Siapa pun yang paham tentang sejarah perkembangan Nusantara, pasti kenal dengan nama Mpu Prapanca. Selain sebagai pendeta, beliau dikenal sebagai sastrawan di masa keemasan Kerajaan Majapahit. Karya tulisnya jadi buruan para sejarawan Indonesia, bahkan dunia. Salah satu yang sangat dikenal adalah Kakawin Nagarakertagama.
Tapi siapa sangka di balik kepopulerannya, ada tragedi dalam kehidupan sosok yang juga dikenal dengan nama Dhang Acarya Nadendra. Tak tanggung-tanggung, karena kisah duka ini dirinya harus melepaskan segala kebahagiaan. Penasaran dengan kisah Mpu Prapanca? Simak fakta-fakta perjalanan hidupnya, dari seorang pendeta menjadi sastrawan ternama, hingga meninggalkan Majapahit.
Sosok sastrawan Jawa yang menuliskan kehebatan Kerajaan Majapahit
Dhang Acarya Nadendra adalah nama asli dari Mpu Prapanca. Beliau dikenal sebagai sastrawan Jawa tersohor di abad ke-14. Di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk, Mpu Prapanca merangkum kejayaan yang diperoleh Majapahit. Semuanya ditulis dalam Kakawin Nagarakertagama. Dari kitab ini pula, masyarakat Indonesia tahu luasnya Kerajaan Majapahit di era keemasannya.
Sebelum menjadi sastrawan, Mpu Prapanca adalah penghulu dan pendeta kerajaan
Salah satu yang menarik dari Mpu Prapanca adalah jabatan yang dimilikinya. Sebelum dianggap sebagai sastrawan tulen, dirinya adalah seorang Dharmadhyaksa Kasogatan, yang dalam istilah umumnya adalah pendeta kerajaan. Namun hal ini disangsikan oleh para pakar yang memelajari Sastra Jawa Kuno, seperti Theodoor Gautier Thomas Pigeaud dan P.J. Zoetmulder.
Kehidupan sebagai pendeta malah menghadirkan mimpi buruk bagi Mpu Prapanca
Meski memiliki jabatan tinggi sebagai pendeta kerajaan, nyatanya kehidupan Mpu Prapanca tak seindah yang dibayangkan. Dikisahkan bahwa ia terpaksa meninggalkan kerajaan dan menepi di dusun, akibat dihina oleh kaum bangsawan. Selain itu, Mpu Prapanca juga disebut merasa kesepian karena teman-teman meninggalkannya.
Fitnah terhadap Mpu Prapanca membuat Raja Hayam Wuruk mengusirnya dari kerajaan
Ujian hidup Mpu Prapanca bermula dari fitnah yang dilakukan seorang bangsawan. Tuduhan tersebut didengar oleh Raja Hayam Wuruk, yang kemudian memberhentikannya sebagai pendeta kerajaan. Tidak diketahui apa dan siapa yang tega melakukan fitnah terhadap Mpu Prapanca.
Terhina dan kesepian, Mpu Prapanca menenangkan diri dengan bertapa di lereng gunung
Kehidupan di desa membuatnya kikuk. Karena kesepian, Mpu Prapanca memutuskan untuk bertapa di lereng gunung. Dari pertapaannya di Kamalasana, ia mendapat pencerahan untuk menyusun Kakawin Nagarakertagama. Dirinya berharap dengan tulisan tersebut, Raja Hayam Wuruk benar-benar mengetahui kebenaran di balik fitnahan yang dialaminya.
BACA JUGA: Kisah Zaman Kekaisaran China Kuno, Seorang Raja Bisa Punya 20.000 Selir di dalam Harem
Nampaknya, Mpu Prapanca masih memegang teguh pendiriannya sebagai pendeta kerajaan. Dikatakan bahwa meski harus menanggung malu, dipecat, dan diusir dari kerajaan, dia tidak memendam dendam sedikit pun kepada sang raja. Hal ini tertuang dalam kitab Nagarakertagama yang ditulisnya, yang tak ada cela sedikit pun terhadap sang raja. Justru dari karya tersebut, masyarakat dunia mengetahui kehebatan Kerajaan Majapahit.