Patung atau monumen biasanya dibangun untuk mengenang atau memperingati sesuatu. Karena diletakkan di tempat umum dan terbuka, patung ini nantinya diharapkan bisa memberi inspirasi bagi mereka yang melihatnya.
Di Indonesia, beberapa patung yang didirikan ternyata justru menuai kontroversi. Mulai dari subjek yang dijadikan sebagai patung, hingga konsepnya. Berikut ini beberapa diantaranya.
1. Patung Gus Dur
Sebagai seorang presiden, Gus Dur memang begitu dihormati salah satunya karena sikap pluralisnya. Cipto Purnomo kemudian menggambarkan sikap ini dalam sebuah patung berjudul ‘Mata Hati Gus Dur’. Patung karyanya ini dengan segera menuai kontroversi.
2. Patung Barrack Obama Kecil
Di Taman Menteng, pernah dibangun sebuah patung Barrack Obama ketika masih kecil. Keberadaan patung ini ternyata menuai kontroversi karena dianggap tidak pantas. Pasalnya, Barrack Obama sendiri memang tidak memiliki jasa pada Indonesia dan ada banyak tokoh negara lain yang lebih pantas dihargai dan dikenang jasanya.
3. Patung Tiga Mojang
Kota Bekasi sempat memiliki patung setinggi 19 meter yang disebut dengan Patung Tiga Mojang. Patung berbentuk tiga orang wanita itu adalah karya seniman Bali, Nyoman Nuarta. Menurutnya, patung itu adalah refleksi keindahaan budaya Jawa Barat.
4. Patung Tarian Rakyat
Patung Tarian Rakyat berada di depan kantor Gubernur kota Pekanbaru, Riau. Baru sebulan berdiri, patung ini sudah membuat masyarakat heboh. Pasalnya, posisi patung wanita yang sedang menari tersebut membuat bagian pantatnya terlihat menonjol dan mengarah ke Kantor Gubernur Riau. Bentuknya yang dinilai terlalu erotis menimbulkan protes di kalangan masyarakat.
5. Patung Inul Daratista
Di jalan dekat rumah Inul, sempat berdiri sebuah patung dirinya. Patung setinggi 2,5 meter menampilkan penyanyi dangdut tersebut sedang bergoyang lengkap dengan pondasi kotak dan lampu sorot warna emas.
Patung memang bisa dikatakan sebagai karya seni dan harus dihargai. Namun ketika tujuannya sebagai monumen yang akan dipamerkan di hadapan banyak orang, patung tersebut tentu tidak bisa dibuat dengan sembarangan. Makna dan bentuknya juga harus sesuai agar tidak menyinggung beberapa kalangan tertentu sehingga menimbulkan perpecahan nantinya.