Seleksi masuk perguruan tinggi negeri adalah ajang yang sangat dinanti-nantikan siswa yang baru lulus dari SMA/SMK sederajat. Seleksi tersebut biasanya diadakan setahun sekali dan dibanjiri oleh ribuan calon mahasiswa.
Ribuan calon mahasiswa yang baru lulus dari SMA/SMK tersebut mencoba peruntungan mengikuti tes untuk masuk ke perguruan tinggi yang diinginkan. Mengingat bagaimana kualitas pendidikan Indonesia saat ini, banyak kemungkinan jika kecurangan kerap terjadi saat seleksi berlangsung. Lalu seperti apa yang kecurangan yang kerap terjadi saat seleksi masuk perguruan tinggi tersebut? Berikut ulasannya :
1. Batuk Bervariasi
Penyakit batuk memang cukup merepotkan ketika kita diharuskan dalam keadaan tenang. Jika suara batuk yang terdengar dalam suasana hening akan memecahkan konsentrasi orang di sekitar kita. Makanya banyak orang meminta untuk istirahat lebih banyak ketika akan menghadapi ujian.
Namun siapa sangka jika batuk bisa juga menjadi alternatif lain untuk pendistribusian jawaban di saat seleksi masuk perguruan tinggi. Ada beberapa peserta dengan keadaan sehat malah pura-pura batuk dengan berbagai variasi. Hal ini adalah kode untuk memberikan jawaban kepada teman atau sebaliknya.
2. Gerakan Tangan dan Kaki
Para pengawas yang biasanya menjaga seleksi masuk perguruan tinggi, juga harus mengawasi gerak-gerik peserta yang membuat orang lain tidak berkonsentasi. Meski cara belajar dan mengerjakan soal dari beberapa orang berbeda, bisa jadi gerakan badan menjadi salah satu modus kecurangan.
Meski menggerakkan tangan ini sudah menjadi modus klasik ketika ujian, namun untuk menghasilkan mahasiswa yang lolos tes dengan jujur itu sangat sulit. Maka tidak heran meskipun klasik modus ini tetap berjalan sampai sekarang.
3. Bermain Pena
Ada dari beberapa orang memiliki karakteristik sendiri ketika mengerjakan sebuah ujian. Salah satunya adalah membenturkan penanya ke atas meja secara beraturan. Terkadang memencet kepala pena yang semula terbuka menjadi tertutup dan sebaliknya. Dan mereka sudah terbiasa melakukannya.
Seperti batuk, menggerakkan pena juga bisa menjadi salah satu kode kecurangan bagi beberapa orang. Apalagi jika pesertaseleksi dalam satu ruangan saling kenal. Cara pendistribusian jawabanpun sangat lancar.
4. Memakai Jam Tangan
Pemanfaatan jam tangan untuk melakukan kecurangan ketika seleksi masuk perguruan tinggi sudah sering dilakukan. Dengan modus memakai jam tangan untuk melihat waktu saat seleksi, ternyata jam tangan tersebut berisikan salinan jawaban dari joki seleksi masuk perguruan tinggi negeri.
Modus jam tangan tersebut cara kerjanya yaitu saat seleksi sedang berlangsung, calon mahasiswa mendapat kiriman jawaban melalui jam tangannya. Sanksi yang diberikan pun tak tanggung-tanggung, calon mahasiswa yang melanggar akan ditangkap saat sedang seleksi berlangsung.
5. Alat Pendengaran
Semakin canggih teknolgi saat ini malah disalahgunakan beberapa orang untuk melakukan kecurangan. Alat yang biasa digunakan untuk membantu pendengaran ini malah dijadikan alat untuk pendistribusian jawaban seleksi masuk perguruan tinggi negeri.
Dengan bantuan joki yang berada di tempat berbeda, jawaban akan disalurkan melalui suara yang dapat didengar oleh peserta ujian. Meski harus membayar mahal, menurut mereka tak apa jika tujuannya untuk masuk ke perguruan yang diinginkan.
6. Kancing Alat Komunikasi
Bukan hanya alat pendengaran yang digunakan. Saat ini ada pula kancing yang dapat digunakan untuk berhubungan dengan joki. Modus satu ini juga bakalan tertutupi dari penglihatan para pengawas.
Ditambah lagi dengan jumlah yang banyak dalam satu ruangan, memudahkan untuk melakukan kecurangan ini. Meski begitu, para pengawas akan semakin ketat dalam melakukan pengawasan.
Hal yang perlu dilakukan ketika masuk ke dalam sebuah tempat baru adalah sebuah do’a yang tulus. Bukannya membuat kecurangan yang dapat merugikan diri sendiri.