Ada banyak cara untuk menjadi kaya raya, satu di antaranya adalah dengan jalan pesugihan. Selama ini, yang paling snater adalah babi ngepet, di mana ada satu orang yang menjaga lilin agar tak padam, sedangkan yang lain menjadi babi dan siap beraksi menguras uang dari rumah orang-orang kaya.
Ritual pesugihan lain yang tak kalah terkenal adalah pesugihan monyet di Ngujang, Tulungagung. Di daerah ini konon menjadi markasnya para kethek yang membantu orang-orang agar menjadi kaya. Bagaimana caranya dan apa asal usulnya ya? Yuk, simak uraiannya di bawah ini.
Monyet yang dulunya adalah dua orang santri
Entah benar atau tidak, menurut mitos monyet-monyet yang ada di Ngujang merupakan jelmaan dari kedua santri yang dulunya mondok di pesantren yang ada di sana. Mereka keluar saat jam pengajian dan bermain-main di area dengan pohon rindang (sekarang adalah makam). Santri lelaki dan perempuan ini lupa jika mereka harus kembali dan belajar, yang mereka lakukan malah memanjat pohon.
Nah, saat itu pula, Kiai kedua santri ini datang dan berkata “Nduk, le, kalian kok tidak ikut ngaji? Lihat teman-teman kalian sedang mengaji di pondok. Kalian kok malah memanjat pohon di sini, seperti kethek saja,” seperti dilansir dari merdeka.com. Kata-kata seperti ini zaman dulu jatuhnya sebagai kutukan. Sehingga dua orang santri ini menjadi monyet dan menghuni area sekitar makam. Adapun kethek (monyet) yang sekarang berada di sana adalah keturunan mereka.
Monyet yang menghilang di hari tertentu
Lain lagi dengan cerita yang ditulis dalam blog pribadi Andre Soewito. Ia mengatakan bahwa cerita monyet yang dulunya santri yang dikutuk tersebut hanyalah trik belaka, agar anak-anak pada masa itu kembali ke Pondok Pesantren untuk belajar dan tidak membangkang perintah guru, apalagi sampai syirik. Cerita itu sudah menjadi mitos dan dipercaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Ada pula pernyataan yang bilang jika monyet tersebut bisa menghilang di waktu tertentu.
Andre kembali menanyakan hal tersebut kepada masyarakat sekitar. Jawabannya, monyet tersebut memang kadang tidak tampak oleh manusia karena mereka berbondong-bondong mandi ke sungai yang ada di bagian Barat Kali Brantas. Sehingga mereka yang datang dari Timur, dengan mata telanjang jelas tak dapat melihat kera-kera secara jelas.
Monyet yang dijadikan sebagai alat pesugihan
Nah, dari cerita yang beredar itulah timbul peralihan fungsi keyakinan. Karena kebetulan monyet ini tinggal di area pekuburan, kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh orang-orang yang tak paham ilmu agama. Dari zaman nenek moyang kita dulu, kuburan memang dijadikan sebagai tempat mencari kekayaan.
Orang-orang akan datang ke Ngujang untuk melakukan ritual tertentu. Setelah usai, mereka akan mendapatkan monyet untuk kemudian dipelihara. Nah, monyet inilah yang dipercaya bisa mendatangkan kekayaan dan harta berlimpah. Jika mungkin dia yang melakukan pesugihan meninggal dunia, maka ia akan tinggal di kuburan tersebut dan menjelma menjadi monyet pula.
BACA JUGA: 5 Ritual Pesugihan yang Ternyata Masih Dilakukan Oleh Sebagian Orang di Indonesia
Beberapa cerita di atas memang tidak bisa disebut benar secara mutlak. Semua cerita tentang pesugihan ini merupakan mitos yang sudah ada sejak lama dan turun temurun diwariskan kepada anak cucu orang-orang Ngujang hingga sekarang.