Sebagai seorang CEO Google, Sundar Pichai masuk dalam jajaran orang paling berpengaruh di dunia. Pria kelahiran tahun 1967 ini meraih gelar sarjananya dari Indian Institute of Technology Kharagpur serta mendapat anugerah Institute Silver Medal. Kemudian dia mendapat beasiswa dan berhasil meraih gelar M.S dari Universitas Stanford. Tak sampai di situ saja, ia juga berhasil meraih gelar MBA dari Wharton School, Universitas Pennsylvania. Tapi siapa sangka sosok yang jenius ini berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Bahkan dulu saat kecil dia dikenal sebagai kutu buku.
Mungkin tak banyak yang mengenal sosoknya sebelum ia menjabat sebagai CEO Google. Namun, begitu namanya mencuat sebagai “rajanya” Google, mata dunia tertuju padanya. Tak terkecuali dari Indonesia. Bahkan Sundar yang menghabiskan masa kanak-kanak hingga remajanya di Chennai, India ini pernah menyambut Presiden Joko Widodo dengan kemeja batik pada tanggal 17 Februari 2016 di Mountain View, California. Seperti apa kisah perjalanan dan sosok Sundar Pichai? Ada berbagai fakta menarik yang sayang sekali untuk dilewatkan tentang sosok orang nomor satu di Google tersebut. Let’s check this out!
1. Pichai Dulu Dikenal Pemalu Tapi Selalu Punya Opini Sendiri
Pichai kecil dikenal sebagai seorang kutu buku. Ia suka menghabiskan waktunya dan menenggelamkan dirinya pada buku-buku. Tinggal di keluarga sederhana dengan rumah dua kamar tak menyurutkan keteguhan Pichai untuk belajar.
Menurut penuturan Kumar Sankaralingam, seperti yang dikutip oleh Daily Mail, Pichai memiliki karakter pemalu. “Dia orang yang luar biasa. Dia sangat pemalu, tapi selalu berani berpendapat. Dia punya opini sendiri terhadap segala hal,” papar Kumar yang sudah tinggal sebagai tetangga keluarga Pichai selama 40 tahun. “Saya tak pernah bisa menyangka dia bisa jadi CEO Google. Sungguh merupakan sebuah keajaiban tersendiri baginya dan bagi kami (masyarakat). Kami sangat bangga sekali padanya,” ungkapnya lagi.
2. Dibesarkan di Keluarga Sederhana dan Sang Ayah Merupakan Panutan Pichai
Siapa sangka Pichai yang kini dikenal sebagai seorang triliuner dulunya tinggal di rumah sederhana dan tidur di ruang tamu dengan adiknya. Keluarga Pichai termasuk keluarga sederhana. Sang ayah bekerja sebagai insinyur dan pendapatannya 3000 rupee atau sekitar 600 ribu rupiah saat itu. Sang ayah, Regunatha inilah orang pertama yang membuat Pichai tertarik pada dunia teknolgi.
“Saat masih kecil, dia punya rasa ingin tahu tinggi tentang pekerjaanku. Kurasa hal itulah yang membuatnya tertarik pada teknologi,” terang Regunatha. Saat itu keluarga Pichai belum punya telepon, apalagi komputer. Keluarga Pichai baru punya telepon saat Pichai berusia 12 tahun.
3. Pichai Remaja Punya Daya Ingat Tinggi
Perkenalannya dengan telepon mengungkap bakat baru Pichai. Pichai ternyata punya daya ingat yang tinggi terhadap angka (a photographic memory for numbers). Pamannya, S Raman pernah bercerita suatu hari ada kerabat yang memberitahukan nomor teleponnya. Raman meminta istrinya untuk mencatat nomor telepon tersebut. Namun, sang istri lupa. Beberapa bulan kemudian, Raman menanyakan nomor telepon yang pernah diberikan kerabatanya tersebut dan Pichai lancar saja menyebut angka-angkanya.
4. Saat Sekolah Bukan Murid Top Tapi Ketika Kuliah Pichai Melejit
Pichai ternyata bukan murid paling top saat sekolah. Prestasinya untuk pelajaran Geografi dan Sejarah kurang memuaskan. Sehingga ia tak pernah mendapat predikit murid paling top. Meski begitu, ia selalu mendapat nilai tinggi untuk pelajaran sains. Meskipun di sekolah Pichai bukan murid paling top tapi begitu masuk kuliah, prestasinya melejit di atas rata-rata. Sampai-sampai ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan studinya ke Stanford, salah satu universitas paling bergengsi di dunia. Meski dapat beasiswa, tetap saja Pichai butuh biaya untuk terbang ke Amerika.
Sang ayah sampai rela mengeluarkan uang 1000 poundsterling atau sekitar 19 juta rupiah (jumlah yang melebihi penghasilannya selama setahun) untuk bisa membiayai biaya pesawat Pichai terbang ke Amerika. Sungguh sebuah pengorbanan yang tidak kecil, ya. Pichai sendiri mengakui kalau kedua orang tuanya selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk pendidikan anak-anaknya. “Ayah dan ibu selalu melakukan apa yang bisa kebanyakan orang tua lakukan saat itu. Mereka mengorbankan banyak hal di hidup mereka dan menggunakan sebagian besar penghasilan mereka untuk memastikan anak-anaknya berpendidikan,” ungkap Pichai.
5. Untuk Urusan Asmara, Pichai Sempat Punya Masalah Tersendiri
Saat masih sekolah, Pichai juga dikenal sebagai bocah yang tak pernah keluar bermain. Dia selalu saja belajar. Setiap kali naik becak (cycle rickshaw) saat berangkat dan pulang sekolah, dia selalu mengambil buku dan membacanya sepanjang perjalanan. Dia bahkan tak menoleh sedikit pun kalau ada gadis duduk di sebelahnya. Penggila sains ini sering menolak ajakan bermain dengan alasan ingin lebih fokus belajar.
Namun, ketika kuliah teknik di Indian Institute of Technology Kharagpur, dia bertemu seorang gadis yang membuat dunianya sedikit berubah. Gadis bernama Anjali yang kemudian menjadi istrinya tersebut telah mencuri hatinya sejak bangku kuliah. Untuk PDKT saja, Pichai merasa sangat canggung. Saat Pichai berkuliah di Amerika dan menjalani hubungan jarak jauh dengan Anjali, ada rasa rindu yang sangat dalam. Hingga akhirnya Anjali menyusul Pichai ke Amerika. Kini setelah sukses menjadi CEO Google, Pichai mengaku bahwa perjuangan dan perjalanan kariernya hingga sukses menjadi CEO itu lebih mudah dibandingkan menyatakan perasaannya pada Anjali dulu.
6. Pichai Sempat Bertemu dengan Presiden Joko Widodo dengan Memakai Kemeja Batik
Hari Rabu, 17 Februari 2016, Presiden Joko Widodo dan Sundar Pichai sempat melakukan pertemuan di Mountain View, California. Dalam pertemuan itu, Pichai yang terlihat mengenakan kemeja batik tersebut menyatakan bahwa Google memiliki rencana untuk membantu melatih seratus ribu pengembang mobile sampai tahun 2020.
Google juga memaparkan akan mengadakan kursus pengembanan keterampilan melalui kampus-kampus secara online serta juga melalui kelompok belajar yang ada di Indonesia. Semoga kerja sama tersebut bisa benar-benar terlaksana dan berjalan dengan lancar.