Persoalan tentang oknum mafia migas sempat terkuak, setelah adanya pidato dari Presiden Joko Widodo yang menyinggung masalah tersebut. Tak hanya itu, sang kepala negara juga mengungkapkan kegeramannya lantaran aksi yang dilakukan dianggap menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Jika ditelisik ke belakang, hal tersebut tak lepas dari adanya PT Pertamina Energy Trading Ltd atau Petral. Sejak berdiri tahun 1978 hingga akhirnya dibubarkan pada bulan Mei 2015, perusahaan itu memang disebut-sebut sebagai sarang dari para mafia migas, seperti yang dilansir dari Merdeka.com. Lantas, seperti apa sepak terjangnya?
Perusahaan besar yang akhirnya dibubarkan di era Presiden Joko Widodo
Petral yang berdiri pada 1978 silam, akhirnya dibubarkan di bawah kepemimpinan Jokowi selaku Presiden RI ke-7. Saat itu, kepala negara asal Solo tersebut membentuk Tim Tata Kelola Migas, yang juga memberikan rekomendasi atas pembubaran tersebut. Dilansir dari Tirto.id, Petral dianggap sebagai sarang dari para mafia migas yang rugikan negara.
Dianggap menjadi sarang mafia migas dengan nilai kontrak ratusan triliun rupiah
Anggapan sebagai sarang mafia migas memang telah melekat pada Petral. Memang, wacana untuk membubarkan perusahaan tersebut pernah dilakukan pada di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2006 silam, namun gagal karena berbagai hal. Menurut hasil audit lembaga auditor Kordha Mentha yang dikutip dari Tirto.id menunjukkan, para mafia migas ini menguasai kontrak suplai minyak sebesar 18 miliar dolar AS atau sekitar Rp250 triliun selama periode 2014-2015.
Bubarnya Petral justru dinilai lebih menguntungkan Pertamina
Didirikan sebagai anak usaha dari PT Pertamina (persero), bubarnya Petral justru malah membuat perusahaan induknya lebih untung. Hal ini dilihat dari penghematan yang didapat oleh PT Pertamina (persero) sebesar Rp250 miliar per hari. Sebelumnya, hal ini tak akan pernah terjadi jika Petral tidak dibubarkan pada 2015 silam.
Petral didirikan sebagai anak usaha PT Pertamina (persero) yang ada di luar negeri
Dalam sejarahnya, Petral dahulu bernama Perta Oil Marketing Limited dan berada di Hong Kong. Hingga pada 2001, nama tersebut berubah menjadi Pertamina Energy Trading Limited (PETRAL), dengan tugasnya sebagai anak perusahaan PT Pertamina (persero) yang membidangi perdagangan minyak mentah, produk minyak, dan petrokimia.
Praktik mafia migas yang sempat bikin Presiden Joko Widodo geram
Petal memang telah bubar, tapi praktik mafia migas disinyalir masih akan terus berjalan di Indonesia. Hal inilah yang membuat Presiden Joko Widodo geram bukan kepalang. Bahkan dalam pidatonya beberapa waktu lalu, keberadaan para oknum tersebut membuat Indonesia tak kunjung membangun kilang minyak sendiri.
BACA JUGA: Menilik Fakta Mafia Migas yang Dianggap Rampok RI Rp1 Triliun dan Bikin Jokowi Marah
Meski Petral telah dibubarkan pada 2015 silam, praktik mafia migas tetap menjadi permasalahan yang tidak mudah diberantas dari Indonesia. Saat kesempatan bertemu dengan ketidakjujuran, di situlah penyimpangan akan terjadi. Siapa yang dirugikan, tentu Sahabat Boombastis punya pendapatnya masing-masing.