Gunung Lawu mungkin bisa dibilang sebagai salah satu puncak yang paling indah di Indonesia. Gunung-gunung lainnya juga indah, tapi di sini memiliki banyak hal menarik yang nggak bisa didapatkan di tempat lain. Entah lanskapnya yang unik dan khas serta beberapa bangunan bersejarah yang ada di sana. Misalnya saja dua candi purba yang sudah jadi ciri khasnya Lawu.
Dengan segala keindahan yang dimilikinya, praktis membuat Gunung Lawu sangat populer di kalangan para pendaki. Sayangnya, meskipun sangat terkenal, tapi beberapa kali Gunung Lawu juga jadi makam bagi para pendaki. Ya, ada beberapa kejadian soal pendaki yang meninggal ketika berada di tempat ini. Tentang kejadian buruk yang ada di sini, hal tersebut seringnya dikaitkan dengan mitos-mitos soal Gunung Lawu.
Lawu adalah salah satu gunung yang paling dikenal akan mitosnya. Kabarnya bagi semua pendaki harus benar-benar mematuhi mitos tersebut, karena kalau tidak mungkin sesuatu yang buruk bakal terjadi. Lalu mitos apa saja sih yang ada di gunung tertinggi kelima di Jawa itu? Simak ulasannya berikut.
Jangan Pernah Ngomong Aneh-Aneh Ketika Berada di Sini
Konon katanya Gunung Lawu ini seperti memiliki ruh atau jiwa, jadi ia seakan-akan hidup. Lantaran hidup, maka ia pun bisa mendengar semua suara yang ada di atas punggungnya, termasuk para pendaki. Makanya ada mitos yang mengatakan kalau kita jangan sampai bicara yang aneh-aneh di sini. Karena mungkin akan terjadi hal yang tidak-tidak.
Misalnya saat mendaki kemudian terlontar kata capek, nggak kuat, dan sebagainya. Atau mungkin saat berkemah mengelu dingin dan semacamnya. Percaya nggak percaya ketika hal tersebut kita ucapkan maka akan benar-benar terjadi. Tadinya nggak kenapa-kenapa eh tiba-tiba rasanya sangat capek, atau sebelumnya cuaca biasa saja dengan cepat berubah sangat dingin. Jaga bicara adalah hal yang paling penting untuk dilakukan di sini.
Larangan Mengenakan Baju Berwarna Hijau Daun
Sebenarnya nggak ada masalah sih mau pakai baju warna apa pun ketika mendaki, yang penting adalah kenyamanan. Tapi, jika kamu ingin mendaki Lawu maka setelan harus benar-benar diperhatikan. Usahakan untuk nggak memakai baju yang warnanya adalah hijau daun.
Alasannya sendiri menurut penduduk sekitar adalah lantaran warna ini cukup keramat di Gunung Lawu. Takutnya, ketika seseorang memakai ini ia mungkin nggak akan bisa kembali pulang. Memang terdengar sangat absurd sih, tapi lebih baik jangan dilanggar.
Bertemu Jalak Gading Adalah Berkah
Jalak Gading adalah salah satu hewan khas yang ada di Gunung Lawu. Dan si burung satu ini juga sering dikaitkan dengan mitos soal Lawu. Katanya nih, barang siapa bertemu dengan burung Jalak Gading saat mendaki maka itu adalah pertanda yang baik.
Sebaliknya, jika tidak bertemu dengan burung tersebut mungkin keadaannya bakal sangat tidak terduga. Bisa jadi baik-baik saja, tapi sering pula tidak demikian. Katanya, burung satu ini hanya akan muncul jika hati para pendakinya tulus. Maksudnya datang ke gunung dengan niat baik dan tidak merusak, misalkan memetik Edelweis yang ada di puncaknya.
Usahakan Mendaki dengan Jumlah Genap
Sebelum memastikan untuk mendaki ke Gunung Lawu, alangkah baiknya jika diperhatikan dulu soal jumlah personil yang bakal berangkat. Usahakan jumlahnya selalu genap berapa pun itu. Pasalnya nih, kalau yang mendaki jumlahnya ganjil maka akan terjadi kesialan.
Memang terdengar seperti hal yang mustahil ya, tapi pada kenyataannya hal tersebut sering terjadi. Ketika satu rombongan berangkat dengan jumlah ganjil, mereka pasti mengalami hambatan. Entah satu orang tersesat, terkilir, dan lain sebagainya.
Mitos Kupu-Kupu Hitam Bersayap Mata Biru
Selain Jalak Gading, ada satu lagi hewan yang kental dengan mitos Lawu. Hewan ini adalah kupu-kupu hitam dengan sayapnya yang bergambar mata biru. Mitosnya nih, barang siapa ketika mendaki Lawu kemudian menemukan salah satu di antara kupu-kupu itu, maka berarti ia sangat disambut.
Jika tidak bertemu tidak masalah juga, karena menurut orang-orang sekitar kupu-kupu ini adalah tanda kebaikan bukan sebaliknya. Lalu, ketika bertemu dengan si kupu-kupu usahakan tidak berbuat apa pun. Misalnya menangkap atau bahkan melemparinya. Jika hal tersebut dilakukan, maka bersiaplah untuk sesuatu yang sangat buruk.
Soal mitos sih memang antara percaya dan nggak percaya. Tapi, bagi kamu yang benar-benar pengen ke sini memang ada baiknya mengindahkan soal mitos tersebut. Bukan karena percaya, mungkin lebih untuk berjaga-jaga saja. Hal itu juga sebagai wujud kita menaati peraturan-peraturan yang sudah jadi pakem di sana. Intinya, kita bisa mendaki dengan hati senang tanpa terganggu dengan hal-hal tertentu.