PERINGATAN: Kami mohon maaf jika gambar di artikel ini kurang berkenan.
Di hari libur yang cerah, bersantai di tepi pantai atau taman adalah hal yang menyenangkan. Apalagi saat merasakan matahari yang hangat menyinari tubuh, wah benar-benar istimewa. Tapi hal ini tidak bisa dirasakan oleh warga Araras di Brazil.
Desa Araras di Sao Paulo, mirip dengan kota hantu dengan mayoritas penduduknya yang mengalami kelainan genetik. Kelainan ini membuat mereka harus menghabiskan waktunya di dalam rumah dan menghindari matahari karena sinar matahari akan merusak kulit mereka.
Penduduk desa ini menderita Xeroderma Pigmentosum, sebuah kondisi genetik yang ditandai dengan sensitivitas yang sangat ekstrem terhadap sinar ultraviolet (UV). Jika pasien dengan XP tidak terlindungi dari UV, kulit dan mata mereka bisa mengalami kerusakan dan mengakibatkan kanker. 30 persen penderita juga akan mengalami kelainan syaraf termasuk kehilangan pendengaran dan kehilangan mobilitas.
Dari 800 penduduk di desa ini 600 diantaranya menderita XP. 20 diantara telah menunjukkan keseluruhan gejala XP dan rentan terhadap kanker kulit agresif. Salah satu penderitanya adalah Djalma Jardin yang harus kehilangan salah satu matanya. Ia harus tidur dengan menggunakan penutup mata karena kerusakan di kelopak matanya membuatnya tidak bisa menutup mata.
Saat ia pergi ke luar rumah, ia akan merasakan matahari membakar tubuhnya. Kemudian ia tidur dan keesokan harinya menemukan bintik kecil yang terus tumbuh dengan cepat beberapa hari kemudian. Kondisi pria ini semakin memburuk sebelum akhirnya ia meninggal dunia, sama seperti beberapa anggota keluarganya yang lain.
Deide, seorang peternak juga harus kehilangan sebagian wajahnya karena kondisi yang tidak bisa disembuhkan ini. Ia harus menjalani operasi untuk mengangkat langit-langit dan tulang rahang kanannya. Tanpa memakai prosthesis atau bagian badan buatan, ia tidak bisa bicara.
Beberapa warga desa tersebut percaya bahwa kondisi ini adalah sejenis penyakit seksual menular. Beberapa orang lain percaya bahwa ini adalah hukuman dari Tuhan.
Hingga beberapa waktu lalu, penduduk percaya bahwa penyakit ini menular, namun XP adalah penyakit turunan. Seorang ahli genetik biologis, Dr Carlos Menck melakukan tes pada seluruh penduduk desa dan menemukan bahwa 600 dari 800 penduduk membawa gen resesif XP. Hal ini bisa dilihat kembali dari keluarga tiga pendatang Portugis.
Ahli dermatologi Sulamita Chaibub menyebutkan bahwa di Araras, penduduk dengan gen ini menikah satu sama lain. Akibatnya, gen ini menjadi dominan dan penyakit XP pun akhirnya muncul. Hingga saat ini tidak ada obat yang bisa menyembuhkan XP, tapi para dokter telah memperingatkan warganya untuk benar-benar menghindari matahari.