Setelah era Raja raja Bhumibol Adulyadej berlalu, Thailand kini dipimpin oleh raja baru mereka, Maha Vajiralongkorn, sebagai penerus monarki yang turun temurun di negeri Gajah Putih tersebut. Hanya saja, kini rakyat mulai berani mengkritik soal monarki sang raja yang selama ini dianggap tabu dan seolah anti-kritik. Protes pun merajalela di kota.
Raja Vajiralongkorn sendiri seolah mulai kehilangan kewibawaannya di hadapan rakyat usia tersandung beberapa kasus kontroversial. Mulai dari menikahi pengawalnya sendiri, mengasingkan diri dengan 20 selir, hingga hal-hal lainnya yang membuat publik Thailand jengah. Selengkapnya, simak ulasan Boombastis berikut ini.
Menikahi pengawalnya sendiri
Keputusan Raja Vajiralongkorn menikahi wakil kepala pasukan pengawal pribadinya, Jenderal Suthida Tidjai, menjadi sorotan luas publik Thailand. Hal tersebut terjadi beberapa hari sebelum penobatan dirinya sebagai pengganti mendiang Raja Bhumibol Adulyadej yang mangkat pada Oktober 2016 setelah 70 tahun bertakhta. Pengawal pribadi yang juga mantan pramugari Thai Airways itu kemudian diberi gelar Ratu Suthida.
Mencopot gelar selir karena dianggap ingin menyaingi ratu
Sineenat Wongvajirapakdi sempat menyita publik Thailand setelah gelarnya sebagai selir (consort) dicopot oleh Raja Vajiralongkorn. Penyebabnya, wanita yang juga seorang pilot itu dianggap ingin menyaingi ratu dengan cara yang tidak patut. Sineenat pun sempat di penjara dalam sel legendaris bang Kwang dengan keamanan maksimum. Setelah melewati masa hukuman, gelar selirnya dikembalikan oleh Raja Vajiralongkorn.
Mengisolasi diri ke Jerman bersama 20 orang selir dengan fasilitas mewah
Kelakuan Raja Vajiralongkorn yang paling disorot adalah ketika dirinya mengisolasi diri ke Jerman saat pandemi Covid-19 mewabah di Thailand. Tak kepalang tanggung, ia membawa serta 20 selirnya ke sana. Hotel Grand Hotel Sonnenbichl tempatnya mengisolasi diri, dilengkapi fasilitas, termasuk ‘ruang bersenang-senang’ yang dihiasi barang antik dari Thailand.
Dilindungi olah undang-undang bernama Lese-Majeste yang anti-kritik
Kultur penghormatan kepada Raja memang sangat lekat di Thailand. Hal ini juga mendapat dukungan dari militer yang kini memegang pemerintahan di sana lewat UU bernama Lese-Majeste. Di mana para darah biru Thailand – termasuk Raja Vajiralongkorn, tidak bisa dikritik oleh rakyat dan seolah ‘kebal hukum’. Mereka yang menentang, bakal dijatuhi hukuman karena dianggap menghina Raja.
Kehidupan unik sang raja yang menjadi sorotan
Kehidupan pribadi Raja Vajiralongkorn terbilang penuh dengan warna. Mulai dari perceraiannya sebanyak tiga kali, jarang tampil di depan publik sehingga kurang dikenal oleh rakyatnya sendiri, hingga memberikan gelar Marsekal Angkatan Udara pada anjing peliharaannya yang bernama Foo-Foo karena saking sayangnya.
BACA JUGA: 3 Fakta dari Penobatan Raja Thailand, Dibaluri Air Suci Hingga Pakai Baju dan Mahkota Emas
Masyarakat Thailand yang terlanjur merasa muak dengan monarki di era Raja Vajiralongkorn, sempat menempel plakat di lapangan sebelah Istana Kerajaan di Bangkok. Isi plakat tersebut menyatakan bahwa Thailand adalah negara milik rakyat, bukan raja mereka. Protes yang dilakukan juga menuntut Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha untuk mengundurkan diri, memperbaharui konstitusi, hingga pemilihan baru.