Gonjang-ganjing Timur Tengah nampaknya masih belum bisa benar-benar sirna. Tak hanya gara-gara ISIS dan sederet konflik lain di sana, harga minyak dunia yang terjun bebas akhir-akhir ini juga jadi problem sendiri bagi mereka. Ya, bagaimana tidak, mayoritas negara-negara Arab sangat bergantung pada sektor ini. Turunnya harga minyak pasti jadi pukulan telak bagi ekonomi mereka.
Namun sebaliknya, bagi negara-negara importir minyak, ini adalah berita menggembirakan. Dengan turunnya harga minyak dunia, maka BBM bisa dibanderol dengan lebih murah. Termasuk pula Indonesia yang harusnya merasakan banyak kemudahan. Bahkan kalau dihitung-hitung dengan harga minyak dunia sekarang, kita sangat mungkin lho menikmati bensin seharga sekitar Rp 3.800an per liter. Kalau dikomparasikan dengan barang-barang lain, harga seliter bensin itu hampir semurah air mineral kemasan 1,5 liter yang harganya di atas Rp 3000an.
Lalu apa saja keuntungannya kalau harga minyak semurah ini? Ulasan berikut akan menjelaskannya untukmu.
1. Negara Punya Surplus Pendapatan Melimpah
Sebenarnya tidak ada korelasi langsung antara surplus pendapatan dan harga minyak yang turun. Hanya saja ketika pertamina menjual bbm dengan harga yang tetap dan tidak mengikuti harga minyak dunia yang turun, maka negara lewat perusahaan tersebut bakal untung banyak sekali. Sekarang, mereka mengimpor minyak dengan harga murah sekali, namun dipasarkan ke masyarakat dengan harga yang tetap.
Secara logika, negara bakal untung luar biasa dari penjualan minyak ini. Bahkan subsidi yang diberikan ke sektor minyak juga sekalian bisa dicabut, dan agar harganya tetap tinggal dikurangi saja harga jual minyaknya. Tidak usah merasa tertipu, justru ini adalah saatnya kita berandil untuk membantu secara aktif keuangan negara. Tahu sendiri, Indonesia masih punya hutang ribuan rupiah.
2. Pembangunan Infrastruktur Pesat
Masih berhubungan dengan poin pertama, ketika negara punya surplus banyak sekali dari penjualan minyak, penghasilan tersebut tidak hanya bisa dipakai untuk mencicil utang. Tapi, juga bisa dipakai membangun infrastruktur-infrastruktur.
Saat seperti ini sepertinya jadi momen yang pas bagi negara untuk membelanjakan uangnya di daerah-daerah. Papua misalnya, di sana butuh banyak sekolah dan klinik. Kembangkan juga pembangunan di pelosok-pelosok biar mereka bisa merasakan kesetaraan.
3. Lesunya Proyek Pengembangan Energi Alternatif
Wacana pengembangan energi alternatif selalu dihadapkan dengan fakta kalau energi berbasis fosil tidak bisa diperbarui dan suatu ketika pasti akan habis. Menyikapi hal ini, maka dibangunlah instalasi-instalasi energi alternatif yang sumbernya tidak terbatas. Tapi, hal-hal positif seperti ini akan perlahan lesu ketika minyak turun sangat anjlok.
Sebenarnya bukan pengaruh harga sih, hanya saja sifat manusia memang begitu. Ketika satu sisi berlebih, maka mereka hanya mengandalkan satu itu, sambil pelan-pelan mengembangkan alternatif. Minyak melimpah dan murah, maka sepertinya tidak perlu ngoyo untuk menciptakan energi alternatif. Sifat dasar manusia memang seperti ini.
4. Harga-Harga Barang Bakal Murah
Minyak adalah standar yang biasa dipakai sebagai komparasi harga-harga. Makanya, kalau minyak naik hampir semua barang ikut naik. Bahkan tukang becak yang notabene tidak bersinggungan secara langsung (kecuali becak motor), ikut-ikutan naik. Inilah bukti kalau minyak jadi acuan di hampir seluruh sektor ekonomi.
Lalu, sekarang bagaimana kalau harga minyak sangat turun? Logikanya sih barang-barang juga bakal turun. Hal ini juga didukung biaya akomodasi dan transportasi yang murah sebagai akibat dari harga minyak murah, sehingga distribusi barang bakal lancar. Tapi, kita masih belum benar-benar bisa merasakan menurunnya harga-harga akibat turunnya minyak dunia sekarang ini.
5. Banyak PHK di Mana-Mana
Lho bukannya hidup justru enak ya kalau harga minyak turun? Ya, memang demikian faktanya. Namun hukum ini tentu saja tidak berlaku untuk semua orang. Ya, coba bayangkan nasib perusahaan minyak dalam negeri. Ketika harga minyak dunia sangat turun, tentu saja mereka bakal mengalami pergolakan.
Perusahaan bagaimana pun juga tetap harus beroperasi, walaupun harga minyak turun. Namun, tidak seimbangnya pemasukan dari pada biaya-biaya, akan mendorong mereka untuk menentukan kebijakan baru. Salah satunya yang paling mungkin adalah dengan melakukan pemutusan hubungan kerja. Kalau harganya makin turun terus ya dampaknya industri minyak dalam negeri bakal lemas juga, di samping PHK juga mungkin akan intens dilakukan.
Faktanya memang harga minyak turun drastis hari ini. Bahkan diprediksikan kondisi tersebut akan bertahan dalam waktu lama seiring dengan menguatnya dolar. Soal korelasi minyak turun sama dengan kesejahteraan memang betul. Tapi, di sisi lain industri minyak dalam negeri juga akan lesu.