Konflik antara Palestina dan Israel yang telah berlangsung selama bertahun-tahun lamanya, semakin membuat rakyat Palestina mengalami kedzaliman yang semakin dalam. Namun, sungguh luar biasa yang terjadi. Ketika jengkal per jengkal tanah Palestina dikuasai oleh Israel, Israel sampai detik ini tak pernah mampu menggoyahkan semangat para pejuang Palestina untuk menjaga tanah mereka di Gaza. Justru semakin mereka ditekan, mereka semakin semangat dalam berjuang di jalan Allah untuk mempertahankan tanah Negeri Para Nabi ini.
Sering kita dengar bahwa korban-korban konflik kedua negara ini adalah anak-anak kecil malang yang tak berdosa. Mereka dengan sengaja atau entah tak sengaja dibunuh dan meninggal dalam usia yang sangat muda. Namun jangan salah, sekecil mereka, pejuang cilik Palestina ini rata-rata telah menjadi seorang hafidz dan hafidzah, atau telah hafal Al-Qur’an. Dengan semangat juang membela agama Allah, mereka tak takut akan kematian, justru sejak kecil mereka sudah sangat bermimpi bisa ikut berjuang membela tanah airnya.
Nah, itulah salah satu ketakutan yang sempat diungkapkan oleh Israel, “Jika sekarang sejak masih kecil saja mereka telah menjadi demikian (menjadi seorang penghafal Al-Qur’an), bagaimana mereka 20 tahun lagi?”. Lalu, siapakah pahlawan-pahlawan cilik Palestina yang bisa menginspirasi kita tersebut?
1. Faris Audah
Sosok Faris Audah, bocah berusia 11 tahun yang tampan dan gagah berani ini, sosoknya mulai dikenal seantero dunia dan banyak mengundang kekaguman sekaligus keharuan, sejak foto dirinya muncul di berbagai media yang meliput tentang konflik Palestina-Israel. Faris adalah bocah kecil yang dengan gagah berani melawan tank-tank Israel, dan mengajak teman-teman sepermainannya untuk melempari tank-tank jahat tersebut dengan hanya menggunakan batu. Sambil selalu berteriak “Allahu Akbar”, Faris dan rekan-rekannya tak pernah takut justru berlari mendekati tank-tank itu dan melemparinya dengan batu-batu kecil, serta kadang menggunakan ketapel agar lemparan batunya lebih jauh dan bisa tepat sasaran.
Faris Audah sendiri menurut kabar telah menjadi seorang hafidz atau hafal Al-Qur’an sejak dia berusia 5 tahun. Dan bersama adiknya yang kala itu masih berusia 3 tahun, mulai mengajak teman-teman sepermainannya untuk berjuang dengan cara mereka itu, demi membela tanah air. Faris Audah akhirnya syahid, saat itu usianya masih 11 tahun.
2. Ahed Tamimi
Sosok gadis kecil berusia 11 tahun bernama Ahed Tamimi ini sontak menggemparkan dunia ketika foto dirinya yang tengah menantang tentara Israel dan bahkan melayangkan salah satu tinjunya pada seorang tentara beredar di media sosial di seluruh dunia. Saat itu, Ahed dan Ibu serta Kakak-kakaknya ikut dalam sebuah Aksi Damai menentang kekejaman Israel kepada rakyat Palestina di desa Nabi Salah kota Ramallah. Dalam aksi tersebut, si Ibu sempat diperlakukan agak kasar oleh salah seorang tentara Israel.
Melihat Ibunya diperlakukan tidak sopan, Ahed marah sekali dan langsung maju mengepalkan tinjunya kepada para tentara Israel. Karena ancamannya tak diindahkan, Ahed semakin marah dan melayangkan tinjunya pada seorang tentara Israel, sehingga spontan tentara itu memelintir tangannya ke belakang. Namun, Ahed tak menyerah. Dalam keadaan tengah dilumpuhkan itu dia masih terus meronta dan berteriak mengatakan bahwa para tentara Israel adalah orang yang kejam.
Berkat aksi heroiknya tersebut, Perdana Menteri Turki, Erdogan, mengundangnya ke Turki dan menjulukinya dengan sebutan Handzalah, atau Sang Pemberani.
3. Muhammad Fathi Farhat
Sosok pemuda bernama lengkap Muhammad Fathi Farhat, yang merupakan putera kedua Ummu Nidhal, telah cukup membuat dunia tak mampu menahan haru dan tangis. Sejak kecil, Fathi Farhat telah dididik dengan semangat jihad tinggi oleh orangtuanya, mengingat kondisi Palestina yang sungguh semakin memprihatinkan dari hari ke hari. Fathi Farhat telah menjadi seorang hafidz Al-Qur’an sejak berusia sekitar 5 tahun, dan sejak saat itu pula dia sudah mulai dilatih untuk meningkatkan semangat jihad dalam dirinya oleh orangtuanya.
Pada umur 7 tahun, Ummu Nidhal, Ibunya, mengatakan pada puteranya yang tampan itu, bahwa dia ingin anak lelakinya itu berperang dengan menggunakan senjata, bukan dengan batu. Permintaan Ibu tercintanya itulah yang membuat Fathi Farhat mulai semangat belajar berperang, memakai senjata, dan berbagai teknik peperangan. Dia ingin sekali bergabung dengan tentara HAMAS untuk menjaga Palestina dan melawan Israel.
Pada usia 17 tahun, Fathi Farhat mengabarkan pada Ibunya bahwa dia telah diterima menjadi salah satu pasukan HAMAS dan siap berperang melawan Israel. Fathi Farhat pamit kepada Ibunya sebelum berangkat berperang. Ibunya memberikan restu dan merelakan putera kesayangannya tersebut pergi berperang, entah dia akan kembali dalam keadaan hidup ataupun meninggal. Dan setelah itu, Fathi Farhat berangkat berperang dan kemudian syahid dalam usia 17 tahun.
4. Youssef Zaqout, Anwar Hamdouna, dan Ismail Abu Nadi
Ketiga bocah cilik berusia sekitar 11 tahunan ini, melakukan intifadha’ (perlawanan tanpa senjata-biasanya hanya menggunakan batu) dengan menyusup ke kamp tentara Israel di daerah ilegal Netzarim. Untuk mencapai daerah itu, mereka harus berjalan sejauh enam kilometer dari Gaza. Mereka hanya membawa batu-batu yang sejatinya akan mereka gunakan untuk melempari para tentara Israel yang telah dengan kejam menghancurkan tempat tinggal mereka dan membunuh hampir semua keluarga mereka.
Namun, sebelum mereka berhasil menjalankan misi tersebut, mereka ditangkap oleh para tentara Israel dan akhirnya mereka menjemput syahid di tempat tersebut. Sebelum meninggal, mereka meninggalkan masing-masing sepucuk surat untuk orangtua atau keluarga mereka. Isi dari surat-surat mereka hampir sama, yaitu meminta restu kepada kedua orangtua dan keluarga mereka, karena mereka akan berangkat berjihad melawan penjajah negeri mereka. Mereka juga meminta agar orangtua dan keluarga mereka tak sedih sebab jika mereka meninggal maka mereka meninggal dalam keadaan syahid dan akan masuk syurga Allah. Itu adalah cita-cita mereka, anak-anak berusia 11 tahunan tersebut. Dan sungguh mengagumkan pula, ketiga syuhada kecil ini semuanya adalah seorang hafidz, penghafal Al-Qur’an.
Sungguh luar biasa sekali kisah-kisah dari para pejuang cilik Palestina ini. Mereka yang dari kecil sudah sangat kenyang dengan tontonan kekerasan dan pembunuhan, dari kecil harus merasakan ditinggalkan oleh orang-orang tercinta mereka karena terbunuh dalam perang, akhirnya membuat mereka marah dan memiliki semangat perlawanan yang luar biasa untuk melawan penjajahan di negaranya. Mereka bukan hanya anak-anak kecil biasa, namun mereka anak-anak kecil pemberani dan juga seorang hafidz yang sangat patuh kepada Allah. (sof)