Bencana gempa dan tsunami saat ini sedang menghantui negara kita. Buktinya hampir setiap hari BMKG menginfokan, ada saja daerah yang terguncang gempa dari kekuatan kecil hingga berpotensi tsunami. Hal ini membuat warga Indonesia menjadi takut untuk ke manapun. Terutama ke daerah pantai dan pegunungan.
Omong-omong soal gempa, kita sering kali mendengar atau melihat jika fenomena alam tersebut kadang berpotensi tsunami dan juga tidak. Dari hal inilah kita terkadang tak bisa membedakan mana gempa yang mengundang gelombang tinggi dan tidak. Jadi, apa sih yang membedakan dari keduanya?
Dari kekuatan gempanya
Salah satu perbedaan yang bisa kita amati dengan mudah adalah dari kekuatan gempanya. Menurut Ahli Geofisika Badan Geologi AS (USGS), Don Blekeman, jika kekuatan gempa di atas 6,5 skala richter, kemungkinan besar bisa berpotensi mengundang tsunami.
Tapi ini masih kemungkinan karena di beberapa peristiwa, banyak gempa dengan kekuatan di atas 6,5 SR yang tidak menimbulkan tsunami. Seperti gempa di Lombok, misalnya. Sedangkan yang tidak mengundang tsunami kekuatan gempanya berada di antara 1 hingga 6,5 SR.
Bisa berasal dari awal mula terjadinya gempa
Di dalam ilmu geografi, gempa terbagi menjadi dua jenis menurut asalnya. Adalah gempa darat dan laut. Nah, dari keduanya ini sudah terlihat jelas kalau gempa yang berasal dari lautlah jadi penyebab utama tsunami. Sebab, gempa bawah laut yang berawal dari tubrukan lempeng tektonik bisa mengganggu keseimbangan air di atasnya. Sehingga tsunami bisa kapan saja terjadi.
Meskipun demikian, gempa darat ternyata bisa saja berdampak tsunami. Dinukil dari laman cnn indonesia, gempa yang terjadi di darat kadangkala membuat keretakan cukup dalam sampai ke laut, sehingga dapat memicu gelombang dahsyat tersebut. Tapi untuk kondisi ini masih sangat jarang terjadi kok Sahabat Boombastis.
Pusat kedalaman gempa yang juga jadi pembedanya
Masih berhubungan dengan gempa bawah laut, fenomena alam ini bisa mengundang tsunami jika pusat kedalamannya memenuhi.
Untuk yang bisa menimbulkan tsunami, pusat gempanya berada pada jarak 0 hingga 30 kilometer di bawah permukaan laut. Sebaliknya, apabila pusat gempanya lebih dari 30 kilometer di bawah permukaan laut, kemungkinan besar terjadinya tsunami akan semakin kecil.
Pergerakan lapisan tanah di bawah laut
Tak jauh-jauh dari gempa bawah laut, ternyata pergerakan lapisan tanah yang ada di sana juga mempengaruhi timbulnya tsunami atau tidak.
Daryono, Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menuturkan jika lempengan tanah atau sesar di dasar laut bergerak secara horizontal atau menyamping, maka tidak akan terjadi tsunami. Sedangkan apabila sesar bergerak vertikal atau naik turun, kemungkinan besar tsunami akan muncul.
BACA JUGA : Inilah 5 Penyebab Gempa Bumi di Indonesia yang Terus-terusan Meminta Tumbal Nyawa
Itulah hal yang membedakan mana gempa berpotensi tsunami dan tidak. Ya memang kita tidak bisa merasakan secara langsung perbedaan gempanya. Namun yang pasti kita sebaiknya tetap berjaga-jaga saja di manapun jika ada gempa. Tetap berdoa dan berlindunglah di tempat aman ketika ada fenomena alam tersebut. Khususnya jika gempa terjadi berulang kali.