Tahun-tahun mendatang bakal menjadi era yang sangat menyibukkan bagi Arab Saudi. Demi mengikuti perkembangan zaman yang kian masif dengan teknologi, mereka mempersiapkan diri untuk menyambut hal tersebut lewat Visi 2030. Rencana besar ini menjadi bagian terpenting bagi Arab Saudi untuk berubah menjadi negara modern yang terbuka.
Selain untuk mengurangi ketergantungan minyak dengan mencari sumber pendapatan baru, visi 2030 juga merambah keterbukaan dan pengenalan kebudayaan antar negara. Salah satunya wujudnya adalah, memasukkan bahasa China (Mandarin) sebagai bahasa ketiga yang diajarkan di setiap sekolah dan universitas. Seperti apa Visi 2030 Arab Saudi, simak ulasan Boombastis.com berikut ini.
Menjadi negara yang menuju keterbukaan pada masyarakat
Beberapa tahun ke belakang, Raja Salman yang didukung oleh Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman telah melakukan beberapa kebijakan reformasi yang menandai bahwa Arab Saudi akan berubah menjadi lebih terbuka secara perlahan. Salah satu langkahnya dengan memberantas perilaku korupsi yang selama ini dinilai ada di dalam tubuh kerajaan.
Selain itu, beberapa peraturan pun dibuat menjadi lunak dan ramah bagi masyarakat, seperti wanita yang diperbolehkan mengemudikan mobil, membuka bioskop di ruang publik, hingga meniadakan pemisah antara wanita dan pria saat berada di restoran. Bisa dibilang, kaum wanita adalah yang merasa paling gembira dengan kebijakan reformis ala Kerajaan Arab Saudi ini.
Menargetkan banyak perubahan besar demi kemajuan negara di berbagai bidang
Tak hanya menguntungkan masyarakat, Visi 2030 juga dicanangkan demi kemajuan negara di masa depan. Jelas, tujuan utamanya adalah melakukan perubahan di berbagai bidang. Bentuknya adalah pengembangan sektor publik seperti kesehatan, pendidikan, infrastruktur, rekreasi dan wisata. Untuk yang terakhir, Arab Saudi berambisi membangun kota modern Qiddiya yang nantinya menjadi pusat hiburan nomor satu di Timur Tengah.
Jika dilihat dari sudut pandang yang lebih kompleks, keberadaan Visi 2030 juga menjadi salah satu upaya Arab Saudi mengurangi ketergantungannya pada penjualan minyak, yang selama ini menopang perekonomian negara. Dilansir dari Medcom.id, efektivitas yang ada diharapkan bisa bersumber dari ekspor non-minyak dengan target meningkat dari 16 persen menjadi 50 persen.
Bahasa China akan mulai diajarkan menjadi bahasa ketiga di Arab Saudi
Sebagai bagian dari Visi 2030, upaya meningkatkan persahabatan dan kerjasama juga dilakukan antara Kerajaan Arab Saudi dan pemerintah China. Sebelumnya, Putra Mahkota Mohammad bin Salman telah menandatangani sejumlah perjanjian di bidang energi, investasi, transportasi dan teknologi. Rencananya, bahasa China (Mandarin) akan menjadi bahasa ketiga yang diajarkan di setiap sekolah dan universitas.
“Bahasa China, tidak akan bersaing dengan bahasa Inggris, yang merupakan bahasa kedua di kerajaan ini, setelah bahasa Arab. Itu akan selalu dilihat sebagai suplemen yang berguna dalam perdagangan luar negeri dan untuk pertukaran budaya dan pariwisata,” ucap Anggota Dewan Direksi Masyarakat Saudi untuk Ilmu Politik, Suliman al-Ogaily yang dikutip dari Themedialine.org (27/01/2020).
BACA JUGA: 5 Kebijakan Wisata Arab Saudi yang Mulai Longgar dan ‘Buka-bukaan’ Pada Wisatawan Asing
Meski nantinya akan mengalami perubahan besar-besaran lewat Visi 2030 mendatang, Pemerintah Saudi akan tetap mengikuti kaidah agama Islam dan tidak akan melompat jauh. “Jangan takut Arab akan berubah total,” ucap Duta Besar Kerajaan Arab Saudi untuk Indonesia Esam Abid Al Thagafi yang dikutip dari Viva.co.id (09/07/2019).