Pernikahan sangat dinanti setiap pasangan yang sedang memadu kasih. Pernikahan adalah muara yang indah, namun terkadang menjadi tak indah jika tersulut masalah. Menjadi suami dan istri bukanlah jaminan masalah bisa pergi begitu saja. Justru saat membangun mahligai rumah tangga, masalah kerap muncul.
Jika suami dan istri mampu melaluinya dengan baik, maka hubungan dua orang ini bisa jadi sangat kuat. Namun jika tak selesai, masalah bisa mengarahkan pasangan ini ke gerbang perceraian. Seperti yang dialami oleh Bunga dan Jaka (bukan nama sebenarnya) ini. Bahkan Bunga yang tak setuju, sampai menuntut mantan suaminya mengganti biaya keperawanan yang telah hilang. Berikut kisah selengkapnya.
Pernikahan yang Sangat Bahagia Harus Kandas
Bunga dan Jaka awalnya adalah sepasang kekasih yang telah menjalin hubungan sangat lama. Hingga pada akhir 2011 silam, keduanya memutuskan untuk menikah secara resmi di catatan sipil Surabaya. Hubungan ini berjalan dengan sangat baik bahkan keduanya dikaruniai seorang anak pada November 2012.
Hubungan yang awalnya bahagia ini akhirnya berakhir di meja hijau. Jaka yang tak diketahui alasannya (mungkin masalah pribadi) menuntut cerai. Tak terima dengan perlakukan mantan suami, Bunga balik menuntut. Ia tak rela segala hal yang ia punya akhirnya berakhir dengan sebuah kehancuran.
Bunga Menuntut 5 Miliar Untuk Keperawanannya
Bunga tidak terima dengan perlakuan sang mantan suami. Ia telah melakukan segala kewajibannya sebagai istri. Melayani suami secara jasmani dan rohani. Ia bahkan merelakan keperawanannya diambil hingga akhirnya melahirkan anak pertama mereka. Bunga menganggap sang suami tidak menghargainya.
Harga 5 miliar sangat pantas untuk hal yang telah terenggut darinya. Jumlah itu akan bertambah 100 juta perhari jika Jaka tak mampu membayarnya. Hal ini disampaikan Bunga saat menuntut balik di pengadilan. Jumlah itu masih ditambah sekumpulan benda seperti kulkas, mesin cuci, dan lainnya hingga jumlahnya mencapai 22 buah.
Kehilangan Anak dan Gugatan Ditolak
Tidak ada seorang ibu yang ingin kehilangan anaknya (meski tak benar-benar hilang). Hakim memutuskan untuk menyerahkan anak yang telah berumur tiga tahun kepada penggugat (Jaka). Namun masih mengizinkan Bunga untuk datang dan menjenguk anaknya di saat-saat tertentu.
Dan mengenai gugatan Bunga, hakim tentu tidak akan mengabulkan. Tidak ada dasarnya seorang suami harus membayar keperawanan istri. Terlebih dengan harga super fantastis. Menanggapi hal itu Bunga hanya bisa mengelus dada. Segala hal yang ia inginkan tidak menghasilkan apa-apa.
Apa yang bisa kita petik dari kejadian Bunga dan Jaka? Yaph! Pernikahan itu tak semudah membalik telapak tangan. Banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum melakukan pernikahan. Termasuk kemungkinan buruk seperti perceraian, meski semua orang tidak menyukainya.