Zaman yang telah berubah modern seperti saat ini nyatanya masih tak lepas dari kebiasaan masyarakat yang pergi ke praktik perdukunan. Tak jarang, banyak dari mereka yang awam seolah tertipu dengan para dukun tersebut karena telah ‘bersalin rupa’ menjadi seorang yang disebut sebagai ‘ustadz’ dan semacamnya.
Fenomena inilah yang tengah marak di tengah-tengah masyarakat. Asal keinginan bisa terkabul atau berharap sembuh dari sakit, syarat yang terkadang tak masuk akal pun akan dilakukan karena telah dibalut dengan nuansa yang ‘religius’. Maka dari itu, kenali ciri-cirinya yang dikutip dari Ustaz Khalid Basalamah berikut ini.
Menanyakan nama ibu saat pertama hendak melakukan pengobatan
Salah satu hal yang paling sering dilakukan di awal-awal pengobatan adalah, sang dukun akan menanyakan nama ibu kandung sebagai salah satu syaratnya. Padahal dalam Islam, kedudukan seorang anak dinisbatkan pada sosok ayah, bukan ibu. Meski berpenampilan agamis, jelas mereka inilah para dukun berkedok seolah-olah melakukan pengobatan secara islami.
Meminta jenis hewan dengan kriteria tertentu
Ciri lainnya dari para dukun berkedok ustadz itu adalah, meminta jenis-jenis hewan tertentu yang biasanya digunakan dalam ritual. Salah satu hal yang paling sering dijumpai adalah permintaan agar menyediakan ayam cemani dengan ciri fisik keseluruhannya yang berwarna hitam. Bisa juga permintaannya berupa hewan lain seperti ayam kampung yang berbulu putih mulus dan kambing.
Menulis mantra dalam berbagai bentuk
Penulisan mantra-mantra sejatinya memang tak terpisahkan dari praktik perdukunan pada umumnya. Teknik ini pula yang dilakukan oleh banyak dari mereka yang menyebut dirinya sebagai ‘orang pintar’. Belum lagi jika para dukun tersebut memakai kedok seolah-olah pengobatan Islami, mantra yang kadang ditulis dalam bentuk rajah dengan beragam pola, mengindikasikan bahwa mereka sejatinya adalah dukun yang berkedok agamis.
Memberikan jimat yang tanpa disadari bernuansa kesyirikan
Setelah mantra seperti yang dipaparkan di poin keempat, hasil daripada benda tersebut biasanya langsung dibungkus dalam kain dengan warna-warna tertentu. Tergantung ritual dan permintaan sang dukun. Setelah itu, barulah bungkusan tersebut diberikan pada pasien yang dibarengi dengan saran entah itu dipakai sebagai kalung, maupun digantungkan sebagai jimat. Jelas, menggantungkan nasib pada hal tersebut bisa menjerumuskan pelakunya pada kesyirikan.
Menyuruh untuk menanam sesuatu yang diberikan sang dukun
Tak hanya digantung maupun dipakai sebagai benda dalam keseharian (kalung, gelang dan sebagainya), para dukun tersebut juga menggunakan barang hasil ritual bersama pasien untuk ditanam. Entah itu di dalam tanah, atau bahkan pada tubuhnya sendiri. Untuk yang terakhir, populer di Indonesia disebut sebagai susuk. Jika praktik semacam ini ditemukan, jelas dirinya adalah dukun meski berkedok sebagai ustadz.
BACA JUGA: Dukun dan Praktik-Praktik Mistisme Masih Dipercaya di Negara Ini, Indonesia No. 1
Kelima ciri-ciri di atas, merupakan hal terumum yang dilakukan oleh praktik perdukunan di Indonesia. Tentu saja, masih ada banyak syarat dan cara-cara lainnya yang kerap digunakan oleh mereka hingga tanpa sadar bahwa hal tersebut telah menjerumuskan pelakunya ke dalam kesyirikan.