Bukit Soeharto atau yang memiliki nama lengkap Taman Hutan Raya Bukit Soeharto ini merupakan kawasan konservasi hutan. Sejatinya, tempat ini digunakan untuk melindungi pohon dan aneka satwa yang ada di sini dari kepunahan. Namun kondisi bukit Soeharto ini semakin mengenaskan karena banyaknya area yang dibakar, pohon ditebang, hingga banyaknya bangunan semi permanen yang berdiri di lahan seluas 61.850 hektare ini.
Bukit Soeharto ditetapkan sebagai sebuah kawasan konservasi pada tahun 1991 silam saat rezim Pak Harto masih berkuasa. Selanjutnya di tahun 2004, terjadi pembaruan peraturan hingga akhirnya menyandang julukan Taman Hutan Raya atau tahura. Mari menjelajahi isi Bukit Soeharto yang menyimpan banyak kisah menarik dan ngeri termasuk banyaknya tumbal yang diminta di sana.
Kawasan Konservasi Kebanggaan Indonesia
Saat menjabat sebagai presiden, Pak Harto begitu mencintai lingkungan. Dia melakukan segala daya dan upaya agar hutan di kawasan Indonesia tidak rusak. Salah satu mandat dari Pak Harto itu jatuh pada kawasan bukit yang saat ini menyandang namanya. Saat itu, Pak Harto beserta Menteri Kehutanannya menjadikan kawasan ini menjadi contoh pengelolaan hutan di Indonesia.
Pak Harto tidak main-main dengan keinginannya itu, terbukti, Ratu Beatrix dari Belanda pun mengagumi hutan yang saat ini keadaannya sangat mengenaskan itu. Bahkan saat terjadi kebakaran akibat musim kemarau panjang di tahun 80-an, beritanya sampai tersebar ke banyak negara di dunia. Kala itu, keadaan hutan di Indonesia benar-benar menjadi percontohan yang menarik banyak negara untuk mempelajarinya.
Hutan yang Meranggas dan Kesepian
Usai pemerintahan dari Pak Harto akhirnya runtuh di tahun 1998, kawasan taman hutan raya ini akhirnya terbengkalai. Beberapa kawasan mulai tidak dirawat lagi sehingga rusak karena keadaan alam dan manusia. Beberapa bagian hutan bahkan nyaris digunakan oleh Pemkab Kutai Kertanegara untuk digunakan sebagai lokasi tambang batu bara. Untungnya penolakan dari LSM lingkungan hidup di Kalimantan Timur menolak dan rencana ini gagal.
Beberapa bagian hutan di Bukit Soeharto sengaja dibakar oleh warna. Rata-rata mereka adalah pendatang yang ingin mencari peruntungan di sana. Kawasan jalan di bukit ini juga berdiri banyak bangunan semi permanen yang juga ikut merusak hutan secara terus-menerus. Mirisnya lagi, pemerintah dua kabupaten yang menjadi tempat Bukit Soeharto membujur ini tidak melakukan apa-apa.
Cerita Pembantaian Zaman Jepang dan Era Soeharto
Menurut penduduk yang tinggal di sekitar Bukit Soeharto, kawasan ini sangat mencekam menjelang senja. Biasanya penduduk lebih memilih berada di dalam rumah ketimbang keluar dan mencari bahaya. Menurut mereka, kawasan ini banyak digunakan untuk membunuh penduduk zaman Jepang menguasai Indonesia. Para romusha yang dipekerjakan di sini dibantai lalu mayatnya dibuang begitu saja di dalam hutan tanpa dikubur. Beberapa penduduk yang pernah melihat penampakan itu mengatakan bahwa hantu romusha sangat berbahaya dan kerap meminta tumbal.
Setali tiga uang dengan zaman romusha, pada era 80-an di mana Petrus atau penembak misterius menakuti penduduk di Indonesia, banyak ditemukan korban meninggal di sini. Konon mereka adalah penjahat atau preman yang sengaja ditembak lalu dibuang begitu saja saat Pak Harto masih menjadi presiden dan berkuasa pada banyak hal di negeri ini.
Pembangunan Jalan, Tumbal, dan Orang Hilang
Dahulu kala sebelum kawasan ini dinamai Bukit Soeharto, ratusan pekerja membangun jalan lintas yang menghubungkan Balikpapan dan Samarinda kerap merasakan kejadian sial. Banyak dari mereka yang mengalami sakit akibat malaria atau penyakit kuning di dalam hutan. Selain penyakit itu, banyak dari mereka yang meninggal akibat kecelakaan yang tidak wajar.
Beberapa tahun berselang, kawasan ini menjadi sangat angker. Di sore hari kerap muncul suara aneh yang mengerikan. Beberapa orang yang keluar sore hari kerap hilang dan akhirnya menjadi gila. Banyak yang bilang jika jiwa orang ini telah dibelokkan makhluk yang menghuni kawasan Bukit Soeharto. Oh ya, selain orang hilang kecelakaan maut kerap terjadi di sini dengan korban yang kadang hilang dan susah ditemukan.
Inilah kisah-kisah yang menyelimuti Bukit Soeharto yang pernah menjadi andalan konservasi hutan di Indonesia. Jika saja pengelolaan hutan ini terus dilakukan, mungkin aneka flora dan fauna unik di sini tetap terjaga kelestariannya.