Mendapatkan nikmat kebahagiaan sedang menuai kesuksesan atau bisa pergi ke tempat yang luar biasa, sering membuat kita terbawa suasana dan hampir lupa diri. Apalagi di zaman modern sekarang. Adanya berbagai media sosial seperti Facebook, Instagram, Path, Line, Twitter, dan masih banyak lagi, membuat kita menjadi mudah dalam share apapun isi hati bahkan aktivitas kita.
Sebenarnya sah atau boleh saja kita mengungkapkan kebahagiaan kita kepada orang lain, baik secara langsung atau melalui akun media sosial kita. Namun yang perlu kita ingat atau waspadai adalah, jangan sampai hal tersebut justru menjerumuskan saudara kita pada sebuah dosa, yaitu iri, dengki, atau bahkan dendam kepada kita. Kenapa bisa demikian? Berikut ini beberapa alasannya kenapa kita tak boleh berlebihan dalam memamerkan kebahagiaan kita:
1. Bisa Mendorong Pada Riya’
Riya’ atau pamer adalah sebuah dosa yang bisa menjerumuskan kita pada neraka. Selain itu ada juga ujub yang berarti membanggakan diri sendiri. Dua hal tersebut biasanya berkaitan ketika seseorang sedang pamer suatu kebahagiaan kepada orang lain dengan maksud menunjukkan siapa dirinya pada orang lain dan seberapa hebatnya dia sampai bisa mendapat kebahagiaan tersebut.
Tentu saja jika kita sudah tau itu dosa dan bisa menjadi penyebab masuk neraka, harus kita hindari. Menyampaikan kebahagiaan pada teman atau sahabat boleh saja, asal dalam niat yang baik berbagi kebahagiaan atau memberikan kabar pada teman atau sahabat bahwa keadaan kita baik, sehat, dan bahagia agar mereka tidak khawatir.
2. Bisa Merusak Pertemanan dan Persahabatan
Yang paling sering terjadi adalah banyaknya kasus rusaknya pertemanan dan persahabatan karena sekedar ejek-ejekan tentang pernikahan. Yang sudah menikah sering merasa lebih hebat dan mengejek hingga menjurus pada merendahkan atau menghina mereka yang belum bertemu jodoh. Nah, itu kasus yang paling marak. Belum lagi tentang pamer kebahagiaan pada kasus yang lain.
Sehingga demi menghindari keretakan hubungan silaturahim dengan teman atau sahabat, sebaiknya kita tidak berlebihan dalam memamerkan kebahagiaan pada mereka. Apalagi bagi mereka yang belum mendapatkan nikmat yang sama dengan kita. Kita cukup sampaikan seperlunya, atau kalau perlu kita tahan demi menjaga hati mereka. Apalagi sampai mengejek atau menghina mereka, na’udzubillaah, jangan sampai!
3. Bisa Mendorong Orang Lain Pada Dosa
Coba kita bayangkan, bagaimana jika suatu hari di Pengadilan Akhirat, nama kita tiba-tiba di seret oleh teman kita karena telah menyebabkan dia berdosa karena iri atau dengki kepada kita? Ya, kitalah yang menyebabkan mereka berdosa karena iri atau dengki, dan bahkan mungkin dosa-dosa hati lain yang tak kita ketahui. Tentunya, tak ada asap kalau tak ada api. Tak akan ada cerita mereka berlaku dosa hati tersebut, jika kita tak pamer-pamer kebahagiaan kita pada mereka secara berlebihan.
Beda lagi jika kita sudah tidak pamer, biasa saja, namun mereka masih iri atau dengki pada kita. Tenang saja, karena Allah Maha Tahu, sehingga Allah akan membalas apa-apa yang sesuai dengan hambaNya kerjakan. Kalau kita sudah bisa menjaga diri namun orang masih iri hati atau dengki pada kita, berarti itu ujian dari Allah. Sedangkan jika orang lain iri hati atau dengki pada kita, akibat kita terlalu sering berlebihan pamer kebahagiaan, maka saatnya kita bertaubat.
4. Bisa Menjadikan Kita Kufur Nikmat Kepada Allah
Jika kita diberikan kebahagiaan atau nikmat oleh Allah SWT, sudah seharusnya kita bersyukur sekaligus waspada. Karena sesungguhnya Allah letakkan ujian kepada kita dalam nikmat tersebut. Apakah kita akan terus tunduk tawadhu’ dan bersyukur kepadaNya? Ataukah justru kita lalai dan terlena semakin jauh dari Allah?
Awalnya mungkin kita bersyukur dan merasa semakin mencintai Allah. Kemudian saat Allah turunkan lagi nikmat demi nikmat pada kita, setan mulai bermain dan membuat kita lalai bahkan untuk sekedar bersyukur padanya. salah satunya adalah saat kita mulai bangga diri dan memamerkan kebahagiaan serta nikmat tersebut pada orang lain dengan tujuan tidak baik. Dan kufur nikmat selain bisa menjauhkan kita dari Allah, tentunya bisa menyeret kita pada dosa dan neraka.
Itulah keempat alasan kenapa kita tak perlu memamerkan secara berlebihan kebahagiaan atau nikmat yang kita miliki kepada orang lain. Cukuplah kita bersyukur kepada Allah atas karunia sehat dan iman yang Dia berikan kepada kita. Yang telah menikah juga tak perlu pamer kemesraan di depan umum atau media sosial, yang sudah punya anak juga tak perlu membangga-banggakan buah hatinya secara berlebihan, yang sudah lulus kuliah juga tak perlu menyindir mereka yang masih kesulitan belum lulus, atau yang sudah bekerja juga tak perlu sok memintari mereka yang belum mendapat pekerjaan.
Cukuplah Allah yang menjadi saksi kita bahagia dan bersyukur. Jika memang perlu kita mengabarkan kebahagiaan kita pada orang lain, lakukan dengan cara sewajarnya dan dengan tujuan mengabarkan berita baik agar mendapatkan doa yang baik pula dari mereka. Tak ada salahnya menjadi perantara syukur bagi orang lain. (sof)