Ada pemandangan tak lazim yang tampak di kota-kota Lebanon, khususnya di kota Beirut. Jika biasanya kota-kota di negara Timur Tengah ini tampak bersih dan rapi, sudah seminggu terakhir Lebanon tampak menjadi kota lautan sampah. Sampah tersebut tidak hanya menggunung di sudut kota, namun sudah mendesak hingga ke jalan-jalan utama.
Netizen Lebanonpun mulai khawatir dengan nasib dan kesehatan mereka. Para netizen memposting pemandangan di dekat rumah mereka yang kini seperti tong sampah raksasa. Berikut Boombastis laporkan beberapa fakta tentang Lebanon yang kini menjadi negara dengan lautan sampah.
1. Ibu Kota Negara yang Dipenuhi Sampah
Beirut adalah ibu kota yang dibangga-banggakan Lebanon, sebagaimana warga Indonesia membanggakan Jakarta. Kota ini merupakan pusat pemerintahan sekaligus pusat berputarnya roda ekonomi Lebanon. Namun, justru kota inilah yang terkena dampak krisis sampah paling parah dibandingkan kota-kota lainnya.
Menteri Lingkungan Hidup Mohammad Machnouk memperkirakan ada sekitar 22.000 ton sampah yang kini memenuhi jalan-jalan di seluruh Libya. Dalam laporan yang dirilis oleh Associated Press, jumlah sampah tersebut sama beratnya dengan 110 ekor paus biru. Sungguh jumlah yang sangat mencengangkan.
2. Terjadi Akibat Penutupan Tempat Pembuangan Akhir
Penumpukan sampah ini terjadi akibat penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Naameh, di sebelah selatan Kota Beirut. TPA Nameeh merupakan tempat pembuangan sampah paling besar di negara tersebut. Tempat penampungan itu dijadwalkan ditutup minggu lalu, tanpa adanya tempat pengganti yang disarankan oleh pemerintah.
Pihak dari TPA Naamehpun tidak lagi bertanggung jawab akan pemungutan sampah dari rumah warga, karena mereka menganggap kontrak kerja mereka dengan pemerintah telah usai. Karena kebingungan, akhirnya warga membuang sampah mereka di depan rumah dan di jalan-jalan. Hal itu membuat seluruh kota Beirut tampak kumuh.
3. Kota Menjadi Bau Busuk dan Dipenuhi Serangga
Sampah yang digeletakkan di jalan tidak hanya sampah-sampah kering, namun juga sampah basah seperti sisa-sisa makanan. Sampah tersebut mengundang datangnya serangga dan tikus yang berkembang biak pesat. Sementara warga tidak bisa berbuat apa-apa.
Bau sampah juga menyengat di seluruh kota. Nyamuk dan lalat berterbangan di semua penjuru. Sementara pihak pemerintah hanya mengutus beberapa petugas pembasmi serangga untuk melakukan penyemprotan. Namun, penyemprotan tersebut tidak efektif dan jumlah serangga terus bertambah.
4. Pemerintah Masih Sibuk Berdebat Soal Kekuasaan
Kamis lalu, menteri-menteri di kabinet pemerintahan Lebanon bertemu untuk membahas masalah sampah ini. Namun, mereka tidak menemukan solusinya, sehingga keputusan akan sampah ini terus ditunda hingga Selasa mendatang. Penundaan keputusan tersebut membuat sampah yang bertumpuk semakin menggunung.
Pemerintah masih juga belum bisa memutuskan siapa yang akan mengurus sampah ini, karena kebingungan harus memberi tender kepada siapa. Ada empat pihak yang dipertimbangkan yaitu perwakilan dari Sunni, Shiite, Druze dan Kristiani.
5. Kota Terancam Kebakaran
Karena masyarakat panik melihat sampah yang menumpuk, sebagian dari mereka mencoba membakar sampah sedikit demi sedikit. Namun, apa daya usaha itu justru membuat api berkobar luas dan membakar benda-benda yang tidak diinginkan. Beberapa hari yang lalu, jalanan di Beirut dipenuhi dengan asap tebal. Kepanikan semakin meluas.
Warga Lebanon sudah membuat beberapa petisi online sebagai wujud rasa kecewa mereka terhadap pemerintahan. Mereka khawatir akan kesehatan dan keselamatan diri mereka. Sementara pemerintah meminta mereka untuk bersabar sampai rapat kabinet minggu depan.
Meski negara kita masih ada dalam tahap berkembang, namun setidaknya kita tidak dihadapkan dengan masalah seberat Lebanon. Oleh karena itu tidak ada salahnya jika kita menjaga kebersihan sejak dini. Kurangi penggunaan benda-benda yang akan menimbulkan sampah. Keselamatan lingkungan adalah keselamatan kita semua. (HLH)