Tiap-tiap daerah pasti dong punya budayanya masing-masing, termasuk dalam hal pelaksanaan upacara pernikahan. Ada serangkaian ritual adat yang biasanya dimulai sejak beberapa hari sebelum hingga setelah hari H pernikahan.
Nah, kalau di Jawa biasanya ada prosesi siraman sebelum pernikahan, maka di Minangkabau, Sumatera Barat, ada juga ritual yang disebut ‘malam bainai’ tepat malam hari sebelum hari pernikahan sang pengantin. Kira-kira, seperti apa ya pelaksanaan adat malam bainai yang dilakukan oleh calon pengantin Minang? Yuk, kita telusuri sama-sama, Sahabat.
Malam ini adalah wujud dari doa dari kerabat dan sanak saudara
Bagi orang berdarah Minang, pernikahan adalah satu hal yang sangat sakral sekali. Saat ada yang menikah, para kerabat dan saudara juga menunjukkan partisipasi dan dukungan mereka kepada orang yang akan menikah. Oleh karenanya, saat pernikahan belum dimulai, keluarga besar pengantin akan datang ke rumah dan ikut menyiapkan apa saja yang diperlukan. Pada saat malam bainai dilakukan, keluarga tersebut secara satu per satu akan menyampaikan perasaan suka dan doa mereka untuk melepas anak daro (pengantin perempuan yang akan dinikahkan) itu.
Malam ini pengantin akan diberikan pacar merah di kuku mereka
Secara harfiah, bainai adalah ber-inai atau memakai pacar. Makanya, pada malam ini pengantin perempuan dipasangkan pacar di kuku-kuku mereka. Inai ini juga merupakan tanda kepada perempuan yang akan dan sudah menikah. Kepercayaan lain adalah, dengan memakai Inai ini pula, pengantin perempuan bisa terlindungi dari berbagai macam godaan. Nah, uniknya tidak semua jari dipakaikan inai, hanya sembilan dari sepuluh jari. Sambil memakaikan inai di kuku anak daro, saudara akan membisikkan kata-kata nasihat dalam rumah tangga untuknya.
Di malam ini juga ada pakaian adat khusus yang dipakai oleh anak daro
Selama malam bainai, calon pengantin perempuan akan dipakaikan pakaian adat khusus. Pakaian tersebut berupa baju tokah yang terbuka bagian lengannya dan hiasan kepala khas Minang yang disebut dengan suntiang. Suntiang yang dipakai ini lebih rendah daripada suntiang untuk hari H pernikahan. untuk menyemarakkan malam tersebut, orang yang datang juga memakai baju adat. Untuk yang lelaki biasanya memakai teluk belanga, sementara perempuan memakai baju kurung. Ayah dan ibu mereka juga akan hadir dan ikut dalam acara tersebut.
Sebelum malam bainai, ada ritual mandi terlebih dahulu
Layaknya prosesi siraman dalam tradisi orang Jawa, anak daro akan dibawa dalam arak-arakan menuju ke tepian atau ke pancuran tempat pemandian umum yang tersedia di kampungnya. Dalam proses ini, akan ada perempuan-perempuan tua yang mengiringinya, termasuk ibu dan neneknya yang akan membacakan doa terlebih dulu. Bedanya dengan siraman, di ritual ‘mandi-mandi’ tradisi Minang hanya dipercikkan air kembang sebagai simbol saja. Jumlah percikan tak boleh genap loh, harus ganjil. Setelah mandi, calon anak daro dibimbing kedua orangtua berjalan menuju pelaminan dan dipakaikan inai di kuku-kuku jarinya.
BACA JUGA: Matrilineal, Budaya Tak Biasa Dari Ranah Minangkabau
Nah, begitulah ritual malam bainai, sebagai ucapan perpisahan kepada anak perempuan yang akan segera menjadi istri orang. Sambil menghabiskan malam bainai pastinya ada banyak wejangan yang dikeluarkan oleh para saudara. Nah, kamu para perempuan Minang sudah pernah mengalami belum?