Penderitaan Muslim Rohingya yang ada di Myanmar tidak pernah berhenti sampai sekarang. Setelah beberapa bulan lalu, ribuan etnis ini terkatung-katung di lautan karena banyak negara menolkanya. Kini, desa-desa mereka yang ada di kawasan Rakhine dibakar oleh militer Myanmar dan menyebabkan puluhan ribu orang kehilangan tempat tinggal.
Masalah yang terjadi di Rakhine adalah tragedi kemanusiaan yang sangat parah. Mirisnya, dunia hanya mengecam saja. Tidak ada tindakan tegas kepada Myanmar atau Burma yang melakukan aksi mengerikan dan memakan korban jiwa ini. Berikut cerita tentang tragedi Rakhine yang akan membuat kita miris dan berharap segera muncul jalan keluar.
Mendapat Teror dari Pihak Militer
Sejak Akhir Oktober 2016, keadaan kawasan Rakhine yang memiliki cukup banyak muslim mulai bergejolak. Pihak militer setempat mulai melakukan aksi-aksi tidak manusiawi dan menyebabkan banyak sekali orang tidak tenang untuk tidur. Setelah teror dilancarkan, pihak militer mulai melakukan aksi mengerikan dengan melakukan pengusiran dan juga penyerangan.
Warga diminta keluar dari desa yang telah mereka tinggali sejak lama. Entah apa maksud dari semua ini, pihak militer langsung memberikan tindakan tegas termasuk melakukan aksi pembakaran, penembakan, dan penganiayaan kepada banyak orang tanpa ampun. Mau anak-anak, orang tua, atau wanita sekali pun akan diperlakukan dengan tidak baik.
Adu Domba yang Sangat Mengerikan
Ada dua kubu yang saling bertarung dan akhirnya ditunggangi oleh pemerintah Myanmar melalui pihak militer. Pertama adalah kubu muslim Rohingnya yang dianggap sebagai teroris. Kelompok ini dikatakan melakukan aksi teror dan melakukan penyerangan pada pihak nonmuslim di Rakhine sehingga situasi memanas dan dijadikan alasan oleh militer untuk melakukan tindakan melanggar HAM.
Kelompok kedua adalah mereka yang bukan muslim. Setiap hari, penduduk di sini juga ketakutan kalau tiba-tiba tetangga muslimnya akan menyerang. Setiap malam mereka juga was-was kalau mendadak ada aksi penyerangan seperti bom dan tembakan. Dari dua situasi yang cukup pelik dari muslim dan nonmuslim inilah tragedi Rakhine jadi tersulut.
Kekerasan yang Mengerikan Namun Dianggap Biasa
Dalam serangan yang dilakukan sejak awal November, ada sekitar 69 orang muslim yang meninggal. Mereka dibantai dengan mengerikan dengan dalih teroris. Mereka dianggap sebagai orang yang melakukan aksi teror di Rakhine dan membuat warga tidak tenang hidupnya. Akhirnya dengan alasan itu pembantaian bisa dilakukan.
Pihak militer Myanmar dengan membabi buta melakukan tindakan yang melanggar hukum. Mereka melakukan penembakan dan penyiksaan tanpa memeriksa terlebih dahulu. Bahkan, salah satu headline dari CNN membuat tajuk berjudul: ‘shoot first, askquestion later.’ Tembak atau siksa lebih dahulu baru penyelidikan dilakukan.
Pemerintah Myanmar Membisu dengan Kritikan
Selain melakukan tindakan penyiksaan dan penembakan terhadap orang yang belum tentu bersalah. Pihak militer dari Myanmar juga melakukan pembakaran desa-desa di Rakhine. Entah apa maksud dari pembakaran yang sangat mengerikan ini. Kalau pun ada oknum teroris di sana, kenapa tidak ditangkap saja. Kenapa harus dibakar sampai habis dan puluhan ribu orang kehilangan tempat tinggal?
Menanggapi begitu banyak pertanyaan, Aung San Suu Kyi memilih tidak banyak berkomentar. Penerima nobel perdamaian ini seperti enggan memberi tanggapan dan membiarkan masalah terus berlanjut. Saat ratusan ribu muslim Rohingya terusir, penerima nobel perdamaian ini diam saja dan terkesan berhati-hati dalam memberi sikap.
Saat ini publik dunia sedang menekan Myanmar untuk mau diselidiki. Kasus pelanggaran HAM berat di negeri itu harus segera diatasi agar, genosida umat Islam Rohingya yang menjadi minoritas tidak akan terjadi. Saat ini pemerintah Myanmar sedang menutup akses penyelidikan dan juga bantuan internasional ke Rakhine sehingga muslim di sana kian menderita.
Semoga segera ada penyelesaian dari kasus yang memilukan ini.