Hoegeng Iman Santoso. Kapolri yang menjabat sepanjang tahun 1968 hingga 1971 ini sangat dikenal masyarakat Indonesia di eranya. Mendapat simpati rakyat akibat kejujurannya dalam bekerja serta menegakkan keadilan. Tapi rupanya sifat mulia Hoegeng bukan cuma dalam perkara mengabdi pada negara.
Kisah cintanya pun layak jadi cerita dari masa ke masa. Lantas, bagaimana sih cerita cinta sosok yang juga dikagumi oleh mantan Presiden Gus Dur itu?
Pertemuan unik jadi awal perjalanan cinta
Sebuah buku berjudul Max Havelaar karya Multatuli yang bercerita tentang perjuangan cinta sepasang kekasih kala itu mendapat sambutan hangat dari warga Indonesia. Berkat ketenarannya, fragmen kisah inipun disadur menjadi naskah sandiwara radio yang kala itu menjadi tren di tahun 80-an. Dengan banyaknya dorongan dari berbagai pihak, masuklah Hoegeng yang saat itu sedang menggeluti karir kepolisiannya, sebagai salah satu pemeran naskah.
Memainkan sosok Saijah, pria dalam buku Max Havelaar, pria gagah inipun dipasangkan dengan seorang wanita cantik bernama Mery Roeslani yang nantinya akan berperan sebagai Adinda. Tak ada yang spesial di awal pertemuan mereka. Hingga keterbiasaan dalam pertemuan mereka pun berhasil mendekatkan keduanya.
Berawal dari peran, berakhir ke pelaminan
Kerap berlatih bersama, Hoegeng pun mulai merasa adanya ketertarikan dalam dirinya terhadap Mery. Wanita itu dianggap memiliki kecantikan luar dalam serta kecerdasan yang memikat. 31 Oktober 1946, keduanya mengikat janji sehidup semati. Banyak cobaan datang silih berganti menghampiri pasangan ini, namun dengan cinta yang kuat mampu membuat keduanya mengarungi bahtera rumah tangga bersama hingga maut memisahkan.
Mery Roeslani, sosok istri penurut tak banyak menuntut
Berkat kejujuran dan keinginannya dalam memerangi keadilan, jabatan jendral Hoegeng pun dicopot oleh pihak-pihak yang merasa terancam oleh kehadirannya. Di usianya yang ke 49, Hoegeng harus menerima takdirnya sebagai pengangguran yang bahkan sempat kesulitan dalam materi. Ia pun banting setir menjadi pelukis dan menjual buah karyanya itu untuk bisa menghidupi keluaraga. Uang pensiunan yang diterima Hoegeng sampai tahun 2001, konon hanya Rp 10 ribu saja. Namun hal ini tak membuat Mery menyerah untuk bersama dengan sang suami.
Tak ada cinta selain Hoegeng di hati Mery Roeslani
Hoegeng mengembuskan nafas terakhirnya pada tahun 2004. Hingga detik ini pun sang istri masih kerap mengenang suami yang penjadi kawan hidupnya tersebut. Wanita yang sudah menjanda selama 16 tahun ini tak jarang menceritakan kekagumannya terhadap sang suami. Dia ingat betul, bagaimana kala itu saat suaminya masih menjabat, meminta dirinya untuk menutup bisnis toko bunga milik mereka.
Alasannya tentu tak dapat dilupakan begitu saja oleh Mery. Yah, Hoegeng merasa khawatir jika toko bunganya yang ramai itu akan menghambat rejeki toko-toko bunga lainnya. Hal ini disebabkan oleh jabatan tinggi yang ia miliki sehingga para pelanggan lebih memilih untuk membeli bunga di toko sang istri.
Gus Dur pernah berkata bahwa hanya ada 3 polisi jujur yang ia ketahui sepanjang beliau hidup, yakni patung polisi, polisi tidur, dan Hoegeng. Berkat perangainya yang sangat apik, tak ayal jika nama Hoegeng tak akan pernah bisa hilang di hati masyarakat Indonesia, terlebih di hati Mery Roeslani. Semoga kisah cinta serta keteguhan Hoegeng dalam menjabat sebagai polisi dapat kita jadikan inspirasi yah!