Awalnya pihak bandara sudah berusaha menanganinya di klinik yang ada dalam bandara tersebut. Namun, karena kondisinya semakin parah, mereka memutuskan untuk melarikannya ke rumah sakit Putrajaya. Naas, ia tewas dalam perjalanan menuju ke sana.
Pada saat kejadian, Kim Jong-Nam menggunakan paspor palsu atas nama Kim Chol. Kim memang sudah sering berurusan dengan aparat di negara lain akibat kerap menggunakan dokumen ilegal ketika bepergian.
Dua hari setelah itu, polisi menangkap seorang wanita berpaspor Vietnam yang diduga merupakan pelaku pembunuhan tersebut. Selain itu, aparat setempat juga telah menangkap Siti Aisyah seorang warga keturunan Indonesia dan saat ini tengah mengejar sejumlah warga asing lainnya yang diduga ikut terlibat.
Siapakah Kim Jong-Nam?
Kim Jong Nam lahir 46 tahun silam di ibu kota Korea Utara, Pyongyang. Ia merupakan anak tertua dari pemimpin Korea Utara yang berkuasa selama kurun waktu 1994 hingga 2011, Kim Jong-il. Ia sedianya dipersiapkan sebagai pewaris takhta dan calon pemimpin masa depan Korea Utara.
Namun, pada tahun Mei 2001 silam ia diketahui oleh media tengah mencoba masuk ke Jepang untuk mengunjungi wahana Disneyland menggunakan paspor palsu. Dalam kunjungannya tersebut, ia menggunakan nama samaran Cina, Pang Xiong, yang berarti “beruang gemuk.” Ia juga diketahui datang bersama dua orang wanita dan seorang anak laki-laki yang belakangan diketahui merupakan putranya.
Tak lama setelah ditahan ia kemudian dideportasi ke Cina. Insiden tersebut membuat ayahnya sangat malu dan terpaksa membatalkan rencana kunjungan resminya ke Cina. Atas kejadian itu, ia pun didepak dari negaranya dan malang melintang di negeri orang, seperti Cina, Rusia, Swiss, Hong Kong, serta Malaysia.
Sebetulnya ada banyak “dosa” Kim Jong-Nam yang membuatnya diragukan oleh ayahnya sendiri untuk meneruskan estafet kepemimpinan. Ia adalah tukang judi kelas berat dan juga seorang pria hidung belang. Namun, insiden ini diyakini menjadi puncak amarah ayahnya atas semua tindakan Kim yang telah mempermalukan Korea Utara.
Padahal, sebelum terjadinya insiden ini, ia merupakan calon kuat penerus trah Kim Jong-il. Ia juga sempat ditempatkan di beberapa posisi strategis di negaranya, seperti posisi senior di Kementerian Keamanan Publik Korea Utara. Ia juga pernah ditunjuk sebagai kepala Komite Komputer yang bertugas dalam pengembangan industri teknologi dan informasi di Korea Utara.
Bahkan, pada Januari 2001, tepat beberapa bulan sebelum insiden Tokyo, ia sempat berkunjung ke kota Shanghai bersama ayahnya dalam rangka membicarakan perkembangan industri TI bersama para petinggi di Cina.
Benarkah Pemerintah Korea Utara merupakan dalang di balik pembunuhan ini?
Banyak spekulasi yang beredar perihal siapa dalang pembunuhan ini. Namun, menurut sebuah sumber, pemerintah Amerika Serikat kuat menduga bahwa Korea Utara yang dimotori oleh Kim Jong-Un merupakan pelakunya.
Kim Jong-Nam memang sudah diincar sejak lama. Lima tahun lalu, ia bahkan dikabarkan pernah memohon kepada saudaranya tersebut untuk mengampuni dirinya beserta nyawa keluarganya.
“Kami (ia bersama keluarganya) tak punya tempat untuk dituju, pun tempat untuk bersembunyi. Kami sadar betul, bahwa satu-satunya jalan keluar adalah dengan menghabisi nyawa sendiri,” ujar Kim Jong-Nam dalam sebuah surat yang ditujukan kepada Kim Jong-Un. Bocoran surat tersebut berasal dari salah seorang politikus yang identitasnya dirahasiakan.
Sebelumnya, pada tahun 2013 lalu Kim Jong-Un juga telah mengeksekusi pamannya sendiri, Jang Song-thaek, yang merupakan orang kedua paling berpengaruh di Korea Utara setelah dirinya. Jang Song juga diyakini punya hubungan dekat dengan Kim Jong-Nam dan telah merawatnya sejak ia masih kecil.
Apa motif pembunuhan tersebut?
Jika dilihat dari daftar korban yang tewas, bisa disimpulkan bahwa motif pembunuhan ini adalah sebagai upaya lalim Kim Jong-Un untuk menjaga kedaulatan negaranya. Sebab, ia takut kalau Kim Jong-Nam membocorkan rahasia penting negaranya kepada negara luar.
Namun, spekulasi terliar datang dari mulut seorang profesor asal Universitas Dongguk Korea Selatan bernama Koh Yu-hwan yang menyebutkan bahwa dilenyapkannya Kim Jong-Nam adalah upaya Kim Jong-Un untuk mempertahankan posisinya sebagai pemimpin tertinggi Korea Utara generasi ketiga.
“Banyak loyalis Kim Jong-Un yang ingin menyingkirkan kakak tirinya tersebut,” ujar Koh Yu-hwan lebih jauh.
Padahal, selama beberapa tahun ke belakang ini Kim Jong-Nam berkali-kali menegaskan kalau dirinya tak tertarik untuk memimpin negeri yang mengisolasikan diri dari dunia luar tersebut.
“Secara pribadi, saya tidak tidak tertarik menjadi suksesor ayah saya,” ucapnya pada stasiun TV Jepang, Asahi TV, pada 2010 silam. “Saya harap adik saya (Kim Jong-Un) dapat memberikan yang terbaik bagi kemakmuran rakyat Korea Utara.”
Apakah benar ada keterlibatan WNI dalam skandal pembunuhan ini?
Indonesia juga dibuat terhenyak, ketika pihak Malaysia menyebutkan ada seorang WNI bernama Siti Aisyah asal Serang, Banten yang terlibat dalam percobaan pembunuhan Kim Jong-Nam.
Ada rumor yang berkembang bahwa Doan Thi Huong, wanita berpaspor Vietnam yang terekam dalam CCTV bandara beserta Siti Aisyah merupakan agen mata-mata Korea Utara.
Siti diketahui menikah dengan seorang pria bernama Gunawan Hasyim. Karena sulitnya mendapat pekerjaan di Indonesia, ia pun bersama suaminya terbang ke Malaysia atas saran mertuanya. Sayangnya, keputusan Siti untuk pergi ke Malaysia mengakibatkan ia bercerai dengan suaminya. Hasyim menuduh bahwa Siti berselingkuh.
Hasyim pulang kembali ke kotanya di Serang, Banten. Sedangkan, tak diketahui batang hidung Siti sejak saat itu. Tak ada yang tahu apa pekerjaan Siti di Malaysia. Bahkan, Dirjen perlindungan WNI Kemlu menyatakan bahwa Siti tak tercatat sebagai TKI di Malaysia.
Apakah benar, Siti adalah agen mata-mata Korea Utara? Ataukah ia hanya korban rekayasa atau konspirasi tingkat tinggi Korea Utara atau negara lainnya yang memanfaatkan kejadian ini sebagai keuntungan jangka panjang?
Hingga artikel ini dimuat, Siti Aisyah masih ditahan oleh aparat kepolisian Malaysia. Mari kita berharap agar rumor yang menyebutkan bahwa Siti Aisyah terlibat dalam rencana pembunuhan ini tidak terbukti.