Yunani saat ini mungkin kolaps tak berdaya gara-gara krisis ekonomi menggerus mereka. Tapi, kembali ke masa pra sejarah dulu, mereka adalah bangsa besar, jumawa, dan berpengaruh di dunia. Yunani besar tidak hanya kiprah para filsufnya, tapi juga kisah para ksatria mematikan mereka yang paling terkenal. Ya, Sparta.
Ibarat Navy Seal-nya Amerika atau Kopasus-nya Indonesia, prajurit Sparta adalah yang paling elit di zamannya. Mereka dibekali dengan beragam skill mematikan dan juga pamor mengerikan tentang bagaimana para Sparta ini menguasai banyak tempat dengan berperang gila-gilaan.
Nah, berikut adalah fakta-fakta dari prajurit Sparta yang pasti akan mengguncangmu. Pada akhir ulasan, kamu mungkin akan manggut-manggut karena kagum dan merasa ngeri dengan bagaimana bangsa ini mencetak para prajuritnya.
1. Prajurit Sparta Diseleksi Sejak Mereka Lahir
Seleksi prajurit Sparta dimulai ketika para bayi-bayi Yunani ini lahir. Pada tetua akan menginspeksi para bayi dengan kriteria tertentu. Misalnya bentuk fisik atau pun parameter penunjung yang lain. Sayangnya, bagi para bayi yang tidak lolos seleksi mereka akan ditinggalkan di salah satu sisi bukit. Entah bagaimana nasibnya, namun kebanyakan memang mati dan sebagian cukup beruntung dengan diadopsi penduduk setempat.
Hidup juga tak mudah bagi bayi yang memenuhi standar. Mereka akan dibimbing oleh seorang Nanny yang perlakuannya sangat keras. Para bayi ini kerap mendapatkan treatment mencengangkan misalnya dengan ditinggal di tempat gelap sendirian. Jika mereka tak menangis, maka ini adalah calon prajurit tangguh. Pendidikan keras sejak kecil seperti ini dipercaya sebagai pembentuk karakter kuat nantinya.
2. Umur Lima Tahun Dikirim ke Barak Militer
Setelah umur lima tahun, para orangtua akan melepas anak mereka yang masih lucu-lucunya itu untuk menjalani wajib militer dengan dikirim ke barak-barak prajurit. Di sana, para bocah ini diajari bagaimana menggunakan senjata dan peralatan perang lainnya. Mereka juga dilatih untuk melakukan latihan duel-duel.
Tak hanya itu, anak-anak juga dilatih untuk membaca dan menulis. Gunanya sendiri adalah agar mereka bisa menyanyikan lagu kebanggaan Sparta ketika perang. Di sini juga sering ada kompetisi untuk mempertandingkan satu dan lainnya. Menari juga jadi hal yang diajarkan di sana.
3. Ketika Remaja Mereka Akan Berlatih Survival
Menginjak usia remaja mulai umur 11 tahun, para anak-anak Sparta akan dilepaskan dari kebergantungan mereka terhadap orangtua. Caranya adalah dengan memaksa mereka untuk menjalani hidup di alam bebas alias survival. Layaknya seorang pengembara, mereka akan dibekali senjata dan pakaian seadanya. Mereka harus bisa bertahan sebisanya.
Ada dua tujuan dari latihan ini, pertama agar skill bertarung dan bertahan makin kuat, dan kedua agar tubuh mereka tidak terlalu gemuk yang akan menyulitkan tugas nantinya. Para remaja ini juga diperbolehkan untuk mencuri ketika mereka tak menemukan makanan. Tapi, bagi yang ketahuan, mereka akan dihukum berat. Bukan karena mencurinya, tapi lantaran ketahuan.
4. Membunuh Budak Jadi Latihan Selanjutnya
Ketika para Spartan ini memasuki usia 18 tahun, mereka akan disuguhkan dengan menu latihan yang lebih berat. Kali ini mereka ditugaskan untuk membunuh Helot atau dalam bahasa setempat sering didefinisikan sebagai budak. Parlemen menganggap aktivitas ini tidak masalah untuk dilakukan alias legal. Tujuannya agar para Sparta nanti bisa menjalankan tugasnya dengan baik.
Dalam latihan ini, para prajurit Sparta muda hanya akan dibekali sebuah pisau. Biasanya mereka dikelompokkan atau tak jarang pula sendiri. Prajurit-prajurit muda ini biasanya akan berburu mangsanya ketika malam hari. Meskipun hanya seorang budak, para Helot konon juga dibekali kemampuan yang tak boleh diremehkan. Jadi, bisa dibilang tugas ini juga cukup berat bagi para remaja ini. Apalagi jika Helot tersebut adalah orang yang mereka kenal.
5. Ritual Ratusan Cambuk Menanti Mereka Setelah itu
Berhasil membunuh budak bukan berarti para Spartan usai melakukan latihan. Tahap selanjutnya, mereka akan menjalani tes ketahanan tubuh dengan cara dicambuki hingga ratusan kali. Tak ada trik khusus dalam melakukan latihan ini selain hanya memberikan para pemuda itu cambukan-cambukan.
Sayangnya, dalam praktiknya, latihan ini kerap membunuh para prajurit Sparta. Meskipun begitu, latihan yang bernama Diamastigosis ini tak lantas dihentikan. Latihan ini sendiri digelar di muka umum yakni di pelataran kuil Artemis Orthia.
Setelah melewati semua latihan ini maka seorang Spartan akan dinyatakan lolos dan mereka layak menyandang kebanggaan sebagai tentara Sparta. Mereka akan bertarung membela bangsanya dengan menggunakan keahlian mematikan sejak muda itu, plus baju besi merah kebanggan orang Sparta. Begitulah kira-kira skilus bagaimana orang-orang Sparta mempersiapkan tentaranya.
Prajurit Sparta memang tak banyak, namun mereka benar-benar yang sudah terpilih dan melewati banyak tantangan. Makanya, tak heran jika orang-orang dulu sering melontarkan jargon seperti ini, “Satu orang prajurit Sparta sama berharganya dengan seratus tentara bangsa lain.”