Pasti masih ingat dong sebelum acara drama Turki menginvasi stasiun televisi kita, tayangan India benar-benar berjaya. Tak hanya serial yang berbau Islami seperti Jodha Akbar, tapi juga kisah pewayangan epic seperti Mahadewa dan Mahabarata. Membicarakan tentang Mahabarata, seperti yang kamu tahu jika cerita tentang petualangan Pandawa Lima ini juga sangat identik dengan Indonesia.
Namun ada beberapa perbedaan antara milik kita dan India. Yup, benar sekali hal tersebut adalah para Punakawan. Di Mahabarata versi India takkan kamu temui Semar dkk, namun uniknya tokoh-tokoh ini ada di kisah Mahabarata Indonesia. Kerennya lagi, ada sebuah fakta menarik jika para Punakawan ini ternyata sangat kental dengan nilai-nilai yang berbau Islami.
Ya, dulu ternyata para wali memanfaatkan tokoh-tokoh unik ini sebagai cara untuk berdakwah. Hingga akhirnya ajaran agama ini bisa benar-benar diterima. Berikut ulasan selengkapnya.
1. Semar
Para Punakawan sebenarnya sama sekali tidak terkait dengan isi cerita inti Mahabarata. Kehadiran mereka hanya sebagai pencair suasana konflik saja. Namun penokohannya yang dikemas unik akhirnya karakter ini pun dianggap sama pentingnya dengan yang lain. Salah satu tokoh Punakawan yang bisa dianggap paling ikonik adalah Semar.
Nama Semar sendiri berasal dari berbagai kata, mulai ‘Ismar’ , ‘Mismar’, atau ‘Simaar’yang artinya adalah paku. Namun lidah orang Jawa menyebutnya dengan Semar. Arti paku dalam nama Semar sendiri berarti adalah mencapnya sesuatu dalam hal ini adalah ketauhidan atau keimanan. Semar juga sering disebut dengan nama lengkap Semar Badrayana yang artinya melaksanakan perintah Tuhan untuk kesejahteraan manusia. Dari namanya saja sudah sangat jelas jika di balik penokohan Semar terdapat maksud filosofis yang dalam.
Tokoh Semar sendiri digambarkan dengan sangat filosofis. Dari atas, rambut kuncungnya menandakan jiwanya yang muda, namun raut wajahnya yang keriput serta tubuhnya yang bongsor menandakan ketuaan yang jelas. Raut muka Semar juga sangat unik, matanya terlihat seperti sangat bersedih namun bibirnya tersenyum lebar. Posisi tangan juga begitu, sebelah kiri menunjuk ke bawah dan yang kanan seolah diangkat ke atas. Menjabarkan filosofi karakteristik fisik dan juga posisi tubuh Semar ini mungkin akan menghabiskan ratusan lembar halaman, namun intinya adalah keseimbangan.
2. Petruk
Petruk adalah anak kedua Semar. Karakter ini digambarkan sangat berbeda dengan sang ayah. Petruk berpostur tubuh tinggi kurus dengan hidungnya yang mancung. Dalam pewayangan, tokoh ini dikenal dengan dagelan atau bercandaannya yang cerdas namun kadang jahil. Petruk memang sangat pandai bicara dan mudah menarik hati. Kadang ia juga suka menyindir apa pun, termasuk celotehannya sendiri.
Nama Petruk berasal dari ‘Fatruk’ yang diambil dari penggalan kalimat tasawuf terkenal ‘Fatruk kulla maa siwallahi’. Artinya adalah tinggalkan semua dan berserah diri kepada Tuhan. Ciri fisik Petruk yang serba panjang, misalnya hidung dan juga rambutnya, melambangkan jika manusia haruslah memiliki pikiran yang panjang. Aplikasinya bisa apa pun, entah itu berpikir masak-masak atau bisa juga dengan bersabar.
3. Bagong
Bagong merupakan Punakawan terakhir atau anak bungsu Semar. Banyak yang mengatakan jika Bagong adalah bayang-banyang Semar. Hal tersebut digambarkan dengan figur tubuh yang identik dengan Semar walaupun Bagong punya ciri khasnya sendiri. Misalnya mata besar yang menyala, model rambut dan juga bibir yang lebih memble.
Bagong punya perangai yang lebih lugu dibanding Punakawan yang lain. Alhasil, ia sering sekali bikin kelucuan-kelucuan dengan tingkahnya yang kadang kurang menunjukkan sopan santun. Meskipun yang paling lugu, namun Bagong kerap kali bercanda bahkan pada situasi yang genting sekalipun. Sehingga ia juga jadi hiburan tersendiri di saat-saat yang dibutuhkan.
Ada beberapa versi yang beredar tentang nama Bagong ini. Pertama adalah ‘Baqa’ yang artinya adalah keabadian. Hal tersebut bisa diartikan jika dunia ini adalah tempat singgah saja, masih ada alam lain yang lebih kekal atau abadi yakni akhirat. Bagong juga didapatkan dari kata ‘Bagha’ yang artinya menolak atau memberontak. Istilah ini pun bisa diartikan beragam, misalnya saja menolak kezaliman, memberontak kepada hal-hal yang tidak baik dan sebagainya.
4. Gareng
Gareng adalah anak pertama Semar dan bisa disebut dengan Punakawan kedua. Gareng punya sifat yang sangat berbeda dengan saudara-saudaranya yang lain. Ia tidak jago berbicara atau melucu seperti Petruk, tak juga aktif bicara dan mengkritik apa pun seperti Bagong. Gareng digambarkan punya sifat pendiam, namun juga tetap lucu sesuai dengan tugas Punakawan sebagai penghibur.
Ciri fisik Gareng juga sangat berbeda dengan saudara-saudaranya yang lain. Ia digambarkan sebagai karakter yang cacat kaki dan tangannya. Namun seperti yang telah dijelaskan, Gareng tetap bahagia hidup bersama keluarganya yang unik ini. Dalam sebuah cerita, Gareng yang punya kekurangan fisik ini pernah diangkat menjadi raja. Hal ini bisa diartikan jika siapa pun yang memiliki kemampuan bisa menggapai apa pun walau kondisi fisiknya tak sempurna.
Gareng berasal dari kata ‘Qariin’ yang artinya adalah teman. Ya, dari sini saja sudah bisa diartikan jika manusia haruslah punya banyak teman. Bukan sembarang teman, tapi yang selalu bisa mengerti dan mengajak kepada kebaikan. Seperti Gareng yang tetap selalu dihargai oleh Punakawan yang lain meskipun fisiknya yang tak sempurna atau celotehanya yang selalu salah.
Eksistensi Punakawan sendiri sempat mendapatkan kritik tegas kala pertama kali digunakan oleh Sunan Kali Jaga. Pasalnya bentuknya sangat mirip manusia dan hal ini tentu saja dilarang. Namun akhirnya Sunan Kali Jaga mengubah perawakan para Punakawan seperti yang sekarang ini. Jika dilihat memang sudah tidak mirip sama sekali dengan manusia, bukan?
Gubahan tokoh Punakawan oleh Sunan Kali Jogo ini pertama kali ditunjukkan dalam acara peresmian Masjid Demak. Tajuknya sendiri adalah ‘Hilangnya Jimat Kalimasada’. Ya, Kalimasada ternyata tak lain adalah dua kalimat syahadat.