Tahun itu, disebut sebagai Tahun Kesedihan, dimana Rasulullaah SAW sangat bersedih sebab meninggalnya sang Isteri tercinta, Khadijah ra., dan sang Paman terkasih yaitu Abu Thalib. Dua orang yang begitu dalam tertancap di hati beliau, Isteri yang begitu setia dan taat, serta Paman yang mencintainya bagai anak sendiri. Di tengah kesedihan itu, datanglah Malaikat Jibril AS yang membawa perintah dari Allah SWT kepada Rasulullaah untuk membelah dada beliau. Rasulullaah kaget dengan maksud Jibril tersebut, namun setelah menjelaskannya, barulah Rasulullaah tahu bahwa maksudnya adalah membersihkan hati beliau.
Setelah itu, Jibril mengajak Rasulullaah menaiki sebuah kendaraan yang memiliki kecepatan lebih cepat daripada cahaya, bernama Buraq. Dengan Buraq itu, Rasulullaah berangkat dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, bahkan Rasulullaah pun naik ke langit ke tujuh untuk bertemu dengan Allah SWT. Dari perjalanan Isra’ Mi’raj tersebut lah, Allah menurunkan perintah shalat fardhu, yang awalnya berjumlah 50 kali dalam sehari, kemudian menjadi 5 kali dalam sehari karena Allah yang begitu mencintai hambaNya, dengan tidak ingin memberikan yang berat bagi mereka. Maka sungguh, bagi yang masih berat menjalankan shalat fardhu lima waktu, hendaknya malu saat mengenang kisah Isra’ Mi’raj ini.
Namun, saat Rasulullaah menyampaikan hal tersebut kepada kaum Quraisy, mereka yang dipimpin oleh Abu Jahal malah justru mengatai Rasulullaah gila. “Muhammad telah gila!”, begitu umpat mereka. Rasulullaah sangat sedih mendengar dan menerima hal tersebut, namun hatinya begitu hangat kala sang Sahabat, Abu Bakar Ash-Shiddiq membenarkan setiap ucapannya. “Apa yang dikatakan Muhammad, aku percaya!”, begitu kata Abu Bakar dengan lantang dan mantap. Sehingga kaum Quraisy pun ikut mengatai Abu Bakar telah ikut gila seperti Muhammad.
Kisah yang selalu kita dengar dan sudah tak asing lagi tentu bagi kita, setiap perayaan Isra’ Mi’raj di masa kita dulu bersekolah atau yang saat ini masih terus juga diperdengarkan pada anak-anak kita oleh guru di sekolah atau guru mengaji mereka, kisah yang luar biasa menguji ketabahan Rasulullaah dan memperlihatkan kepada kita betapa dahsyatnya kuasa Allah yang tak akan mungkin tertandingi oleh apapun.
Nah, dari peristiwa Isra’ Mi’raj tersebut, bukan saatnya kita hanya diam terbengong-bengong kagum atau keheranan saja, namun sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk dapat mengambil ibrah atau manfaat untuk kebaikan hidup kita di dunia dan menjadi bekal bagi kita di akhirat kelak, agar kita menjadi lebih baik dan lebih dekat kepada Allah. Berikut ini adalah 7 ibrah atau manfaat yang bisa kita ambil dan teladani dari kisah Isra’ Mi’raj menurut Ustadz Kholid Syamhudi, Lc. :
1. Mukjizat Untuk Rasulullaah
Riwayat Isra’ Mi’raj telah disepakati ke-shahih-annya oleh ulama ahli hadits dan sirah (sejarah Islam).
Juga telah ditetapkan sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, hadits-hadits shahih, dan Ijma’ kaum muslimin. Peristiwa ini termasuk salah satu mukjizat yang diterima Rasulullaah SAW.
2. Bukti Cinta Allah SWT
Peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi setelah beberapa ujian menimpa Rasulullaah SAW, dan ini bertujuan untuk memperteguh semangat Rasulullaah SAW dan memberikan ketenangan serta hiburan kepada beliau.
Juga sebagai isyarat bahwa penderitaan yang Rasulullaah SAW alami bukanlah karena Allah SWT ingin meninggalkannya, akan tetapi sebagai sebuah sunatullaah, atau kehendak Allah, bahwa ujian atau cobaan adalah bukti cinta Allah kepada hambaNya, untuk meningkatkan derajat mereka di hadapan Allah.
3. Masjidil Aqsa
Sebagai umat Islam, tentu kita tak akan pernah rela jika Masjidil Aqsa dihancurkan oleh kaum musyrikin, karena dalam Islam, kedudukan Masjidil Aqsa sangatlah tinggi, hal ini telah terbukti ketika Masjidil Aqsa sempat menjadi arah kiblat untuk sholat umat muslim dahulu sebelum diperintahkan arah kiblat adalah Ka’bah, serta masjid inilah tempat dimana Rasulullaah SAW mendarat dari langit setelah peristiwa Isra’ Mi’raj.
Seperti yang disebutkan dalam sebuah hadits, “Rasulullaah SAW bersabda, Sungguh aku ingat diriku ada di Hijr sedangkan Quraisy menanyakanku tentang Isra’. Mereka bertanya kepadaku tentang perkara-perkara yang ada di Baitu al-Maqdis (Baitul Maqdis) yang aku tidak hafal sekali, sehingga aku merasakan kesusahan yang belum pernah aku rasakan seperti itu, lalu Allah angkat untukku agar aku dapat melihatnya. Tidaklah mereka dapat menanyaiku satu perkara kecuali aku beritahukan mereka semuanya.” (HR Muslim).
4. Islam adalah Agama Fitrah (Suci)
Kisah Rasulullaah SAW yang dibawakan khamr dan susu, lalu beliau lebih memilih susu dalam kisah Isra’ Mi’raj ini menunjukkan bahwa Islam adalah dien (agama) yang sesuai dengan fitrah atau kesucian.
5. Rasulullaah SAW adalah Nabi Akhirul Zaman
Allah SWT mengumpulkan para Rasul pembawa risalah untuk menyambut kedatangan pembawa risalah terakhir, yaitu Rasulullaah Muhammad SAW.
Ini menunjukkan bahwa para Rasul itu saling membenarkan, bahwa Muhammad SAW adalah Rasul terakhir (akhirul zaman), serta menunjukkan tingginya kedudukan Rasulullaah Muhammad SAW di sisi Allah SWT, Rabb-nya.
6. Kuasa Allah SWT
Menyaksikan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT yang Maha Besar di langit dan di bumi memberikan pengaruh dan motivasi yang kuat.
Sehingga kita tak akan pernah khawatir terhadap tipu daya kaum Kuffar atau kafir yang hakikatnya sangat lemah sekali jika dibandingkan dengan segala kuasa Allah, Tuhan Semesta Alam.
7. Kewajiban Shalat Fardhu
Kewajiban shalat fardhu yang turun saat malam Mi’raj merupakan bukti bahwa betapa penting sekali rukun Islam ini.
Oleh karena itu, semestinya shalat bisa membebaskan manusia dari godaan nafsu dan syahwat duniawi yang menyesatkan serta dari tujuan-tujuan dunia, apabila shalat tersebut dilakukan dengan cara yang benar dan kusyu’.
Itulah 7 ibrah atau manfaat kebaikan yang bisa kita ambil dari salah satu peristiwa besar sepanjang sejarah ummat muslim ini, malam Isra’ Mi’raj. Semoga kita bisa selalu meneladani Rasulullaah SAW, dan terus bersyukur kepada Allah sampai detik ini kita masih merasakan iman dan Islam yang sangat tak terkira nikmatnya. Aamiin. (sof)