Jika terpilih menjadi presiden kembali, Jokowi akan mengeluarkan kartu bernama Pra-Kerja. Kartu ini menjadi pro kontra di mata masyarakat karena merasa kebijakan tersebut sia-sia. Di mana kini masih banyak warga yang butuh bantuan, tapi nyatanya kartu ini malah menggaji pengangguran.
Namun Jokowi langsung menepis kabar tersebut. Kepada tempo.co, ia mengatakan bahwa kartu pra kerja ini berfungsi untuk memberikan pelatihan kepada anak-anak lulusan SMA, SMK dan akademi. Jika mereka sudah pelatihan tapi masih belum mendapat pekerjaan, maka akan diberikan insentif honor. Tapi ini hanya berlaku sekitar enam sampai 12 bulan. Lantas, kalau kartu ini benar-benar diterapkan, apa yang akan terjadi ya?
Tingkat pengangguran yang semakin tinggi
Memang tujuannya bukan menggaji pengangguran, tapi ada insentif honor bagi orang-orang yang sedang menunggu pekerjaan ketika sudah dapat pelatihan. Tapi hal ini malah akan semakin membuat para pemegang kartu menjadi lebih malas.
Ini dikarenakan mereka sudah mendapatkan uang tanpa harus bersusah payah untuk bekerja. Memang sih kita tidak boleh negatif thinking, tapi kalau ada cara enak untuk mendapatkan uang tanpa bekerja ya mengapa tak dilakukan?
Akan menambah pengeluaran negara
Dampak yang akan benar-benar terlihat adalah menambah anggaran negara. Ini sudah pasti karena akan menggaji pemegang kartu selama belum mendapatkan pekerjaan dalam batas waktu maksimal satu tahun. Lalu, Jokowi tadi juga mengungkapkan akan ada pelatihan dan itu bisa di dalam atau luar negeri.
Jadi dari sini sudah bisa dipastikan kalau dana akan semakin mengucur deras untuk kartu pra kerja. Kebijakan dari Jokowi ini pun mendapat kritikan pedas dari wakilnya, Jusuf Kalla. Di mana menurutnya, kartu ini butuh anggaran besar dan sedangkan kondisi keuangan Indonesia masih belum mencukupi untuk menerapkan aturan tersebut.
Akan semakin banyak anak yang tidak melanjutkan kuliah
Seperti yang sudah diutarakan Jokowi tadi, kartu ini diberikan kepada lulusan SMA dan SMK. Maksud dari presiden kita itu sebenarnya bagus, agar anak-anak ini mendapatkan pelatihan yang dibutuhkan di tempat kerja. Namun sayangnya, hal ini juga bisa memicu kemalasan generasi tersebut untuk melanjutkan kuliah.
Ya alasannya tak lain dan tak bukan adalah insentif honor tadi. Dengan mendapatkan uang selama belum mendapatkan pekerjaan, mereka jadi malas untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Padahal kita tahu sendiri kalau di zaman sekarang, hampir semua pekerjaan membutuhkan karyawan minimal D3 atau S1.
Para pemegang kartu menjadi lebih siap terjun ke dunia kerja
Tak hanya berdampak negatif, kebijakan dari mantan Walikota Solo ini bisa menimbulkan efek positif. Di mana mereka yang sudah menerima pelatihan, akan lebih siap terjun ke dunia kerja. Mereka akan lebih cekatan dan cepat mengerti dibandingkan karyawan yang tidak mendapatkan pelatihan.
Selain itu, para pemegang kartu juga lebih mengerti ketika ingin membuka bisnis. Mulai dari modal, strategi hingga cara memasarkannya. Dan dari sini, mereka juga berkesempatan untuk membuka lapangan kerja baru bagi orang-orang yang masih pengangguran.
BACA JUGA : KIS dan BPJS, Apa Berbeda?
Kartu pra kerja dari Jokowi ini memang masih mengundang pro kontra. Di mana masalah utamanya adalah anggaran negara yang akan semakin bertambah. Tapi, jika ini benar-benar diterapkan, semoga bisa membawa generasi Indonesia menjadi lebih baik lagi.