Belum banyak masyarakat Indonesia yang tahu bahwa sineasnya sungguh berprestasi di luar negeri. Banyak film Indonesia yang masuk nominasi bahkan memenangkan penghargaan dari festival film di luar negeri, seperti yang telah diulas dalam artikel berjudul Diremehkan di Negeri Sendiri, 7 Film Indonesia Ini Malah Sabet Penghargaan Luar Negeri.
Namun, sayangnya film-film tersebut terkadang tak bisa tayang di Indonesia. Tak banyak yang menonton hingga tak lulus sensor, hingga akhirnya para sineas memilih untuk tidak menayangkannya sama sekali. Berbeda dengan 6 film ini, yang tetap berlayar di bioskop tapi terpotong durasinya karena tak lulus sensor. Memangnya ada? Nih, 6 buktinya.
Ave Maryam, bagian Suster Maryam yang berasal dari keluarga muslim tidak ada
Ketika film Ave Maryam garapan sutradara Robby Ertanto Soediskam berhasil masuk official selection festival film di Amerika Serikat, Vietnam, dan Hong Kong, Boombastis.com mengulas fakta-faktanya. Berjudul Ceritakan Suster dari Keluarga Muslim, Ini 4 Fakta Tentang Film ‘Ave Maryam,’ sangat terlihat jelas bahwa poin utama dalam film ini adalah sang suster.
Sayangnya, ketika sudah ditayangkan di Indonesia, latar belakang suster Maryam (Maudy Koesnaedi) yang berasal dari keluarga muslim tidak ditayangkan. Setelah ditelusuri, ternyata sang sutradara, lewat akun instagram pribadinya, menyampaikan bahwa film Ave Maryam durasinya terpotong 12 menit karena tidak lulus sensor.
Lady Terminator, tak ada yang menyangka film ini buatan Indonesia
Pertama kali melihat judulnya, penulis saja tak percaya jika ada film Indonesia berjudul Lady Terminator. Poster juga tak mengisyaratkan bahwa film ini memang benar-benar digarap oleh sineas Indonesia. Ikang Fawzi bahkan menjadi salah satu pemainnya, loh.
Digarap oleh sutradara Tjut Djalil—yang juga merangkap sebagai pemain, film ini meraih banyak penghargaan dari Amerika Serikat hingga Jepang. Sayangnya, ketika ditayangkan di negeri sendiri, film Lady Terminator mendapat banyak kecaman karena dianggap menampilkan adegan kekerasan hingga akhirnya hanya ditayangkan selama 80 menit dari durasi aslinya. Kepotong banyak banget, tuh!
Midnight Show, adegan terpotong bisa disaksikan di YouTube
Pada tahun 2016, Acha Septriasa memulai debutnya untuk film thriller dalam judul Midnight Show. Acha yang sebelum-sebelumnya terkenal dengan karakter manis dalam film-film drama, kini menjadi sosok yang berbeda dan memainkan karakter yang cukup bikin bergidik ngeri. Midnight Show bercerita tentang bocah 12 tahun yang tega memutilasi keluarganya.
Mungkin karena hal tersebut, Lembaga Sensor Film (LSF) akhirnya tak mengijinkan film ini tayang. Namun, sutradara Ginanti Rona Tembang Asri dan seluruh kru berusaha semaksimal mungkin agar film ini bisa tayang di bioskop. Alhasil, setelah adegan berdarah-darah sedikit dikurangi, akhirnya film Midnight Show tayang. Tak hilang akal, kru film ini lalu mengunggah adegan terpotongnya ke YouTube agar bisa dinikmati secara utuh oleh penontonnya.
Siti, hanya tayang sebentar saja
Bukan lagi durasi dipotong, tapi juga waktu penayangan film Siti di Indonesia sangatlah sebentar. Terutama, bagi bioskop-bioskop di daerah. Film Siti yang meraih banyak penghargaan di luar negeri mendapat apresiasi dari masyarakat pecinta film untuk ditayangkan di tanah air.
Namun, tak lama, film tersebut turun begitu saja dari layar sampai banyak orang merasa kecewa karena belum sempat menontonnya. Dikutip dari brilio.net, film Siti asli dengan yang ditayangkan di bioskop Indonesia memiliki sedikit perbedaan. Meski tak tahu berapa lama durasi yang dipotong, tetapi sama seperti Midnight Show, apa yang disuguhkan tidak sama dengan versi aslinya.
Senyap dan Act of Killing, pernah digrebek bahkan ketika tak ditayangkan di bioskop
Bagi Sahabat Boombastis yang belum pernah mendengar mengenai dua film di atas, keduanya digarap oleh sutradara Amerika-Inggris, Joshua Oppenheimer. Film Senyap, bahkan masuk dalam nominasi festival film paling bergengsi di dunia, Oscar. Namun, tak sampai membawa pulang piala, sih.
Beberapa waktu lalu, film Senyap dan Act of Killing (Jagal), sempat ditayangkan serentak di beberapa kota Indonesia, tapi bukan di layar lebar. Namun, entah dapat informasi dari mana, masyarakat ramai-ramai menggerebek tempat pemutaran film tersebut hingga akhirnya ricuh.
BACA JUGA: 5 Film Indonesia Ini Penuh Hujatan, Ada yang Dapat Kritikan Pedas Meski Belum Tayang
Sayang sekali LSF menetapkan beberapa poin yang sebenarnya bisa ditolerir, tapi harus ditaati oleh sineas tanah air. Hasilnya, film-film berkualitas tayang dengan durasi terpotong atau bahkan tak tayang sama sekali di negerinya sendiri. Bagaimana mau mencintai produk lokal jika kebanyakan dicekal begini? Nanti kalau nonton film Avengers terus, malah dibilang tak cinta karya anak bangsa~