Selama ini kita selalu menganggap bahwa Indonesia memiliki 7 presiden yang menjabat sejak 17 Agustus 1945 hingga sekarang. Hanya sedikit sekali orang yang tahu bahwa sebenarnya Indonesia memiliki 9 presiden. Dua nama lain mungkin tidak tercatat dalam buku sekolah Anda dan terlupakan begitu saja.
Jika selama ini kita hanya mendengar nama Ir. Soekarno, Soeharto, B.J Habibie, K.H. Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono dan Ir. Joko Widodo, ada dua nama yang kita lewatkan. Mereka adalah Syafruddin Prawiranegara dan Assaat. Berikut ulasan tentang dua presiden yang terlupakan tersebut.
1. Syafruddin Prawiranegara
Syafruddin pernah menjabat sebagai presiden dari PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia). Masa jabatannya dimulai pada tanggal 22 Desember 1948 ketika pemerintahan RI di Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda. Ketika itu Agresi Militer Belanda II sedang berlangsung. Belandapun berhasil menangkap presiden Indonesia saat itu, Soekarno, dan wakilnya, Mohammad Hatta.
Ketika ditahan, Soekarno mengirimkan pesan rahasia lewat telegram kepada Syafruddin. Isi dari pesan itu adalah perintah untuk Syafruddin (yang kala itu menjabat sebagai Menteri Kemakmuran) untuk membentuk pemerintahan darurat di Sumatera. Atas perintah itulah dibentuk PDRI dan Syafruddin ditunjuk sebagai presidennya.
2. Akhir Masa Jabatan Syafruddin
Tidak hanya mendapat izin Soekarno, PDRI juga mendapat izin dari negara di dunia internasional untuk berdiri. Sehingga pada 22 Desember 1948 diumumkan berdirinya PDRI. Pada hari itu pula Syafruddin menjabat sebagai presiden Indonesia sementara.
Setelah Agresi Militer Belanda II selesai, Belanda menarik pasukannya dari Indonesia. Pada 13 Juli 1949, PDRI diserahkan kepada Soekarno yang kala itu telah dibebaskan Belanda. Akhirnya PDRI dibubarkan dan kita kembali pada pemerintahan NKRI dengan Soekarno sebagai presidennya. Syafrudin disebut-sebut sebagai Bapak Penyelamat Republik oleh para sejarawan.
3. Assaat
Assaat adalah orang yang pernah menjabat sebagai presiden ketika Indonesia masih menjadi bagian dari RIS (Republik Indonesia Serikat). Pada Desember 1949 Belanda menyerahkan kedaulatan Indonesia kepada tangan Republik Indonesia Serikat. Hal tersebut membuat Soekarno dan Hatta harus menjabat sebagai presiden dan wakil presiden di RIS. Sementara pemerintahan di Republik Indonesia kosong. Lalu Soekarno memerintahkan Assaat untuk menjadi presiden Republik Indonesia.
Pada masa jabatannya sebagai presiden sementara di RI, Assat berperan penting sebagai pendiri dari Universitas Gadjah Mada (UGM) yang merupakan kampus pertama yang dibangun oleh negara RI. Assaat dikenal sebagai cendikiawan yang cerdas dan membuat Presiden Soekarno mempercayakan kepemimpinan padanya. Namun, masa kepemimpinan Assaat hanya bertahan kurang dari satu tahun.
4. Akhir Masa Jabatan Assaat
Jabatan Assaat sebagai presiden adalah perintah dari Soekarno untuk mengisi kekosongan pemerintahan. Namun, seiring berakhirnya masa jajahan Belanda, Indonesia menuju kestabilan politik. Republik Indonesia dan Republik Indonesia Serikat sama-sama diakui oleh dunia internasional. Keduanya kemudian dilebur menjadi satu menjadi NKRI pada 15 Agustus 1950.
Seiring berlakunya NKRI, masa jabatan Assaat pun berakhir. Negara kembali dipimpin oleh Soekarno dan Moh. Hatta. Assaat tetap dikenang sebagai orang yang amanah dalam memimpin. Pria asal Sumatera Barat inipun diberi gelar Datuk Mudo, karena dia menjadi orang yang bijak sana meski usianya terbilang muda.
Dua orang di atas mungkin namanya asing di telinga kita. Bahkan mungkin sebagian besar dari kita tidak pernah melihat gambar wajahnya. Namun, kita tetap berhutang budi terhadap keduanya karena pernah memimpin Indonesia di masa-masa genting.
Hendaknya kita tidak melupakan sejarah dan jasa para pahlawan. Tidak cukup dengan hanya mengenang, kita harus menjaga dan memberikan yang terbaik untuk bangsa kita. (HLH)