Menjadi seorang ibu adalah sebuah kebahagiaan yang tak terkira bagi seorang wanita. Sejak mengandung, kemudian melahirkan, menyusui dan merawatnya, merupakan sebuah masa yang akan menguras semua milik seorang wanita, baik waktu, fisik, batin dan hampir semua hidupnya demi putra putrinya tersebut. Itulah mengapa, seorang ibu memiliki kedudukan yang amat tinggi bagi seorang anak, di mana Rasulullah pernah menyatakan bahwa kita wajib berbakti kepada ibu, ibu, ibu dan barulah ayah. Hal tersebut menegaskan bahwa, bukan berarti kita harus menomorduakan ayah, namun kedudukan ibu yang amatlah tinggi dikarenakan perjuangannya yang tak ternilai kepada anak-anaknya, sehingga Islam memberinya kedudukan yang terhormat tersebut.
Seorang ibu tentunya amat mencintai putra dan putri yang dilahirkannya, mengasuhnya dengan cinta dan tak ingin terjadi apapun dengan anak-anaknya. Namun bagaimana jika suatu hari para ibu harus dihadapkan pada kondisi anak-anaknya yang telah dewasa, kemudian meminta izin kepadanya untuk pergi berperang membela Islam dengan konsekuensi mereka akan mati dalam keadaan syahid? Ternyata, ada beberapa ibu-ibu tangguh yang justru menyuruh putra-putra tercintanya untuk pergi berperang membela Agama dan Negara, walau mereka akan mati syahid karenanya. Ibu-ibu tersebut mengetahui, bahwa pahala Allah SWT juga akan mengalir padanya dan putranya yang syahid tersebut, jika mereka ikhlas dan merelakan melakukan hal tersebut.
1. Asma’ binti Abu Bakar
Dari pernikahannya dengan Zubair bin Awwam, Asma’ binti Abu Bakar ra. melahirkan seorang putra bernama Abdullah bin Zubair ra. Pemuda yang sangat berbakti kepada ibunya dan sangat mencintai Allah serta Rasul-Nya. Abdullah bin Zubair lahir saat para musuh Islam menyebarkan teluh yang membuat banyak muslimah kala itu mandul dan tak mampu melahirkan anak-anak. Namun memang kuasa Allah melebihi segalanya, Abdullah bin Zubair lahir ke dunia dan menjadi kegembiraan tersendiri bagi kaum Anshar maupun Muhajirin.
Abdullah bin Zubair kemudian menjadi khalifah setelah masa khulafaur rasyidin. Kala itu keadaan umat muslim terpecah karena adanya musuh-musuh Islam dari golongan para pengkhianat di dalam tubuh umat Islam sendiri. Kemudian, sampailah di mana Abdullah bin Zubair harus pergi berperang melawan para musuh Islam tersebut. Sebelum berangkat ke medan perang, Abdullah bin Zubair menemui Asma’ binti Abu Bakar, ibunya, yang kala itu telah berusia 97 tahun dan telah mengalami kebutaan. Abdullah meminta izin pada ibu tercintanya tersebut.
Asma’ binti Abu Bakar kemudian mengatakan kepada putranya itu, “Jika kau menganggap apa yang kau lakukan adalah sebuah kebenaran demi mengharap ridho Allah, maka jangan pernah berhenti! Berangkatlah bersama pasukanmu. Namun, jika yang kau inginkan hanyalah dunia semata, maka sungguh kau hanya akan mengalami kerugian”. Mendengar perkataan ibunya tersebut, semakin semangatlah hati Abdullah bin Zubair untuk menjemput syahidnya. Kemudian dia berpelukan dengan ibunya dan pergi berperang, di dalam perang dia meninggal. Abdullah bin Zubair mati Syahid atas restu Ibunya.
2. Al-Khansa
Nama Al-Khansa atau yang biasa disapa Khansa, menjadi begitu harum karena kisah luar biasa dirinya bersama keempat putranya yang mati syahid di medan perang. Khansa adalah seorang sahabat Nabi, perempuan yang telah lanjut usia namun begitu mencintai Allah dan Rasul-Nya. Hingga suatu hari saat Rasulullah SAW mengumumkan akan pergi berperang, Khansa tak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengirimkan keempat putranya pergi berperang bersama Rasulullah SAW.
Keempat putranya tersebut kemudian meminta izin dan restu dari Khansa sebelum mereka pergi berperang, Khansa terharu melepas keempat putra tercintanya tersebut. Setelah perang berakhir, Khansa mendapat kabar yang seharusnya membuatnya sedih dan menangis, namun justru hal tersebut membahagiakannya, keempat putranya syahid di medan perang. Khansa begitu bahagia dan menangis terharu, karena dia yakin keempat putranya akan menjemputnya kelak di Surga dan mereka akan bisa bersama lagi di sana selama-lamanya.
3. Ummu Nidhal (Wanita Palestina)
Nama Ummu Nidhal mendadak menjadi sangat terkenal dan mampu membuat banyak orang di seluruh dunia berdecak kagum bahkan terharu akan kisahnya. Ummu Nidhal adalah seorang wanita paruh baya asal Palestina yang merelakan putra keduanya Muhammad Fathi Farhat, pergi berperang bersama pasukan HAMAS melawan tentara Zionis Israel dan pulang dalam keadaan tak bernyawa.
Sejak kecil Ummu Nidhal telah mendidik Fathi Farhat dengan jiwa militansi yang tinggi. Sejak umur 5 tahun Fathi Farhat juga telah berhasil menghafal 30 juz Al-Qur’an dan menjadi seorang hafidz. Semangat juang Fathi Farhat dalam membela agama dan negaranya juga tak lepas dari dukungan sang ibu. Di usia 17 tahun tersebut Fathi Farhat harus berpulang ke Rahmatullaah dalam keadaan syahid, maka yang dirasakan Ummu Nidhal adalah kebanggaan tak terkira pada putranya tersebut.
Itulah 3 ibu tangguh yang luar biasa dengan ketegaran yang luar biasa pula, mengikhlaskan putra-putranya berperang di jalan Allah demi membela agama dan negaranya. Bagi kaum wanita khususnya, semoga ketiga wanita tangguh di atas bisa menjadi inspirasi tersendiri buat Anda. (sof)