Impian atau harapan adalah sesuatu yang sangat melekat dalam diri setiap insan manusia, di mana setiap anak Adam memiliki sebuah gambaran atau visi yang ingin dicapainya di masa depannya kelak. Entah itu mulai dirancang sejak kecil atau yang mulai terpikir setelah beranjak dewasa. Ada yang konsisten dengan apa yang diimpikannya sejak kecil sampai dewasa, ada yang berubah seiring berjalannya waktu, tergantung pengaruh lingkungan atau cara pandang dan berpikir yang telah berubah setelah menemukan jati diri di usia dewasa.
Dalam Islam sendiri, memiliki sebuah harapan, mimpi, atau cita-cita adalah sebuah kebaikan. Tentunya jika hal tersebut dalam koridor jalan kebaikan dan menyerahkan sepenuhnya terhadap keputusan Allah kelak, setelah diawali dengan usaha keras dan do’a yang tak pernah putus. Bahkan Rasulullaah SAW memiliki harapan atau cita-cita, yang beliau berusaha wujudkan dengan berusaha keras, berdo’a tanpa putus dalam kepasrahan pada Allah, dan ikhlas tawakkal menyerahkan keputusannya pada Sang Pencipta.
Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu kita pahami tentang impian atau cita-cita tersebut. Apa saja itu?
1. Tidak Ada yang Salah dengan Mimpi, Namun Jangan Terlarut dalam Lamunan
Mimpi di sini dalam artian adalah sebuah visi masa depan diri yang ingin diwujudkan. Tidak ada yang salah bahkan jika bermimpi menjadi Presiden sekalipun, karena selama impian tersebut baik dan membawa kebaikan, dengan tentunya diniatkan pada kebaikan, maka kita harus terus optimis dan semangat dalam mengejarnya.
Namun yang menjadi keliru adalah ketika kita memiliki impian namun kita malah terlalu asyik dan larut dalam lamunannya. Sehingga menjadikan diri senang berkhayal jika sudah tercapai impiannya, padahal belum berusaha atau malah malas berdo’a sama sekali.
Allah membeci hambaNya yang terlarut dalam angan-angan, karena itu adalah godaan setan yang dapat melalaikan manusia. Maka jika kita memiliki impian, jangan kita langsung membayangkan indah-indahnya dulu saat impian tersebut terwujud kelak, namun mulailah bergerak untuk berusaha dan kencangkan do’a. Kemudian setelah semua dilakukan, biarkan Allah yang memutuskan.
2. Tetap Optimis dan Gantungkan Semua Harapan Pada Allah
Allah adalah Dia Sang Pencipta, yang Maha Menghidupkan dan Maha Mematikan. Dia yang berhak memutuskan bagaimana jalan hidup atau takdir hambaNya, sesuai kehendaknya, sesuai do’a dari hambaNya, sesuai usaha hambaNya dalam mengubah diri, dan tentu sesuai dengan amalan-amalan hambaNya.
Maka ketika kita memiliki impian atau cita-cita dalam kehidupan kita, gantungkan smeua harapan kita pada Sang Maha Pemberi Hidup, Allah SWT. Ketika kita menggantungkan harapan pada selainNya, yaitu manusia atau makhlukNya, maka yang kita dapatkan hanyalah luka dan kekecewaan dari pedihnya pengharapan tersebut.
Berusahalah dengan giat, berdo’alah dengan kusyu’ dan jangan pernah putus, kemudian ikhlaskan semua kepada takdir yang telah Allah beri pada kita. Yang namanya rezeki, jodoh, hidup, dan mati adalah kehendakNya. Semua komponen kehidupan ini adalah milikNya, maka apakah tak malu kita mengharap pada selainNya?
3. Bangun Keyakinan Bahwa Impian Bisa Diraih, dan Sabar dalam Meniti Proses Mendapatkannya
Biasanya lelah itu datang di tengah perjuangan. Lelah hati, bahkan lelah fisik. Apalagi jika dihadapkan pada suatu kondisi di mana keadaan yang kita ingin ubah belum juga berubah. Biasanya kita akan mulai berada pada titik jenuh dan kelelahan yang menggoda kita untuk mundur atau menyerah.
Maka jika kita berhadapan dengan kondisi itu, ingatlah kembali pada awal mula kita menyusun impian tersebut. Ingat kembali apa yang membuat kita bermimpi hal tersebut, siapa saja yang ingin kita bahagiakan jika impian itu terwujud, dan apakah yang terjadi jika kita gagal meraihnya. Rasa semangat akan muncul. Apalagi jika kita kembali yakin bahwa Allah selalu menyertai langkah kita.
Yang nikmat dalam meraih suatu impian dalam kehidupan ini adalah bukan setelah kita mendapatkannya. Namun proses di mana kita memperjuangkannya. Maka bangunlah keyakinan bahwa kita mampu meraihnya, atas seizinNya, Allah SWT. Maka apa yang tak mungkin bagiNya? Kadang kehendakNya di luar batas pemahaman kita, dan sudah tugas kita untuk taat menjalani sambil terus berikhtiar agar kehidupan kita semakin baik dan dekat denganNya.
4. Jika Gagal, Maka Yakinlah Bahwa Allah Telah Menjauhkanmu dari yang Buruk untuk Takdir yang Lebih Baik
Dan terakhir, ketika impian tersebut gagal kita raih, maka yang perlu kita ingat dan sadari adalah bahwa takdir adalah milik Allah. Tugas kita hanyalah menerima, setelah segala usaha dan do’a yang kita persembahkan untukNya. Namun jika Allah belum atau tidak ridho, maka Allah akan jauhkan hal tersebut dari kita.
Tentu pastinya bukan karena Dia benci atau hendak menyulitkan kita, namun sesunggunya itu adalah caraNya menunjukkan kepada kita bahwa apa yang kita inginkan tersebut bukan yang terbaik bagi kita. Karena bisa jadi yang baik bagi kita belum tentu baik menurutNya, begitupun sebaliknya. Maka ikhlas dan bangkitlah kembali dalam berusaha menata kehidupan dan mimpi baru.
Bisa jadi juga itu cara Allah menguji seberapa tangguh kita dalam berjuang berusaha mewujudkan impian kita tersebut. Ada yang baru sekali jatuh atau gagal sudah menyerah, namun ada yang tangguh sampai berulangkali berjuang baru kemudian sukses meraih mimpinya. Sekali lagi, takdir milik Allah. Tugas kita hanyalah berusaha, berdo’a, dan tawakkal padaNya.
Itulah keempat hal yang perlu kita pahami dari impian, harapan atau cita-cita dalam kehidupan kita. Tak ada yang salah dengan impian, semua manusia berhak dan memang harus memiliki visi bagi masa depannya. Namun bagaimana kita memperjuangkan dan berusaha meraihnya itulah yang terpenting. Karena hasil berbanding lurus dengan proses. Jika kita berusaha giat, berdo’a dengan tulus dan tak pernah putus harapan, serta ikhlas menyerahkan semua keputusan pada Allah, maka Allah akan beri yang terbaik untuk kita. (sof)