Perang sejatinya bukan hanya soal siapa yang menang dan siapa yang kalah. Tapi sebenarnya, perang juga menunjukkan bagaimana sekelompok kekuatan beradu strategi guna dapat memenangkan pertempuran yang terjadi. Meski berjumlah besar, baik untuk pasukan maupun persenjataan, bila saja strategi yang digunakan tidak tepat guna, kemewahan kekuatan tersebut bisa saja tumbang oleh musuh.
Oleh karena itu, dalam setiap pertempuran hebat selalu saja meninggalkan nama-nama besar dibalik pertempuran itu. Seperti enam legenda perang berikut yang memiliki keahlian strategi yang diakui dunia. Mereka telah mencatatkan sejarah terhebat dalam strategi perang sehingga layak untuk diingat. Nah, kira-kira siapa saja nama-nama besar tersebut? Berikut adalah ulasan lengkapnya.
1. Jenghis Khan
Jenghis Khan merupakan seorang ahli strategi yang ulung dalam dunia peperangan. Dengan taktik perangnya, 22 persen wilayah dunia atau sekitar 23 juta meter persegi luas daratan bumi berhasil dikuasai Kekaisaran Mongol yang merupakan kerajaan yang didirikan olehnya. Jenghis Khan, yang juga merupakan raja pertama Kekaisaran Mongolia, berhasil melakukan strategi perang legendaris dengan pasukan berkuda.
Saat itu pasukan-pasukannya merupakan satuan tentara kuat dengan keahlian memanah dari atas kuda. Mereka adalah pasukan terbaik yang dilatih khusus untuk bisa membidik dan melepaskan anak panah secara akurat dari atas kuda. Meski dalam keadaan penuh goncangan di atas kuda serta dengan tingginya kecepatan lari kuda, nyatanya kemampuan memanah pasukan ini selalu sulit diimbangi kekuatan infantri lainnya ketika harus berhadapan dengan pasukan Mongol.
2. George S. Patton
George S. Patton merupakan peletak dasar-dasar strategi perang yang disebut sebagai Blitzkrieg yang kemudian dipatenkan oleh Nazi. Strategi ini mengedepankan perang kilat dengan mengkonsentrasikan penyerbuan oleh semua personel ke dalam garis pertahanan musuh, kemudian memecahkan mereka dan terus menekan sambil bergerak maju saat musuh belum siap untuk melakukan perlawanan.
Taktik Jerman ini terbukti sangat ampuh ketika mereka berhasil melumat Polandia, Belgia, Perancis dan Rusia. George S. Patton, dengan strategi Blitzkrieg-nya, hampir selalu meraih sukses dalam setiap pertempuran yang ia hadapi. Dengan kekuatan serangan udara, pengepungan tank-tank bersenjata lengkap, dan kekuatan tentara yang terus bermanuver akan membuat musuh terpojok menghadapinya.
3. Alexander Agung
Alexander Macedon, atau yang lebih dikenal sebagai Alexander Agung oleh Bangsa Yunani, sudah pernah melewati 17 pertempuran besar dan selalu menang. Dibandingkan dengan kekuatan musuh, rata-rata kekuatan Alexander Agung memang kalah telak. Tapi dengan keahlian militernya, dia tidak pernah kehilangan lebih dari 16 persen dari jumlah total anak buah yang berperang bersamanya.
Tercatat dia hanya pernah kehilangan 16 persen kekuatan itu saat perang di Issus tahun 333 SM di mana dia kehilangan 6500-7000 pasukan dari total 40.000 pasukan yang dibawanya. Padahal musuhnya, Raja Darius III yang berasal dari Persia, kehilangan pasukan sampai 20.000-30.000 orang. Dua tahun kemudian, baru Alexander Agung bisa merebut Persia dengan rasio kehilangan pasukan hanya sebesar 2,5 persen dari total 47.000 pasukan yang dibawa serta.
4. Napoleon Bonaparte
Napoleon Bonaparte pernah melakukan sesuatu yang hebat yang mungkin sulit diulangi lagi untuk saat ini, yakni dengan hampir menaklukkan seluruh wilayah Eropa. Saat itu dia menginginkan Eropa sepenuhnya bisa menjadi wilayah Perancis sehingga semua kekuatan Eropa bersatu waktu itu untuk melawan dia. Koalisi ini terdiri dari Britania Raya, Austria, Rusia, Spanyol, Portugal, Belanda, dan Swedia.
Kemenangan Napoleon yang paling mengesankan adalah ketika terjadi pertempuran di Austerlitz dan Ulm. Saat itu, 72.000 pasukannya diharuskan melawan 92.000 pasukan gabungan Rusia dan Austria. Meski kalah jumlah, dengan kecerdikannya dia berupra-pura menampilkan kekuatan lemah sembari mengirim pasukan di posisi sayap. Hal ini membuat pusat kosentrasi musuh berpencar ke daerah sayap sehingga kekuatan pusat menjadi lemah. Saat itulah kemudian Napoleon melakukan serangan.
5. Erich Von Mainstein
Fritz-Erich von Lewinski, atau yang leih dikenal sebagai Erich Von Maintein, merupakan salah seorang jendral Jerman yang paling berpengaruh dalam Perang Dunia II. Ia merupakan salah satu komandan yang paling menonjol dalam tubuh angkatan bersenjata Jerman sampai pihak sekutu pun menyebut Von Mainstein merupakan jendral terbaik yang pernah dimiliki Jerman di Perang Dunia II.
Dia merupakan inisiator dan peletak rencana strategi alternatif ketika terjadi pertempuran Ardennes, salah satu kunci keberhasilan invasi ke Perancis tahun 1940. Ia menerima banyak pujian karena berhasil menang dalam pertempuran Perekop, Kerch, Sevastopol, dan Kharkov di Rusia. Sayangnya ia pernah sekali mengalami kegagalan saat berusaha mengirim bantuan untuk pasukan Jerman yang terdesak di Stalingard.
6. Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad merupakan seorang ahli strategi ulung yang pernah dimiliki umat Islam. Bermula dari sekelompok umat Islam yang selalu saja dimusuhi dan disiksa kaum Quraisy di Mekkah, Nabi Muhammad berhasil membangun kekuatan umat Islam sehingga memperoleh posisi tawar yang cukup tinggi di Jazirah Arab. Selain perang fisik, Nabi Muhammad juga sangat piawai dalam bernegosiasi.
Salah satu negosiai tersebut adalah Perjanjian Hudaibiyah yang kelak akan menjadi sebab jatuhnya Kota Mekkah ke dalam genggaman umat muslim. Setelah beliau meninggal, kekuatan umat muslim semakin besar dengan berkembanganya Islam bukan hanya di Jazirah Arab, melainkan juga merambah ke Afrika, Spanyol, daratan Mongol, Persia, dan India. Yang perlu dicatat adalah, Nabi Muhammad tidak pernah memulai perang. Beliau baru berperang bilamana umat Islam diserang lebih dahulu oleh musuh.
Nah, itulah tadi 6 ahli strategi perang paling legendaris yang pernah dimiliki dunia. Di era modern seperti saat ini, perkembangan senjata banyak mengalami kemajuan untuk diproduksi. Adu pamer kekuatan pasukan pun kerap terjadi. Tapi sekali lagi, kemenangan perang hanya di tangan mereka yang berhasil merencanakan perang dengan baik. Sebab, bisa jadi sekelompok pasukan sudah kalah duluan sebelum mereka berperang akibat gagalnya perencanaan mereka.