Bukan menjadi hal mudah bagi BJ Habibie saat naik ke kursi kepemimpinan sebagai Presiden ke-3 Indonesia. Begitu semrawutnya kondisi Indonesia kala itu, membuat dirinya harus bekerja keras memulihkan situasi dan kondisi yang ada. Ya, menggantikan Soeharto yang turun setelah dipaksa rakyat untuk lengser dari jabatan Presiden, menjadi sebuah amanah sekaligus tantangan untuk meredakan kondisi yang ada.
Tercatat, ada banyak hal besar yang kala itu menjadi ‘pekerjaan besar’ di masa-masa awal kepemimpinan BJ Habibie sebagai seorang Presiden. Mulai menghadapi krisis moneter yang menghantam perekonomian Indonesia, hingga meredakan kemarahan rakyat kepada pemerintahan rezim Orde Baru, semua harus dilaluinya pada saat itu. Seperti apa bentuknya? Simak ulasan berikut.
Krisis moneter yang berhasil diatasi secara perlahan
Bukan hal mudah saat BJ Habibie naik menjadi Presiden menggantikan Soeharto pada 21 Mei 1998. Indonesia kala itu tengah menghadapi krisis ekonomi 1998 yang menghantam berbagai sektor. Alhasil, ia pun melakukan langkah-langkah khusus untuk mengatasi hal tersebut. Hebatnya, ia berhasil memangkas nilai tukar Rupiah terhadap dolar dari kisaran Rp15.000 per USD. Di mana ditekan hingga Rp6.500 per USD.
Menghadapi kebangkrutan IPTN yang membuat dirinya sedih
Industri penerbangan Indonesia yang kala itu masih berkembang juga tak lepas dari hantaman krisis. Dalam rubrik memoar Majalah Tempo edisi 28 Mei 2012 dengan judul Kisah Mister Crack dan Si Gatotkaca, IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara), perusahaan yang didirikan pada 1976 ini sempat membuat beberapa prototype pesawat hingga berhasil terbang pada 1995. Sayangnya, IPTN kemudian ditutup karena dianggap membebani keuangan negara. Saat itu, Habibie masih menjadi Menteri Riset dan Teknologi (Menristek).
Berjuang keras meredakan emosi masyarakat saat terjadi krisis moneter 1998
Kemarahan rakyat akan kondisi Indonesia yang tengah diterpa krisis moneter, menjadi salah satu tantangan bagi seorang BJ Habibie. Setelah Soeharto jatuh, Habibie mendapat sisa-sisa kemarahan dan ketidakpercayaan masyarakat kepada pemerintah. Justru, disinilah kehebatan seorang Habibie terlihat. Salah satunya memberikan kebijakan berupa memberi kembali kebebasan kepada pers, partai politik, hingga menegakkan kembali perlindungan hukum dan hak asasi manusia. Amarah masyarakat pun berangsur-angsur mereda.
Sempat membuat marah rakyat Singapura
Tak banyak yang tahu jika BJ Habibie pernah membuat negara sekelas Singapura marah terhadap Indonesia. Dilansir dari Internasional Kompas, Ia mengutip kalimat little red dot atau titik merah kecil yang menggambarkan wilayah Singapura. Kalimat itu dia ucapkan sebagai bentuk kritik dalam artikel yang dipublikasikan Asian Wall Street Journal, 4 Agustus 1998. Diberitakan oleh Antara pada 19 September 2006, kalimat tersebut membuat hubungan kedua negara saat itu menurun. Sebab, masyarakat Singapura merasa dilecehkan.
BACA JUGA: N-250 Hingga Bank Mandiri, Warisan Berharga dari BJ Habibie Ini Bakal Dikenang Selamanya
Diterpa berbagai tantangan dan cobaan di dalam negeri, BJ Habibie sukses mengatasi hal tersebut secara perlahan dengan perhitungan dan keputusan yang tepat. Terbukti, ia berhasil membenahi gejolak pereokonomian dalam negeri dan meredam amarah masyarakat saat itu. Meski tak sepenuhnya bisa terselesaikan, figurnya dikenang sebagai salah satu tokoh yang sukses membawa Indonesia keluar dari masalah yang dihadapi. Wah, luar biasa ya Sahabat Boombastis.