“Fly, Fight, and Win” adalah sebuah semboyan yang terpampang di depan Lanud Iswahyudi, Magetan, Jawa Timur. Lapangan udara yang yang dikhususkan hanya untuk kegiatan militer ini terdiri dari tiga buah skadron tempur yang sangat hebat. Tak pelak, lanud ini menjadi jantung kekuatan udara Indonesia yang sangat penting hingga tidak bisa dijelajahi dengan sangat mudah.
Seperti halnya kawasan bandara militer atau area terlarang di Amerika. Pesawat komersil tidak diperkenankan lewat di atas lanud. Selain itu, seseorang juga butuh perizinan yang panjang jika ingin masuk untuk meliput. Lanud ini adalah kawasan strategis hingga sekecil apa pun data yang keluar bisa membahayakan bagi negara. Anyway, mari kita bahas secara detail lanud militer terbesar Indonesia yang satu ini.
Dibangun Sejak Zaman Belanda
Lanud Iswahyudi pertama kali dibangun oleh Belanda di tahun 1939. Pembangunan ini dilakukan sebagai salah satu upaya peningkatan pertahanan udara di masa perang dunia kedua. Lanud ini juga disiapkan jika sewaktu-waktu sekutu datang untuk penambahan kekuatan di kawasan Asia Tenggara yang kala itu mulai dilirik dan ingin dikuasai oleh militer Jepang.
Setelah selesai dibangun pada tahun 1940, Lanud ini langsung digunakan untuk menempatkan satu skadron tempur. Di masa itu pesawat tempur jenis Curtiss 75A-7 Hawk mulai dioperasikan. Tidak berselang lama, skadron kedua kekuatan udara mulai didatangkan dengan jenis Curtiss Wright 21B Interceptor.
Direbut Belanda dan Berujung Menjadi Bengkel
Saat Jepang mulai memasuki kawasan lanud ini di tahun 1942, Belanda tidak bisa melakukan apa-apa. Bahkan mereka dipukul mundur hingga lanud yang dahulu bernama Maospati ini steril dari kekuatan Belanda. Selama ditinggalkan oleh Belanda, lanud ini tidak digunakan Jepang sebagai markas skadron Angkatan Udara mereka, melainkan sebagai tempat perbaikan dan perawatan pesawat saja.
Setelah Jepang menyerah pada sekutu di tahun 1945, praktis lanud ini terbengkalai. Bahkan selama puluhan tahun hingga 1960, lanud hanya digunakan sebagai tempat transit kapal saja. Selebihnya, hampir semua bagian dari lanud mengalami kerusakan yang cukup parah karena tidak dirawat dan termakan usia.
Bangkitnya Lanud Iswahyudi Setelah Mati Suri
Lanud Iswahyudi baru digunakan secara aktif untuk kegiatan penerbangan militer pada tahun 1960. Skadron pertama yang datang dan menduduki lanud ini secara resmi adalah Skadron 14 dengan senjata andalan jet tempur MiG-21 Fishbed. Sebelum mulai ditempati, lanud ini sempat mengalami beberapa kali perbaikan sejak tahun 1959.
Setelah lanud selesai diperbaiki dan secara resmi digunakan sebagai markas Skadron 14, maka nama dari lanud ini diubah menjadi Lanud Iswahyudi setelah sebelumnya menggunakan nama Lanud Maospadi. Pengganti nama ini dilakukan untuk menghormati jasa dari Iswahyudi yang merupakan salah satu penerbang terbaik milik Indonesia yang berjuang penuh di masa penjajahan.
Jantung Angkatan Udara Indonesia yang Hebat
Seiring dengan berjalannya waktu, Lanud Iswahyudi mulai berbenah dan menjadi pusat Angkatan Udara di Indonesia. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, di tempat ini ada setidaknya 3 Skadron tempur yang diandalkan Indonesia dalam peperangan. Skadron itu terdiri dari Skadron Udara 3 dengan senjatanya F-16 A/B Fighting Falcon, Skadron Udara 14 dengan senjata F05 E/F Fighter II, dan Skadron 15 dengan senjata tempurnya T-501 Golden Eagle.
Selain menjadi markas skadron tempur, pasukan khusus AU Yon Paskhas 463 juga bermarkas dan melakukan kegiatan di sini. Oh ya, di tahun 2016 ini Lanud Iswahyudi juga mengembangkan beberapa drone canggih yang digunakan untuk pengintaian daerah-daerah perbatasan yang sulit sekali dilakukan dengan pesawat yang menggunakan awak.
Demikianlah uraian singkat tentang Lanud Iswahyudi yang merupakan jantung kekuatan udara di Indonesia. Tanpa lanud ini mungkin sektor udara Indonesia akan lemah hingga mudah disusupi oleh negara yang ingin mengusik kedaulatan NKRI.