Nama Nagita Slavina tengah menjadi bahan perbincangan. Pasalnya, muncul kontroversi setelah Nagita Slavina dan sang suami, Raffi Ahmad, resmi ditunjuk sebagai ikon PON XX Papua 2021. Akibatnya warganet terbelah menjadi dua kubu, pro dan kontra. Salah satu yang menyampaikan keberatan adalah Stand Up Komedian, Arie Kriting.
Arie menyampaikan kritikannya tersebut melalui Instagram dan Twitter. Menurutnya, putra putri asli Papua yang seharusnya menjadi ikon. Berikut sejumlah kritikan Arie yang berhasil dirangkum Boombastis.
Penunjukkan Nagita Slavina bisa timbulkan Cultural Appropriaton
Arie mengaku sudah sejak awal ia merasa ada yang janggal saat Nagita menjadi ikon PON XX Papua. Namun ia menunggu tanggapan dari orang-orang asli Papua terkait hal tersebut. Arie menyampaikan didapuknya Nagita sebagai duta PON dapat mendorong terjadinya Cultural Appropriaton.
Cultural Appropriaton terjadi ketika seseorang mengadopsi cara bicara, gaya berpakaian, gaya rambut, dan lain sebagainya dari budaya yang bukan miliknya sendiri. Arie memperjuangkan kehadiran perempuan Papua dalam ajang nasional demi menghindari Cultural Appropriaton, karena pemerintah tak mampu menghadirkan perempuan Papua dengan gambaran yang jelas.
Arie sebut sejumlah tokoh wanita asli Papua yang bisa gantikan Nagita
Tak hanya memberi kritikan, Arie Kriting juga memberikan solusi. Ia menyarankan sejumlah nama seperti Putri Nere, Monalisa Sembor, Lisa Rumbewas, dan Nowela yang dapat dipilih menjadi ikon berdampingan dengan Boaz Solossa sebagai duta PON XX Papua. Meski begitu, Arie menyadari kemampuan Nagita untuk memberikan sosialisasi PON XX Papua sangat dibutuhkan sehingga ia mengusulkan supaya Nagita Slavina dan Raffi Ahmad diposisikan sebagai sahabat duta PON XX Papua agar tak tumpang tindih.
Arie ajak masyarakat tanda tangani petisi
Dalam postingan Twitter-nya, Arie mengajak seluruh masyarakat Indonesia menandatangani petisi untuk melawan kultural apropriasi pada PON XX Papua. Petisi tersebut digagas oleh salah seorang musisi dan budayawan Papua, Stephen Wally. Arie berharap wanita Papua bisa mendapatkan tempat untuk berbicara dan menjadi perwakilan identitas untuk budaya mereka sendiri. Hingga kini lebih dari 4.400 orang telah menandatangani petisi tersebut. Jumlah ini pun masih terus bertambah.
BACA JUGA: Mengintip Kehidupan Muslim di Papua, Sudah Ada Sejak Dulu dan Penuh dengan Toleransi
Di antara banyaknya kontroversi, dukungan datang dari Putri Indonesia Papua Barat 2015, Olvah Alhamid. Ia meminta sejumlah pihak tak perlu memperpanjang masalah ini karena menurutnya, penunjukkan Nagita Slavina terbukti efektif untuk mempromosikan PON XX Papua kepada lapisan masyarakat yang tidak dapat dijangkau. Olvah mengatakan acara olahraga tersebut merupakan acara nasional sehingga siapapun warga Indonesia berhak jadi ikon.