Manusia adalah tempatnya salah, namun benar-benar pikirkan ribuan bahkan jutaan kali sebelum membuat Ibu sakit hati atau melukai perasaannya. Ibu, ibu, ibu, Ayah, sepenting dan setinggi itu posisi seseorang yang telah melahirkan dan membesarkan kita dalam hidup ini. Jagalah hatinya, karena di akhir hari, hanya Ibumu yang akan berdiri di garda paling depan untuk melindungimu, dan memberikan semua yang ia miliki, hanya untukmu.
Kekasihmu? Temanmu? Belum tentu akan melakukan hal yang sama. Bahkan nyawa yang Ibu miliki hanya satu, akan diberikannya padamu jika ia bisa. Kasih Ibu tak akan terputus sepanjang masa, dalam kondisi terburuk sekalipun. Salah satu bukti bahwa cinta Ibu tak ada tandingannya, adalah saat kapal yang bertolak dari Gilimanuk ke Ketapang tenggelam.
Tim SAR mengerahkan seluruh tenaganya untuk mencari korban-korban, hingga ke dasar lautan. Betapa mengejutkan, mereka menemukan jasad seorang perempuan yang tengah memeluk anaknya. Ibu dan anak ini menjadi korban saat kapal karam, dan tak bisa menyelamatkan diri.
Bisa dibayangkan bagaimana situasi saat kapal mulai tenggelam. Mau lari ke mana? Hanya ada hamparan laut dan kemungkinan besar, pelampung yang disediakan tidak cukup untuk semua penumpang. Yang bisa Ibu lakukan hanya berserah diri pada Tuhan, dan menjaga anaknya sekuatnya.
Hingga akhirnya kapal karam, Ibu tidak melepas pelukannya pada buah hatinya. Ia berusaha untuk berenang tapi tak mampu menghalau riak-riak ombak selat Bali yang besar. Ibu mati-matian berusaha menyelamatkan anak yang begitu dicintainya, namun Tuhan menakdirkan berbeda. Mereka berdua hanya diberi usia hingga hari itu saja, dan bersamaan berpulang ke sisi Nya.
Jika nyawa saja diberikan Ibu pada anaknya, lantas kenapa masih ada yang berani membentak Ibu bahkan berseteru? Sungguh seharusnya, bersyukurlah masih diberi kesempatan untuk membahagiakannya, menyenangkan pintu surga bagi anak-anaknya itu.
Ibu tidak ingin dibelikan barang-barang mahal, kita menjadi anak berbakti dan tidak bermasalah itu sudah lebih dari cukup. Orangtua yang membiayai pendidikan kita, mereka rela bekerja siang malam untuk membayar biaya kosmu, buku-buku kuliahmu. Tidak ada keluhan sedikitpun saat kamu pulang dan meminta uang saku bulanan, meski setelah kamu kembali ke perantauan, mereka harus berhemat sekeras-kerasnya.
Ayah dan Ibumu tidak akan menceritakan hal itu kepadamu, karena mereka tidak ingin kamu merasa berutang budi pada mereka. Pun saat kamu sakit, dalam doanya Ibu selalu meminta pada Tuhan agar diangkat semua rasa sakitmu, atau jika boleh, biar Ibu saja yang menggantikannya.
Dalam keadaan hidup dan mati, Ibu berusaha menyelamatkan nyawa anaknya. Hingga pada akhirnya harus menyerah pada suratan takdir, namun perjuangannya tak mengenal putus asa. Siapapun yang Ibunya masih ada di dunia ini, peluklah, ucapkan terimakasih padanya sebanyak engkau bisa.