Belum juga bulan Maret berakhir, belum juga rasa terkejut akibat terjadinya bom bunuh diri di Makassar hilang, petang 31 Maret 2021 kemarin terjadi insiden menggemparkan lagi. Adalah kejadian baku tembak yang terjadi di Mabes Polri, pelakunya merupakan seorang seorang diri atau kamu kini sering mendengarnya dengan sebutan lone wolf.
Mengapa perempuan ini begitu punya keberanian untuk melakukan serangan seorang diri di Markas Besar Polisi Republik Indonesia? Apa yang membelakanginya? Apa juga tujuannya melakukan serangan tunggal? Sejauh ini, sudah kami rangkum informasi-informasi yang patut kamu ketahui.
Video kronologi serangan tembakan tersebar bikin takut gemetar
Baru tiga hari berselang dari kejadian bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, kini terjadi lagi serangan di Jakarta tepatnya di Mabes Polri. Sore itu pastinya tak ada yang menyangka, sesosok perempuan yang berjalan menuju pos jaga ternyata telah berencana melakukan serangan. Ia terlihat seorang diri, membawa map kuning dan tak nampak mencurigakan.
Dari keterangan Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo, perempuan yang mengenakan pakaian biru dan hitam tersebut berpura-pura menanyakan letak kantor pos. Sempat balik badan, perempuan ini kemudian kembali dan menembaki pos jaga. Dari video kronologi yang beredar, setidaknya 6 hingga 7 tembakan dilakukan. “Dua kali ke anggota di dalam pos, dua yang ada di luar, kemudian menembak lagi ke anggota yang ada di belakangnya.” ujar Listyo, dikutip dari Kompas.com. Pelaku kemudian ditembak oleh polisi dan tewas di tempat. Video yang tersebar di media sosial ini terlihat mencekam dan bikin takut gemetar.
Serangan dilakukan seorang diri, siapakah perempuan penembak Mabes Polri ini?
Tak butuh waktu lama, pelaku diidentifikasi dan diketahui bernama ZA, 25 tahun. ZA yang merupakan bungsu dari 6 bersaudara ini juga seorang mahasiswi DO. Dari identitas yang ditemukan diketahui ZA tinggal di Jalan Lapangan Tembak, Ciracas, Jakarta Timur. Di lingkungannya, ZA terkenal sebagai pribadi yang tertutup dan jarang keluar rumah. Bahkan dikatakan ia juga tertutup dengan keluarganya. Selain itu ZA diketahui tergabung dalam Perbakin atau Persatuan Berburu dan Menembak Seluruh Indonesia dengan keanggotaan yang berlaku hingga tahun 2022.
Banyak hal tak biasa dilakukan oleh ZA sebelum melancarkan serangan tembak di Mabes Polri. Salah satunya adalah pamit keluar dari grup Whatsapp yang berisikan anggota keluarganya. Selain itu, sebuah akun media sosial yang dilansir adalah miliknya juga ditemukan oleh polisi. Dalam akun tersebut ZA memposting bendera ISIS dan tulisan mengenai jihad, tepat 21 jam sebelum penyerangan. Keluarga ZA juga menemukan surat wasiat di Rabu siang ketika ZA sudah keluar rumah.
Tinggalkan surat wasiat, isinya mirip dengan milik pelaku bom Makassar
ZA telah meninggalkan rumah sejak siang hari. Di saat itulah keluarga ZA menemukan surat wasiat yang berisi pesan untuk orang tua dan saudara-saudaranya. Sang kakak yang bingung berniat untuk melaporakan surat wasiat ini namun terlambat. Sang adik telah menuju Mabes Polri dan melakukan penyerangan. Ada yang layak dibahas tentang surat wasiat peninggalan ZA. Motif dan isi tulisannya sangat mirip dengan surat yang ditinggalkan oleh pelaku bom bunuh diri.
Beberapa poin yang sama dalam surat wasiat tersebut di antaranya nasihat untuk meninggalkan riba, permintaan maaf dan kesadaran diri melakukan ‘jalan nabi’. Dalam sebuah kesempatan, Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo menjelaskan bisa jadi ZA meniru surat wasiat pelaku bom bunuh diri Makassar sebab surat tersebut tersebar luas di media. Meski begitu, bergulir pendapat bahwa kemungkinan pelaku penyerangan Mabes Polri dan bom bunuh diri Makassar ini terlibat di jaringan yang sama.
Hingga kini masih banyak yang akan diselidiki terkait serangan tembakan yang terjadi di Mabes Polri. Apakah ada hubungannya dengan jaringan yang membawahi serangan bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar atau tidak.
BACA JUGA: Fakta Bom Makassar, Dari Kronologi Hingga Pelakunya yang Pasutri Baru Menikah 6 Bulan
Kita mau tak mau masih harus bersinggungan dengan situasi radikal seperti ini, karena memang bukan hal yang mudah untuk menelisik jaringan yang bukan hanya meneror Indonesia, namun juga beberapa negara besar lainnya. Waspada dengan jarkom provokatif dan hoax di momen kondisi banyak peristiwa mencekam seperti ini ya, Sobat Boombastis.