Bukan hal mudah menjadi anggota pasukan pengibar bendera atau paskibraka. Selain harus melewati seleksi yang ketat, mereka yang menjadi calon masih akan menjalani latihan ketat. Sebagai petugas yang membawa bendera negara, tentu para anggotanya dituntut untuk tampil sebaik mungkin saat acara pengibaran berlangsung. Terlebih jika berada di tingkat nasional.
Salah satunya adalah bisa dilihat dari peristiwa meninggalnya calon anggota Paskibraka Tangerang Selatan, Aurellia Qurata Aini yang sempat ramai beberapa waktu lalu. Dilansir dari news.detik.com, gadis 16 tahun itu sempat mengeluh soal latihan Paskibraka yang dirasakannya sangat berat. Tak hanya Aurel, beberapa kisah di bawah juga menunjukkan bahwa menjadi anggota Paskibraka membutuhkan perjuangan berat dan tak mudah.
Muhammad Asraf yang mengikuti seleksi paskibraka dengan pinjaman sepatu robek
Latar belakang dari keluarga tidak mampu, tak membuat surut langkah Muhammad Asraf untuk meraih cita-citanya sebagai anggota Paskibraka. Berkat dukungan sang ibu, ia berhasil lolos seleksi mulai dari tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten, provinsi dan nasional. Meski demikian, perjuangan tersebut bukannya tanpa kerja keras. Yang mengharukan, ia sempat meminjam sepatu tetangganya yang sudah robek.
“Dia sempat malu sama kawan-kawannya. Jadi saya pinjam sepatu tetangga,” aku Atik sang ibu yang dikutip dari regional.kompas.com. Bahkan, Asraf tetap memupuk semangatnya kala mengikuti seleksi paskibraka meski tak dibekali dengan uang. Bukan apa-apa, sang ibu sendiri hanyalah pekerja serabutan di kebun sawit dan karet orang lain yang upahnya tidak menentu. Meski demikian, perjuangan tersebut terbayar karena Muhamad Asraf akhirnya terpilih mewakili Riau dengan menjadi Paskibraka nasional.
Usaha keras Wisko Pralistra yang akhirnya membuahkan hasil
Selain Asraf, perjuangan keras menjadi seorang Paskibraka juga dilakoni oleh Wisko Pralistra. Putra seorang supir truk asal asal pegunungan Mamasa, Sulawesi Barat itu, berhasil lolos seleksi menjadi salah satu anggota Paskibraka pada Upacara HUT ke-74 RI di Istana Negara, pada 17 Agustus 2019 mendatang. Tak ayal, kedua orang tuanya pun menyambut kesuksesan remaja 15 tahun itu dengan suka cita.
Dilansir dari regional.kompas.com, Wisko yang lahir di Mamasa, Sulawesi Barat, pada 3 September 2003 tersebut, merupakan sosok yang bersahaja dalam kesehariannya. Bersama kedua orang tuanya yang berprofesi sebagai supir dan tenaga honorer, Dinas Sosial Pemkab Mamasa, Wisko berusaha keras mewujudkan mimpinya sebagai anggota Paskibraka yang akhirnya berhasil ia raih.
Anak buruh panggul sukses terpilih sebagai anggota Paskibraka nasional
Berkat do’a dari kedua orang tua dan kegigihan yang dilakukan, Alim Arsad sebagai Pasukan Pengibar Bendera Merah Putih (Paskibraka) di Jakarta pada 17 Agustus 2019 sebagai wakil Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). Sebagai anak dari seorang kuli panggul serabutan, keberhasilannya tersebut menyisakan rasa haru sekaligus bangga di tengah-tengah keluarganya.
Padahal, hampir saja Alim dicoret karena kesibukannya berlatih pasikbraka bentrok dengan jadwalnya bekerja. Ya, siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bolaang Bolaang Uki di Desa Tolondadu itu harus menjadi buruh panggul pasir dan batu untuk menambah pemasukan keluarga. Kini, perjuangan kerasnya telah terbayar lunas dengan penunjukkan dirinya sebagai salah satu anggota Praskibraka nasional yang terpilih mewakili daerahnya.
BACA JUGA: Inilah 4 Bukti Pengorbanan Hebat Para Paskibraka Demi Mengibarkan Merah Putih
Bangga sekaligus terharu ya Sahabat Boombastis. Di tengah keterbatasan yang mungkin sempat dialami, mereka ternyata berhasil meraih hal yang selama ini tidak bisa dicapai oleh orang lain. Kesuksesan mereka menjadi seorang anggota Paskibraka, membuktikan bahwa keberhasilan bisa direngkuh dengan cara kerja keras dan semangat. Patut jadi contoh buat nih.