Kalau disuruh mengingat lagi tentang sosok Pierluigi Collina, kira-kira apa yang langsung terlintas dalam pikiranmu? Yaa, betul sekali sosok wasit galak yang kerap dijadikan idola oleh anak 90-an. Sebagai seorang pengadil lapangan pria asal Italia ini memang terkenal tegas. Bahkan sampai-sampai kerap ada slogan yang berbunyi semua orang di atas lapangan tunduk jika Collina yang memimpin jalannya sebuah pertandingan.
Selain tegas, pria 59 tahun ini juga terkenal merupakan sosok yang mempunyai penampilan fisik nyentrik ketika memimpin jalannya sebuah laga. Di mana mempunyai sorotan mata sangat tajam, lalu berkepala botak. Terkait hal terakhir tersebut ada cerita menarik kenapa kepalanya tidak satu pun ditumbuhi rambut. Singkat cerita, dulunya mantan wasit asal Bologna ini mengalami penyakit Alopecia, yang mana membuatnya mengalami kebotakan.
Seperti contohnya Final Piala Dunia 2002, partai puncak Piala UEFA 2004, dan memimpin partai pamungkas Liga Champions tahun 1999 antara Bayern Munich Vs Manchester United. Dalam pertandingan final di markas FC Barcelona itu ada sedikit kisah haru dan menarik tentang Collina, ia yang saat itu menjadi wasit utama mencoba menguatkan pemain-pemain Munich yang merasakan kesedihan luar biasa lantaran gol-gol menit terakhir.
BACA JUGA: Gaji Wasit di Italia Ternyata Buat Upah Pengadil Lapangan Indonesia Tidak Ada Apa-apanya
Belajar dari Pierluigi Collina tadi, agaknya wasit-wasit Indonesia juga perlu mempunyai integritas yang kuat agar tidak gampang disepelekan pemain. Selain itu, dengan tetap bersih dari praktek-praktek curang juga bisa membuat sepak bola menjadi olahraga yang baik.