Selandia Baru adalah surga bagi produk-produk peternakan seperti susu, daging, hingga keju. Alam yang indah dengan bentangan padang rumput subur membuat Selandia Baru menjadi salah satu penghasil produk sapi terbesar di dunia. Banyak sekali produk susu olahan yang dari Indonesia berasal dari peternakan yang ada di Selandia Baru.
Sayangnya, banyak sekali peternakan yang justru memperlakukan sapi-sapinya dengan sangat buruk. Bahkan bisa dibilang super kejam hingga banyak pihak mengecamnya. Inilah lima fakta kelam peternakan Selandia Baru yang bisa membuatmu anti susu sapi.
1. Sapi Harus Melahirkan Setahun Sekali
Satu hal yang harus anda tahu tentang peternakan sapi di Selandia Baru. Satu ekor sapi paling tidak harus melahirkan satu anakan dalam setahun. Hal ini dilakukan agar produksi susu tetap banyak dan tidak terjadi hambatan.
Akhirnya pihak peternakan akan melakukan inseminasi buatan agar sapi jadi hamil lalu melahirkan setiap tahunnya. Metode ini sebenarnya dilarang karena membuat sapi menjadi mesin penghasil susu, bukan sebagai hewan ternak yang setidaknya diperlakukan dengan baik.
2. Bayi Sapi yang Lahir Langsung Diambil dari Indukannya
Setelah sapi betina melahirkan, selang beberapa menit saja, anak sapi langsung diambil dari induknya. Hal ini dilakukan agar susu yang ada pada sapi tidak diminum oleh anaknya. Susu itu nanti akan diambil untuk produksi olahan susu seperti susu segar kemasan dan keju.
Saat bayi sapi diambil, biasanya indukan akan berlarian mengikutinya. Peternak tidak memedulikan hal ini meski induk sapi pasti akan mengalami stres selama beberapa hari karena anaknya yang baru lahir diambil..
3. Bayi Sapi Jantan Selalu Menemui Ajal
Jika bayi sapi yang nantinya lahir adalah jantan, maka ia akan berakhir di jagal, atau dibiarkan mati di kandang karena tidak diberi makan dan minum. Pihak peternakan hanya akan menggunakan anakan sapi betina untuk dibesarkan dan nantinya diambil susunya.
Sapi jantan kecil biasanya akan dilempar-lempar dari kandang, lalu dipukul kepalanya hingga meninggal dengan cepat. Jika penjagal malas melakukannya, mereka akan membiarkan mereka mati dengan sendirinya di luar karena tak diberi makan.
Setelah meninggal, sapi-sapi ini akan dikumpulkan dalam sebuah wadah dan dibuang begitu saja tanpa dikubur dengan baik. Sapi jantan kecil atau sapi yang tak sehat lainnya dianggap hama yang akan merugikan pihak peternakan. Mati dianggap jalan yang terbaik.
4. Lebih dari 2 Juta Bayi Sapi Dibantai
Setidaknya ada sekitar 2 juta bayi sapi yang baru lahir harus menerima ajalnya dengan cepat. Biasanya jika dalam empat hari mereka tidak menunjukkan kekuatan pada fisik. Pihak peternakan akan langsung menganggapnya sebagai sampah.
Mereka akan diangkat, ditendang, dipukul, hingga ditusuk dengan pisau agar cepat mati. Kekejaman inilah yang membuat banyak pihak di Selandia Baru geram. Setidaknya untuk produk yang buruk sapi bisa diperlakukan dengan lebih baik. Mereka adalah hewan yang tahu rasa sakit dan mampu menyimpan sebuah memori kehidupan.
5. Sapi Tidak Dianggap Hewan tapi Benda
Rata-rata satu ekor sapi bisa hidup hingga 25 tahun dengan masa produktif 10 tahun. Di Selandia Baru, sapi yang telah berusia 5 tahun harus memasuki masa afkir dan siap untuk dijagal. Mereka melakukan ini untuk menjaga banyaknya susu yang dihasilkan oleh sapi produktif.
Sapi yang dianggap produksi susunya menurun akan langsung dipisahkan lalu diperlakukan dengan sangat kejam. Tak jarang para penjagal menyiksa sapi terlebih dahulu sebelum mengakhiri pengabdiannya selama ini.
Itulah lima fakta kelam dari peternakan di Selandia Baru. Sapi-sapi yang menghasilkan sapi ternyata diperlakukan dengan sangat buruk. Seperti video di bawah ini:
https://www.youtube.com/watch?v=YOg2JbHCjgo
Susu memang produk yang banyak gizinya. Namun jika perlakuan terhadap sapi yang menghasilkannya begitu buruk, maka coba bayangkan: “segelas susu yang kita teguk setiap hari menyimpan penderitaan jutaan sapi yang dipukul hingga dijagal tanpa belas kasihan“. Jadi masih doyan susu?