Nama Agoes Moesin Dasaad mungkin terdengar kurang familiar di telinga generasi modern pada saat ini. Padahal, ia merupakan salah satu tokoh penting yang ikut menyertai perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dilansir tirto.id, pria yang berprofesi sebagai usahawan itu kerap dimintai Sukarno uang saat sang proklamator tak memiliki sepeser pun.
Sebagai seorang pengusaha, tentu saja ia memiliki harta yang berlimpah dari hasilnya berniaga. Tak hanya menggarap pasar Indonesia, bisnis Dasaad juga melebar hingga ke luar negeri. Sebagai sahabat dekat sang Proklamator, keberadaannya sangat penting di era zaman pergerakan. Terutama sebagai peyandang dana Bung Karno.
Sosok cerdas yang merintis usahanya sedari belia
Agoes Moesin Dasaad dikenal sebagai pengusaha sejak berusia muda. Menurut Mestika Zed dalam Kepialangan Politik dan Revolusi Palembang 1900-1950 (2003) yang dikutip dari tirto.id, ia memulai bisnisnya sejak usianya masih belasan pada 1921. Sebelumnya, ia sempat belajar di Sekolah Dagang di Singapura hingga 1922 setelah lulus dari sekolah dasar pada 1918. Selama di negeri singa, ia magang sebagai asisten pemegang buku di Loa Mock & Coy selama setahun.
Sukses melebarkan sayap bisnisnya di Indonesia hingga ke luar negeri
Berbekal pengalamanya itu, Dasaad kemudian mencoba mendirikan usaha sendiri. Laman tirto.id menuliskan, ia berbisnis hasil bumi yang dibeli di sekitar Lampung dan Bengkulu dan diangkut ke Palembang, kemudian dikirim ke Jawa, Singapura, dan Filipina. Menurut Mestika Zed dalam Kepialangan Politik dan Revolusi Palembang 1900-1950 (2003) yang dikutip dari tirto.id, Dasaad tercatat sebagai salah satu miliuner Sumatera sampai dengan 1942 dengan cabang perusahaannya yang tersebar di di berbagai tempat di Indonesia.
Menjadi donatur Sukarno dan ikut menjadi tokoh pergerakan
Kesohor sebagai pengusaha besar, Dasaad juga menaruh perhatian pada unia pergerakan nasional. Meski Dasaad lahir di Jolo, Sulu, Filipina pada 25 Agustus 1905, ia masih memiliki garis keturunan Indonesia dari sang Ayah. hal itu dibuktikannya dengan menjadi donatur bagi Sukarno saat sang proklamator kehabisan dana. Hal ini tertulis dalam autobiografi Sukarno, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat (1964) yang ditulis Cindy Adams. Saat itu, bung besar baru keluar dari penjara pada 31 Desember 1931, dan langsung dihampiri lalu diberi uang Rp 400. Tercatat, Dasaad juga duduk dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dari kalangan pengusaha.
Ikut membantu perjuangan Indonesia dengan kucuran dana
Tak sampai disitu, persahabatan keduanya pun berlanjut hingga sama-sama berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Setiap Sukarno sedang butuh dana, Dasaad selalu ada untuk membantu. Laman tirto.id bahkan menulis bahwa pengusaha tersebut merupakan ‘dompet berjalan Sukarno’. Selain Sukarno, ia juga pernah membantu Palang Merah Indonesia (PMI) di awal-awal pembentukannya. Dasaad menjadi donatur penting di sana. Dalam buku biografi Sukarni berjudul Sukarni Dalam Kenangan Teman-temannya (1986) karya Sumono Mustoffa yan dikutip dari tirto.id, menuliskan bahwa “Dasaad kalau memberi cak paling sedikit 5ribu-10ribu gulden. Ini lalu dibagi-bagikan kepada kawan-kawan yang butuh biaya.”
Menjadi sahabat karib Sukarno hingga kejatuhannya dari kursi presiden
Persahabatan Dasaad dan Sukarno terus terjalin hingga keduanya dipisahkan oleh maut. Sumber dari tirto.id menuliskan, Dasaad tetap ada di dekat Sukarno meski saat itu posisi bung besar akan terjungkal dari kursi kepresidenan. Menurut Oei Hong Kian dalam Peranakan yang Hidup dalam Tiga Budaya dan Rosihan Anwar dalam In Memoriam: Mengenang Yang Wafat (2003), dirinya yang saat itu hendak memeriksa kesehatan Sukarno, di Istana selalu ada Johannes Leimena dan Dasaad. Setelah Presiden Sukarno wafat pada 21 Juni 1970, Dasaad pun menyusul pada 11 November 1970.
BACA JUGA: Kisah-Kisah Persahabatan Bung Karno dan Tokoh Dunia yang Menggetarkan
Meski tak banyak dibahas di buku sejarah usia sekolah, sosok Agoes Moesin Dasaad menjadi salah satu tokoh penting bagi sejarah kemerdekaan Indonesia. Lewat bantuan dana dan sejumlah harta lainnya, ia tampil sebagai sosok pengusaha yang gigih membela kedaulatan bangsa, meski pada saat itu harus melawan arogansi Belanda.